Mau Jadi Kawan atau Lawan? Filterisasi AI dan Media Sosial Melalui Pembumian Nilai-Niai Alquran
Lomba | 2023-08-29 10:06:52NAMA TOKOH
UNTAIAN KATA PEMBUKA
Perkembangan teknolgi dan informasi dewasa ini sangat pesat menyebar dengan waktu persekian detik. Perkembangan ini juga telah merambah kedalam dunia internet, masyarakat lebih mudah dan cepat dalam menerima informasi dan berita dari berbagai belah dunia. Media sosial menjadi alat tercepat dan termudah dalam menyebarkan berita dan infromasi. Namun, lahirnya media sebagai bentuk kemajuan global dalam ilmu analogi dapat dibagaikan pisau tajam bermata dua. Selain menawarkan segala kemudahan aksesnya, media sosial juga kerap kali digunakan sebagai katarkis bertindak negatif sampai pada aneka bentuk perbuatan yang menjurus pada kriminalitas yang mengakibatkan pidana.
Belakangan, marak penggunaan Artificial Intelligence (AI) di berbagai bagian dalam kehidupan manusia. Di Indonesia sendiri, muncul beberapa “kejutan” yang menggegerkan masyarakat beberapa waktu lalu, dimana presenter dalam sebuah segmen berita di TvOne hadir dengan menggunakan teknologi AI. Selain itu, Universitas Teknorat juga me-release Dosen pertama dengan teknologi tersebut.
AI, atau kecerdasan buatan merupakan sebuah teknologi dalam ilmu komputer atau robot yang dikendalikan oleh komputer dan berfungsi untuk melakukan pekerjaan yang umumnya dikerjakan oleh manusia. Bagaimana tidak, AI menawarkan sebuah solusi yang memudahkan dalam urusan pekerjaan. Ia mampu membaca data dan belajar lebih cepat dibandingkan dengan manusia. Namun meskipun begitu, hingga saat ini belum ada AI yang mampu mengerjakan keseluruhan pekerjaan manusia.
Sebenarnya dengan berkembangnya AI, muncul kekhawatiran yang mungkin bagi sebagian orang hal ini menguntungkan, namun bagi banyak orang justru sebaliknya. Sebab, beberapa pekerjaan justru diprediksi akan hilang dan tergantikan dengan AI. Misalnya, Profesi dalam bidang teknologi seperti coding, computer programer, dan software engineer; atau mungkin profesi dalam bidang media seperti pembuat konten, penulis teknis, dan jurnalis. Selain itu, masih banyak lagi pekerjaan yang “berkemungkinan” tergantikan dengan AI. Sejauh ini, terhitung sepuluh pekerjaan yang memiliki kemungkinan buruk tersebut.
Bagi para pekerja atau karyawan di bidang tersebut, hal ini sangat mengkhawatirkan. Sebab, dapat merugikan oleh karena jasanya tidak lagi dipakai. Lapangan pekerjaan yang ada pun semakin menyempit, sehingga menambah angka pengangguran. Namun, bagi para pengusaha justru hal ini banyak menguntungkan. Sebab dengan kemampuannya, AI dapat mengurangi biaya yang harus dikeluarkan perusahaan. Selain itu juga dapat membantu perusahaan lebih produktif dan mampu memprediksi apa yang akan terjadi ke depan.
Kehadiran Artificial Intelligence atau AI ini pun semakin meluas digunakan di berbagai bidang seperti teknologi, kesehatan, dan bisnis. Namun, sebagian umat Islam mungkin bertanya-tanya apakah penggunaan AI bertentangan dengan ajaran Islam? Menurut pandangan mayoritas ulama, penggunaan AI dalam bidang yang tidak melanggar aturan Islam diperbolehkan. Bahkan, AI pada keadan tertentu dapat membantu dalam memudahkan manusia dalam menyelesaikan pekerjaan yang membutuhkan waktu lama dan meningkatkan efisiensi dalam berbagai bidang.
