Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Rudi Hartono

Ayah, Bunda Jangan Marahi Aku

Khazanah | Wednesday, 30 Aug 2023, 12:53 WIB
Source: pinterest

Dalam Islam, peran orang tua sangatlah penting dalam membentuk karakter dan perilaku anak-anak. Salah satu aspek yang sangat diperhatikan adalah sikap dan sifat yang ditunjukkan oleh orang tua, terutama sifat pemarah. Meskipun manusia memiliki emosi dan perasaan, agama Islam mengajarkan pentingnya menjaga kestabilan emosi dan menunjukkan sikap yang baik terutama di hadapan anak-anak. Mari kita eksplorasi dampak buruk sifat pemarah orang tua pada anak dari perspektif Islam.

Toko Perlengkapan Kado

1. Ketakutan dan Kecemasan:

Ketika orang tua sering menunjukkan sifat pemarah, anak-anak dapat merasa takut dan cemas dalam berinteraksi dengan mereka. Mereka mungkin merasa khawatir akan reaksi yang negatif, dan ini dapat mengganggu perkembangan psikologis dan emosional anak.

2. Kehilangan Kepercayaan Diri:

Sifat pemarah orang tua dapat merendahkan kepercayaan diri anak. Anak-anak mungkin merasa bahwa mereka selalu salah atau tidak mampu memenuhi harapan orang tua, yang pada gilirannya merusak rasa percaya diri mereka.

3. Gangguan Perkembangan Moral:

Islam mengajarkan pentingnya kasih sayang, kesabaran, dan pengampunan. Orang tua yang selalu marah dapat merusak perkembangan moral anak-anak, karena mereka mungkin tidak memahami nilai-nilai penting ini.

4. Rasa Takut pada Allah yang Salah:

Dalam Islam, sifat pemarah yang berlebihan dapat menimbulkan rasa takut pada Allah yang salah. Anak-anak mungkin mengasosiasikan sifat pemarah orang tua dengan karakter Allah, yang sebenarnya bertentangan dengan ajaran Islam tentang rahmat dan kasih sayang-Nya.

5. Perilaku Agresif dan Kekerasan:

Anak-anak cenderung meniru perilaku yang mereka lihat di rumah. Jika mereka sering melihat orang tua marah dan menggunakan kekerasan, mereka mungkin mengembangkan perilaku agresif dan kekerasan dalam interaksi mereka dengan orang lain.

6. Gangguan dalam Hubungan Keluarga:

Sifat pemarah orang tua dapat mengganggu hubungan keluarga yang harmonis. Atmosfir tegang dan ketegangan dapat merusak interaksi sehari-hari dan merugikan ikatan keluarga.

7. Persepsi Negatif terhadap Agama:

Anak-anak cenderung memandang agama melalui prisma perilaku orang tua mereka. Jika orang tua menunjukkan sifat pemarah, anak-anak mungkin mengembangkan persepsi negatif terhadap agama Islam secara keseluruhan.

Pesan Islam tentang Kesabaran dan Pengendalian Diri:

Dalam Islam, kesabaran dan pengendalian diri merupakan sifat-sifat yang sangat dihargai. Rasulullah Muhammad SAW adalah contoh sempurna dalam menghadapi berbagai situasi dengan penuh kesabaran dan pengendalian diri. Allah SWT berfirman dalam Al-Qur'an, "Hai orang-orang yang beriman, jadilah kamu penegak keadilan, menjadi saksi karena Allah, walaupun terhadap dirimu sendiri atau ibu bapak dan kaum kerabatmu." (Qur'an, 4:135).

Dalam hadis-hadis, Nabi Muhammad SAW juga mengajarkan pentingnya menjaga kesabaran dan mengendalikan amarah, terutama dalam interaksi dengan anak-anak. Beliau bersabda, "Siapa yang menahan marahnya padahal ia mampu melampiaskannya, Allah akan memanggilnya di hadapan semua makhluk pada hari kiamat dan membiarkannya memilih dari bidadari-bidadari surga." (HR. Tirmidzi).

Toko Perlengkapan Bayi

Dampak buruk sifat pemarah orang tua pada anak sangatlah nyata. Oleh karena itu, penting bagi orang tua untuk mengembangkan sikap sabar, pengertian, dan kasih sayang dalam mendidik anak-anak. Dengan mengikuti teladan Rasulullah dan mengikuti ajaran Islam, orang tua dapat membangun lingkungan keluarga yang penuh dengan cinta dan kebahagiaan, serta membantu anak-anak tumbuh dengan kokoh dalam iman dan moral.

Semoga bermanfaat, Barakallahufiikum..

~Abu Khaulah~

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Berita Terkait

 

Tulisan Terpilih


Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image