Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Emrido Muhamad

Siapa Mansjur Fathy? Sebuah Kapur Sirih Mengenal Tokoh dari Ulujami

Sejarah | Thursday, 31 Aug 2023, 15:32 WIB
Ustad Nurman (kiri), cucu H. Mansjur Fathy, Veteran Pedjuang Kemerdekaan Republik Indonesia

Sudah tak terhitung rasanya buku-buku dan artikel tentang sejarah Jakarta dan sisik melik kehidupannya. Meskipun demikian, masih belum begitu banyak juga kisah sejarah tentang sebuah daerah-daerah kecil yang secara tidak langsung berkontribusi memajukan Kota Jakarta, inilah yang diibaratkan urat nadi bagi hidupnya raga Kota Jakarta.

Sebut saja daerah Ulujami di Jakarta Selatan yang kini eksisnya sebagai kelurahan. Ada satu istilah populer dalam pribahasa orang Betawi, begini bunyinya "setiap utan ada macannye, setiap kampung ada juwaranye." Pribahasa itu bermaksud menyampaikan kalau setiap daerah pasti ada penguasanya atau lebih halusnya yang ditokohkan termasuk dalam hal ini wilayah Ulujami di Jakarta pada masa peralihan sekitar tahun 1940-50-an yang bernama Mansjur Fathy.

Nama Mansjur Fathy memang tidak sepopuler nama H. Dilun, H. Buang, dan beberapa nama lain yang menjadi nama jalan atau gang di seputaran Ulujami. Hal itu dikarenakan periode hidup Mansjur Fathy belakangan setelah tokoh-tokoh yang disebut sebelumnya. "Mansjur Fathy itu cucu dari H. Buang. Jadi urutannya Ki Siran lalu H. Buang lalu Abdul Muin lalu H. Mansjur Fathy, kata Ustad Nurman, cucu atau generasi ketiga Mansjur Fathy beberapa waktu lalu di Kantin SMK Perwira, Ulujami, Jakarta Selatan.

Menurut kesaksian Ustad Nurman, Mansjur Fathy merupakan warga asli Ulujami yang bapaknya asal Ulujami dan ibunya berasal dari Kreo, Tangerang. Mansjur Fathy merupakan anak satu-satunya dari ibu asal Kreo yang meninggal ketika Mansjur Fathy masih kecil menjelang remaja. "Saya dulu ngalamin engkong H. Mansjur, pas sama Bapak saya. Ada tukang soto lagi keliling lewat depan rumah. Kata dia pesen soto, panggil. Dateng tukang soto, nah sambil ngeracik soto ngobrol aja tuh engkong sama tukang soto. Sampe lama bener, ibaratnya jadi ngobrol aja tuh tukang soto kaga jualan. Tapi justru kaya begitu jadi akrab, jadi sodara. Misal kalo dia dateng ke rumah. Kata engkong, udah lu mau ngapain aja di rumah gua silakan. Itulah keramahan orang dulu," terang Ustad Nurman.

Sebuah catatan penting tentang Mansjur Fathy adalah sebuah kertas yang dicap oleh Menteri Urusan Veteran dan Demobilisasi tahun 1968 yang ditandatangani oleh M. Sarbini selaku penjabat menteri saat itu. Pesan dalam kertas itu menyatakan bahwa Mansjur Fathy diakui dan disahkan sebagai "Veteran Pedjuang Kemerdekaan Republik Indonesia". "Surat itu ada dan masih disimpan oleh keluarga saya," lanjut Ustad Nurman.

Ustad Nurman tidak begitu jauh mengerti cerita dibalik kakeknya disahkan sebagai penjuanh veteran. Untuk hal itu, Ustad Nurman menyarankan agar bertanya kepada sesepuh lain seperti H. Syatirih dan murid-muridnya seperti yang di Yayasan Keranda Hijau, Pondok Aren. "Yang saya jelas betul adalah kalau engkong saya itu Lurah Ulujami dan riwayatnya pernah ada dulu di kantor lurah. H. Yasin, tukang peci terkenal pada jaman itu juga muridnya" kata Ustad Nurman.

Satu dari sekian banyak cerita tentang Mansjur Fathy yang dituturkan oleh Ustad Nurman adalah peristiwa gelonggongan di Kebayoran yang sekarang dikenal sebagai Kampung Gelonggongan. "jadi pada waktu itu ada pasukan Banten menggunakan kereta ke Kebayoran dan berniat menyerang daerah itu karena dianggap pro dengan penjajah Belanda. Tiba-tiba ada seorang yang menunjukkan sarung golok milik Mansjur Fathy kepada pasukan Banten. Seketika itu pasukan Banten mengerti betul kalau sarung golok itu adalah benar milik Mansjur Fathy. Maka urunglah niat menyerang itu, tetapi ketika pasukan akan kembali tiba-tiba saja dari arah tangsi militer Belanda di Kebayoran, pasukan Banten diberondong peluru sehingga pasukan Banten menyerang balik dan melakukan pembantaian di tempat itu," terang Ustad Nurman.

Sosok Mansjur Fathy barangkali satu contoh pejuang lokal yang kurang diketahui di wilayahnya. Mungkin di daerah lain juga ada sosok seperti ini. Pihak keluarga Mansjur Fathy memang tidak begitu ingin terlihat kalau keluarga besarnya pernah berjasa bagi bangsa dan negara. Hal ini karena pendidikan dari sang tokoh Mansjur Fathy yang religius. "Satu cerita lagi, jadi kalau engkong lagi ceramah di mana aja gitu, nah pengawalnya ini H. Dilun. H. Dilun kan emang jago silat, ibaratnya kalo sekarang tuh jawara-jawara pada ngawal habib dan kyai. Ternyata itu model lama," kata Ustad Nurman.

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Berita Terkait

 

Tulisan Terpilih


Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image