Masyarakat sebagai konsumen informasi AI dan media sosial bisa dilihat masih belum bisa membedakan mana informasi yang benar dan mana informasi yang palsu atau hoax belaka. Beberapa faktor mempengaruhi terjadinya hal ini diantaranya yaitu ketidaktahuan masyarakat dalam menggunakan media sosial secara bijaksana. Dengan mengatasnamakan kebebasan para pengguna internet dan media sosial khususnya banyak netizen yang merasa mempunyai hak penuh terhadap akun pribadi miliknya. Mereka merasa sah-sah saja untuk menggunggah tulisan, gambar atau video apapun ke dalam akunnya. Meskipun terkadang mereka tidak sadar bahwa apa yang mereka unggah tersebut bisa saja melanggar etika berkomunikasi dalam media sosial.
Atas dasar kegelisah fenomena tersebutlah, maka artikel ini hadir memberikan informasi dan solusi dalam filterisasi AI dan media social dengan mengaplikasikan prinsip-prinsip dalam Al-Quran. Pembahasan dibagi atas tiga (3) pembahasan yaitu; menguraikan eksistensi AI dan media social, menguraikan urgensi penggunaan AI dan media social, dan menguraikan bagaimana menyaring AI dan media social melalui nilai-nilai Al-Quran.
POTRET EKSISTENSI AI DAN MEDIA SOSIAL DI NEGARA KITA: TANTANGAN & HARAPAN
Sebelum merambah terlalu jauh membahas perspektif Islam terhadap AI, alangkah eloknya jika mengetahui terlebih dahulu bagaimana sejarah dan perkembangan AI dalam kehidupan manusia. Sebenarnya, istilah “AI” atau “kecerdasan buatan” telah muncul sejak tahun 1956 lampau, dalam sebuah konferensi bernama Darmouth. Namun jauh sebelum itu, para filsuf juga sebetulnya telah mengeluarkan teori yang melandasi lahir dan tumbuh kembang AI.
Di tahun 1900, para filsuf seperti George Boole, Alfred North Whitehead, dan Betrand A. W. Russel, telah mengeluarkan teori matematika yang kemudian menjadi landasan dalam mesin komputer atau kecerdasan buatan. Pada era 1930-an, muncul Alan Turing, yang kemudian menemukan Turing Machine dan teori Tes Turing sebagai penguji tingkat kecerdasan mesin komputer; Claude Shannon, dengan teori informansinya; dan John Von Neumann yang memisahkan komputer menjadi 2 bagian, yakni software dan hardware.
Sedangkan di tahun 1946, pasca Perang Dunia II, komputer digital pertama di dunia telah muncul. Empat tahun kemudian, tepatnya era 1950-an, muncul John McCarthy, Marvin Lee Minsky, Herbert Alexander Simon, Allen Newell, dan Edward Albert Feigenbaum yang mulai merumuskan istilah AI. AI muncul pertama kali pada 1956 dalam konferensi Darmouth. Di era 1980-an, merupakan era yang dikenal sebagai second wave of AI.
Sedangkan era perkembangan AI terbesar berada di era 2000-an, dimana komputer dan internet telah tersedia. Salah satu penemuan terbesar saat itu adalah World Wide Web (WWW). Hingga saat ini, AI telah berkembang pesat dan dimungkinkan menjadi lebih “gahar” seiring berkembangnya zaman. Sebab, para ilmuan telah berlomba-lomba dalam mengembangkan teknogi tersebut.
Wacana mengenai AI memang masih hangat dibicarakan dan merupakan suatu hal yang baru masyhur di Indonesia dalam dua dawarsa terakhir. Artificial intelligence adalah bidang ilmu teknologi yang pengembangannya membutuhkan sumber daya yang besar. Tidak hanya dari segi biaya, namun juga tenaga ahli manusia, dan tingkat kerumitan teknologi di baliknya.
Dari survey dan riset EDBI dan Kearney, ditemukan bahwa tantangan terbesar bagi Indonesia dan negara-negara di Asia Tenggara untuk mengembangkan teknologi AI adalah kurangnya tenaga ahli manusia yang bisa menguasai teknologi AI, serta kalaupun ada, sulit bagi mereka untuk berminat bekerja di negara sendiri. Kecemasan terkait pengembangan kecerdasan buatan juga muncul seiring dengan semakin berkembangnya teknologi AI. Terutama karena artificial intelligence terbukti dapat meniru cara berpikir manusia dan mengerjakan banyak pekerjaan manusia. Hal tersebut menjadi tantangan tersendiri dalam pro kontra mengenai kecerdasan buatan.
