Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Dimas Muhammad Erlangga

Partai Politik Makin Terpisah dari Rakyat Marhaen

Politik | 2023-08-29 15:16:12

Tingkat kepercayaan masyarakat terhadap Partai Politik selalu konsisten dilevel terbawah : 59% dari Hasil Survei Indikator Politik pada April 2023.

Hampir sebagian masyarakat menganggap tidak ada satupun parpol di parlemen saat ini yang cukup cekatan merespon persoalan rakyat marhaen. partai politik makin jarang terjun langsung ke tengah-tengah rakyat marhaen. Hampir semua Masyarakay mengaku tidak pernah menjumpai kegiatan parpol di tengah rakyat. Kalaupun ada mereka hanya hadir dalam agenda agenda reses anggota parlemen dan konsolidasi menjelang Pemilu atau Pilkada semisal menjaring calon saksi untuk di Tempat Pemungutan Suara (TPS).

Masyarakat juga menemukan inkonsistensi antara slogan parpol dengan realisasinya di tindakan nyata. Tapi, parpol masih punya peluang untuk merebut kembali hati rakyat marhaen. Ada lima kunci yang ditawarkan di sini: sosok atau pemimpin parpol, program partai, ideologi, dan soliditas partai. Yang menonjol saat ini, dalam konteks politik kita, adalah sosok yang ada didalam partai politik atau calon yang pernah diusungnya dalam Pilkada atau pemimpin partai.

ada beberapa hal yang patut disimpulkan mengapa dukungan atau kepercayaan rakyat marhaen terhadap partai politik makin menciut.

Pertama, partai politik sengaja meninggalkan rakyat marhaen. Partai politik tidak pernah membuat kegiatan di tengah-tengah rakyat marhaen. Kalaupun ada kegiatan, biasanya menjelang “hajatan pemilu/pilkada”. Itupun, kalau sudah selesai hajatan politik itu, maka partai politik akan segera memunggungi rakyat marhaen.

Kedua, Partai politik juga jarang merespon persoalan rakyat. Coba sebutkan, adakah partai politik yang hadir ketika kaum buruh atau kaum proletar menggelar pemogokan untuk memperjuangkan hak-hak mereka, atau ketika petani mempertahankan tanahnya, atau saat rakyat miskin mempertahankan rumah dan pemukimannya dari penggusuran. Tidak jarang parpol berdiri di barisan para penindas rakyat marhaen itu.

Partai politik melihat rakyat marhaen hanya sebatas “konstituen” belaka. Dan, karena cara pandang itu, persinggungan partai politik dan rakyat marhaen pun sebatas pada momentum pemilu atau pilkada. Partai politik tak menyadari fungsinya sebagai alat perjuangan politik massa-rakyat.

Ketiga, inkosistensi parpol dalam menjalankan slogan dan janji-janji politiknya. Kalau kita melihat iklan-iklan partai politik di media massa, hampir semua partai mengesankan dirinya sebagai pembela rakyat marhaen. Mereka juga mengesankan diri sebagai penentang korupsi-kolusi-nepotisme (KKN) dan segala bentuk suap.

Kita juga sering melihat, partai politik begitu gampang menghamburkan janji-janji politik, namun tidak pernah konsisten menjalankannya. Tidak sedikit pula kontrak politik yang berakhir dengan kata-kata di atas kertas belaka. Tidak salah kemudian, politisi sering diidentikkan dengan kebohongan.

Keempat, parpol tidak punya ideologi perjuangan yang jelas. Jelas, dari jajak pendapat Kompas itu, terlihat kerinduan rakyat marhaen akan hadirnya partai politik ideologis. Setidaknya ini obat penawar terhadap menguatnya pragmatisme dan oportunisme.

Kita lihat, hampir semua partai mengklaim sebagai nasionalis, namun tak satupun yang berteriak lantang menentang imperialisme atau kapitalisme. Tak satupun partai yang menggugat kekayaan alam kita yang terus tersedot ke peti-peti kekayaan perusahaan asing. Tidak satupun yang berani mempersoalkan puluhan UU yang merugikan kepentingan nasional atau tidak paham Sosio-Nasionalisme dan Sosio-Demokrasi.

Wibawa parpol makin merosot. Maka, jangan heran, rakyat marhaen pun mulai beralih pada figur tertentu atau malah Golput Total atau Golput Tidak menyeluruh. Pemilu 2024 Dan Pilkada 2024 mungkin akan membuktikan hal itu. Kekuatan figur agaknya kurang begitu memikat dan sanggup membangkitkan harapan rakyat marhaen, kalaupun ada barangkali mereka sudah punya pilihan tetap selama satu tahun pemerintahan berjalan hingga 2023 ini. Sedangkan partai sebagai mesin politik nyaris tak berfungsi. Inilah tantangan partai kedepan: mereka harus kembali ke tengah-tengah rakyat marhaen atau ditinggalkan selamanya oleh rakyat marhaen!.

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image