Dilansir dari blog Niagahoster, meski kecerdasan buatan sudah semakin marak digunakan, namun teknologi AI tidak akan sepenuhnya bisa menggantikan peran seseorang dalam kehidupan sehari-hari. Kecerdasan buatan dapat dimanfaatkan untuk memudahkan pekerjaan dan menghasilkan sesuatu secara lebih efektif dan efisien.
Artificial Intelligence (AI) atau kecerdasan buatan sedang menjadi sorotan di Indonesia. Salah satunya karena kemunculan tools berbasis AI, yaitu Chat Generative Pre-Trained Transformer (ChatGPT). ChatGPT adalah artificial intelligence berbasis teks yang dirilis oleh OpenAI pada November 2022. OpenAI menjelaskan, ChatGPT berinteraksi seperti percakapan biasa. Format dialog yang digunakan mengizinkan ChatGPT menjawab pertanyaan, mengakui kesalahan dan meminta maaf, membenarkan ide yang dianggap tidak tepat, dan menolak permintaan yang tidak pantas.
Dilansir dari Forbes, ChatGPT dapat digunakan untuk membantu menciptakan konten marketing bagi bisnis dan sebagai automated customer service yang lebih interaktif serta dapat memberikan jawaban lebih baik dari chatbot biasa. Sebagai contohnya, Niagahoster sudah mencoba menuliskan pesan di ChatGPT untuk membuat kerangka website sesuai kebutuhan dan menanyakan mengenai tema yang cocok dengan website yang tengah dikembangkan. ChatGPT pun bisa memberikan jawaban panjang yang meskipun cukup sederhana namun bisa memudahkan untuk membuat website.
Tantangan islam moderat menjadi sangat berat karena generasi millenials lebih cenderung untuk mengkonsumsi hal-hal yang bersifat instan, nir-proses, kebutuhan pola pikir eksponensial, sehingga melahirkan apa yang disebut sebagai era internet of things atau bisa dengan istilah lain dikenal sebagai kecerdasan buatan (artificial intellegence). Tanpa akses internet, generasi saat ini seakan tak bisa berfikir dan menalar. Pikirannya tiba-tiba kosong saat dijauhkan dari smartphone mereka. Pada posisi inilah lahir disruptive culture, disruptive mindset, dan disruptive marketing.
Disruption pada tahap akhirnya menciptakan suatu dunia baru: digital marketplace. Pasar virtual, yang tak hanya menyuguhkan barang dan jasa saja, namun juga ideologiideologi yang dibranding sesuai dengan kecenderungan zaman. Tak terkecuali ideologi yang mengusung semangat radikalisme, juga jamak di sebarkan di media online, khususnya media sosial. Kini kaum muda hidup di dunia yang berbeda, dunia virtual yang tak kelihatan sehingga para pengusung ideologi harus berkompetisi secara ketat untuk merebut dan mengkonstruk opini generasi milenial.
Dalam sudut media sosial sendiri, Indonesia menghadapi tantangan lain seperti merajalelanya hoax. Indonesia sekarang sedang dibanjiri dengan berita hoaks. Hal ini dibuktikan dengan jumlah persentase penyebaran berita hoax yang mencapai 92,40% pada media sosial, aplikasi chatting berupa whatsApp sekitar 62,80%, dan pada situs web sekitar 34,90%. Hal ini menunjukan bahwa indonesia sedang mengalami darurat hoaks dengan bersarnya jumlah hoaks yang beredar di masyarakat.
Munculnya berita hoax ini juga tak lepas dari beberapa alasan. Pertama, turunnya pemasukan di media industri yang disebabkan oleh kemudahan membuat website serta lahan untuk konten platform periklanan. Kedua, adanya rasa khawatir akan turunnya reputasi media masa, sehingga untuk mening- katkan reputasi tersebut memunculkan berita hoax yang menghebohkan sebagai ajang meningkatkan reputasi. Ketiga, munculnya media sosial, selain menjadi alat komunikasi modern, juga menjadi ajang pencarian uang. Dengan memunculkan berita yang menghebohkan, daya jual media sosial akan semakin banyak menghasilkan keuntungan. Keempat, terus menurunnya "kepercayaan" dari media industri, sehingga memunculkan berita hoax sebagai alternatif untuk mendapatkan daya tarik yang lebih. Kelima, munculnya faktor politik sebagai ajang untuk menurunkan popularitas kelompok lain yang bersaing.
KEHARUSAN PENGGUNAAN AI DAN MEDIA SOSIAL PADA MASA KINI
Artificial Intelligence atau AI merupakan teknologi terkini yang dikembangkan untuk memudahkan manusia. Kehadiran teknologi AI mampu merevolusi seluruh aspek kehidupan, termasuk pekerjaan. Teknologi AI memberikan kesempatan bagi komputer untuk mempelajari big data sehingga dapat melaksanakan tugas kompleks. Artificial Intelligence juga efektif mengoptimalkan pekerjaan yang dilakukan secara mandiri maupun kelompok.
Artificial Intelligence tidak hanya diaplikasikan di dunia bisnis saja. Teknologi ini juga digunakan pada aplikasi mobile, game, dan desktop. Sistem operasi, seperti Windows, iOs, dan Android juga melibatkan teknologi AI untuk memaksimalkan kinerja gawai. Di masa mendatang, teknologi AI diharapkan sama pentingnya dengan internet dan listrik.
Contoh penggunaan AI dalam bidang kesehatan adalah penggunaan teknologi AI dalam diagnosis penyakit, pengobatan, dan pengawasan kesehatan. Dalam bidang bisnis, AI dapat membantu dalam pengambilan keputusan, analisis data, dan pengoptimalan produksi. Sedangkan dalam bidang teknologi, AI dapat digunakan dalam pengembangan aplikasi, website, dan teknologi lainnya untuk memberikan pengalaman pengguna yang lebih baik.
Namun, penggunaan AI harus tetap memperhatikan aturan-aturan Islam yang berlaku seperti menjaga privasi dan keamanan data. Selain itu tidak menyalahi norma agama dan adat istiadat, serta tidak digunakan untuk tujuan yang merugikan atau merusak lingkungan hidup.
Dalam pandangan Islam, teknologi seperti AI harus digunakan sebagai sarana untuk mempermudah hidup manusia dan membantu meningkatkan kualitas hidup, bukan untuk menggantikan peran manusia atau menciptakan kekacauan.
Namun, beberapa ulama juga menekankan bahwa penggunaan teknologi AI harus tetap memperhatikan nilai-nilai kemanusiaan dan moral, serta tidak melanggar hak-hak asasi manusia. Oleh karena itu, sebagai umat Islam, kita harus selalu memperhatikan etika dan moral dalam penggunaan teknologi modern seperti AI.
Mengingat tingkat persaingan di pasar AI aplikasi desktop maupun seluler tergolong ketat, perusahaan menerapkan teknologi AI untuk mendorong user experience pelanggan dan mendapatkan keuntungan. Menariknya, tanpa disadari, cukup banyak aplikasi yang sering digunakan telah memanfaatkan teknologi AI. Adapun contohnya, antara lain sebagai berikut.
Penyedia email, seperti Google telah memperkenalkan fitur AI secara bertahap. Mulai dari balas pesan cepat, kategorisasi email cerdas, penghapusan spam, hingga menghilangkan kerumitan tugas tidak produktif.
Face Unlock
Teknologi Face Unlock merupakan fitur yang dapat digunakan pengguna untuk membuka ponsel pintar. Keberhasilan tersebut mendorong Microsoft Windows mengikuti tren ini dengan memperkenalkan Windows Hello untuk membuka kunci komputer.
Navigasi Google
Berbekal bantuan Machine Learning, Google Maps mempelajari perjalanan kerja kamu setiap hari. Aplikasi ini juga memberikan informasi mengenai lalu lintas, kondisi cuaca, serta identifikasi penundaan sistem transportasi, seperti kereta api, penerbangan, dan bus.
Hiburan dan Sosial
Aplikasi hiburan maupun media sosial, seperti Netflix, Prime Amazon, Twitter, Instagram, dan Facebook telah menambahkan fitur baru ke dalam platform untuk memberikan pengalaman lebih baik dan pintar.
Perbankan dan Keuangan
Teknologi AI dan Machine Learning berperan penting dalam industri perbankan. Kehadiran teknologi tersebut memberi rasa aman dan nyaman bagi nasabah. Machine Learning efektif mencegah penipuan dengan cara memantau kebiasaan pengeluaran secara teratur dan mempertimbangkan faktor interval antara transaksi, lokasi, nilai, dan lainnya. Teknologi AI membantu menentukan transaksi yang dilakukan sah atau justru tergolong penipuan.
Berbekal fitur pengenalan wajah dan suara, bank dapat melindungi pembayaran yang dilakukan nasabah. Teknologi AI juga mengoptimalkan penggunaan aplikasi digital perbankan. Hal ini memungkinkan kamu membuat melakukan seluruh proses perbankan dengan cepat, aman, dan tanpa kertas.
MEMBUMIKAN NILAI-NILAI AL-QURAN SEBAGAI SOLUSI FILTERISASI AI DAN MEDIA SOSIAL
Menurut persepsi penulis, ada tiga poin penting yang dapat dijadikan sebagai upaya filterisasi AI dan media sosial melalui penanaman nilai-nilai Al- Quran pada kehidupan sehari-hari yakni dengan erkata dan mempelajari ilmu AI dan media sosal yang benar dibareng iman dan taqwa, meneliti kebenaran infomasi, dan menebar kebaikan melalui media social dan AI.
Literasi AI dan Media Sosial dengan SEJUTA (Semangat Iman dan Taqwa)
Sebenarnya, sebagai agama yang Shalih wa likulli Zaman wa Makan, Islam tidak akan membatasi bagaimana teknologi berkembang. Justru sebaliknya, Islam akan mendukung perkembangan teknologi itu. Sebab pastinya perkembangan teknologi AI akan membantu syi’ar agama Islam ke depannya. Islam tidak akan menutup dirinya dari zaman, karena itu adalah awal dari kemunduran.
Media sosial menjadi sarana yang paling mudah untuk ‚disusupi‛ dengan bermacam informasi hoax. Terlebih lagi dengan semakin banyaknya pengguna media sosial untuk menampilkan diri, atau perilaku narsistik. Situasi ini menjadikan pihak-pihak tak bertanggungjawab yang ingin mengadu domba dan memecah belah semakin merajalela dalam membuat aneka informasi hoax demi kepentingan mereka sendiri.
Dengan dilandasi iman dan ketaqwaan dan tujuan yang positif dan memfilterkan diri kita dari maraknya media social dan gencarnya kemunculan AI dalam kehidupan. Dalam hal ini, Allah Swt. berfirman dalam surah al-Hadid ayat 25:
لَقَدْ اَرْسَلْنَا رُسُلَنَا بِالْبَيِّنٰتِ وَاَنْزَلْنَا مَعَهُمُ الْكِتٰبَ وَالْمِيْزَانَ لِيَقُوْمَ النَّاسُ بِالْقِسْطِۚ وَاَنْزَلْنَا الْحَدِيْدَ فِيْهِ بَأْسٌ شَدِيْدٌ وَّمَنَافِعُ لِلنَّاسِ وَلِيَعْلَمَ اللّٰهُ مَنْ يَّنْصُرُهٗ وَرُسُلَهٗ بِالْغَيْبِۗ اِنَّ اللّٰهَ قَوِيٌّ عَزِيْزٌ ࣖ
25. Sungguh, Kami benar-benar telah mengutus rasul-rasul Kami dengan bukti-bukti yang nyata dan Kami menurunkan bersama mereka kitab dan neraca (keadilan) agar manusia dapat berlaku adil. Kami menurunkan besi yang mempunyai kekuatan hebat dan berbagai manfaat bagi manusia agar Allah mengetahui siapa yang menolong (agama)-Nya dan rasul-rasul-Nya walaupun (Allah) tidak dilihatnya. Sesungguhnya Allah Maha Kuat lagi Maha Perkasa. (Q.S. Al-Hadid/57:25).
Dalam tafsir Al-Azhar, dijelaskan oleh Hamka bahwa penggalan ayat mengenai besi tersebut ini mengisyaratkan bahwa Allah tidak menghalangi teknologi. Dalam ayat tersebut dijelaskan mengenai manfaat besi yang begitu banyak, termasuk teknologi.
Terlebih tiga tahun lalu, Dubai yang merupakan negara emirat Islam yang modern, telah menggunakan AI dalam urusan fatwa berbasis aplikasi. Hal tersebut tentu saja tak lain digunakan untuk memudahkan muslim dalam mengakses fatwa, pendidikan keislaman, dan keuangan syari’ah. Sebuah gebrakan yang baik untuk dunia Islam.
Namun meskipun begitu, penggunaannya tetap harus dikontrol agar nantinya tidak lantas menimbulkan mudharat bagi umat Islam. Sebab jika berada di tangan yang salah, AI dan media sosial justru bisa menjadi senjata yang mematikan. Ia dapat menjadi media penyebaran kemurtadan, atau mungkin sebuah ajaran radikal, dan lebih banyak kemungkinan lainnya. Oleh sebab itu, kemajuan teknologi yang kian pesat, hendaknya juga didukung dengan kemampuan berteknologi dengan cerdas dan bijaksana, tentunya tetap berlandaskan aqidah Islam yang wasathiyah.
Internalisasi Budaya Ber-tabayyun (Stop Hoax, Hate Speech, Saring sebelum Sharing)
Terlebih, melalui Al-Quran Islam mengajarkan umatnya untuk selalu menyampaikan berita dan informasi media social dan penggunaan AI dengan benar, karena menyampaikan kebenaran merupakan kunci dalam meraih kebehagiaan dan terhindar dari segala hal yang tidak menentramkan. Menyampaikan berita benar tersebut berarti berkata benar dengan sebenar-benarnya istilah lainnya adalah menyampaikan berita dengan penuh kejujuran. Tuntutan umat Islam agar selalu melakukan klarifikasi saat menerima berita sudah diatur dalam Alquran. Alquran mewajibkan umat Islam untuk melakukan tabayyun.
يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْٓا اِنْ جَاۤءَكُمْ فَاسِقٌۢ بِنَبَاٍ فَتَبَيَّنُوْٓا اَنْ تُصِيْبُوْا قَوْمًاۢ بِجَهَالَةٍ فَتُصْبِحُوْا عَلٰى مَا فَعَلْتُمْ نٰدِمِيْنَ
6. Wahai orang-orang yang beriman, jika seorang fasik datang kepadamu membawa berita penting, maka telitilah kebenarannya agar kamu tidak mencelakakan suatu kaum karena ketidaktahuan(-mu) yang berakibat kamu menyesali perbuatanmu itu. (Q.S. Al-Hujurat/49: 6).
Ayat tersebut merupakan anjuran kepada umat Islam yang beriman, agar berhati-hati dalam menerima berita yang datangnya dari orang fasik. Umat Islam dituntut agar selalu berhati-hati, baik dalam menyampaikan berita maupun menjalani kehidupan sehari-hari. Kebenaran identik dengan nilai azali ketu- hanan sehingga Islam menjadi agama yang mengajarkan manusia agar keluar dari kegelapan menuju cahaya keimanan yang terang benderang, memberikan pedoman dan petunjuk kepada jalan yang lurus.
Islam juga dipahami sebagai agama risalah. Ia harus disampaikan kepada umat manusia sampai akhir hayatnya. Ayat ini merupakan peringatan kepada umat Islam agar melakukan konfirmasi dan berhati-hati akan datangnya berita dari orang-orang fasik yang bermaksud menyesatkan umat Islam. Karenanya, umat Islam dianjurkan untuk mengoreksi datangnya berita dari orang-orang fasik (yang biasa berbuat kerusakan). Hal ini dilakukan sebagai sebuah upaya mengantisipasi datangnya berita hoax yang akan menyebabkan pertikaian, permusuhan dan penyesalan.
Ayat ini juga menunjukkan adanya penekanan Al-Quran terhadap nilai dasar keimanan dan ketakwaan kepada Allah.Ia diwujudkan ke dalam bentuk implementasi nilai kemanusiaan untuk menyikapi segala berita yang datang dengan memeriksa secara teliti, tidak gegabah, dan tidak tergesa-gesa dalam menerima berita sebelum kebenaran beritanya dianggap jelas. Dengan demikian, melalui ayat ini Allah memberikan pedoman bagi masyarakat agar berhati-hati dalam menerima berita terutama berita bohong yang bersumber dari agen-agen pembawa berita bohong tersebut. Alquran berpesan jika ada berita atau informasi yang datang hendaknya terlebih dahulu melakukan tabayyun dengan memeriksa secara teliti berita tersebut.
Menebar Amal Jariyyah melalui Aksiologi AI dan Media Sosial dalam Kehidupan Bermasyarakat
Media social dan AI tentunya merupakan platform yang tidak lepas dari kehidupan kita. Hampir semua orang yang memiliki ponsel pintar mengakses media sosial lewat gadgetnya. Media sosial memiliki beragam manfaat, beserta dengan keburukannya. Lebih baik, kita berfokus pada fungsi positif media sosial. Dan kecerdasan buatan melalui aplikas maupun website dan lainnya.
Amal jariyah secara bahasa berasal dari dua suku kata yakni “Amal” dan “Jariyah”. Keduanya diambil dari bahasa arab dimana “Amal” berarti perbuatan dan “Jariyah” bermakna mengalir.
Amal jariyah merupakan amalan seseorang yang tidak akan terputus pahalanya walaupun seseorang itu sudah meninggal. Rasulullah SAW pernah menyebutkan 3 amalan yang termasuk amal jariyah yaitu sedekah jariyah, ilmu bermanfaat, dan doa anak saleh dan salihah. Hadits tersebut diriwayatkan dari Abu Hurairah RA dalam hadits riwayat Imam Muslim, Rasulullah SAW bersabda:
إِذَا مَاتَ الْإِنْسَانُ انْقَطَعَ عَمَلُهُ إِلَّا مِنْ ثَلَاثَةٍ مِنْ صَدَقَةٍ جَارِيَةٍ وَعِلْمٍ يُنْتَفَعُ بِهِ وَوَلَدٍ صَالِحٍ يَدْعُو لَهُ
Artinya: "Jika seseorang meninggal dunia, maka terputuslah amalannya kecuali tiga perkara (yaitu): sedekah jariyah, ilmu yang dimanfaatkan, atau doa anak yang sholeh." (HR Muslim).
Penulis menawarkan 3 cara untuk menjadikan media sosial sebagai ladang pahala sebagai berikut.
Jadikan Sarana untuk Berdakwah
Untuk memanfaatkan media sosial, jadikan akun yang kamu pegang sebagai sarana untuk berdakwah. Sampaikan kepada follower hal-hal yang positif, terutama berkaitan dengan keindahan Islam. Tunjukkan kepada followersmu bahwa Islam adalah agama yang Rahmatan lil ‘alamin. Kamu juga bisa mengingatkan mereka tentang kebesaran Allah, kemuliaan Rasulullah, serta pesan-pesan positif lainnya.
Jadikan media sosial sebagai sarana untuk mengingtakan orang lain tentang kebesaran Allah. Selain itu, kamu juga bisa membuat konten dan memposting pesan untuk mengingatkan followers melakukan amalan tertentu. Ketika mereka melakukan kebaikan karena melihat unggahanmu, bukankah kamu juga akan mendapat pahalanya?
Murnikan Niat karena Allah
Ketika memposting unggahan tentang dakwah, pastikan niatnya karena Allah Ta’ala. Ketika berbuat baik dan mengunggahnya di media sosial, memang bisa menjadi celah bagi syaitan untuk meniupkan perasaan riya dan ingin dipuji. Ketika perasaan itu hadir, segera beristighfar. Berharaplah pahala dari Allah, bukan pujian dari manusia.
Syaitan memang tidak akan berhenti menggoda kita. Saat mengunggah postingan yang positif, segera tepis pikiran yang membisikkan untuk merasa lebih baik dari orang lain, ingin dipuji orang lain, serta keinginan untuk mendapat banyak like. Jika niatmu murni karena Allah, Insya Allah kebaikan akan diberikan olehNya.
Mengakses Postingan yang Menambah Ilmu Agama
Perhatikan konten-konten yang kamu konsumsi. Mengkonsumsi konten hiburan tentu tidak dilarang. Namun, jangan tergelincir untuk ikut mengkonsumsi konten-konten yang mengajak berbuat maksiat. Misalnya konten berbau asusila, konten ghibah, serta konten yang menebarkan hoax, kebencian, dan permusuhan.
DAFTAR RUJUKAN
https://arrahim.id/fachr/artificial-intelligence-ai-bagaimana-perspektif-islam/
https://binus.ac.id/2022/07/penerapan-teknologi-artificial-intelligence-di-kehidupan-sehari-hari/
https://teknik-informatika-s1.stekom.ac.id/informasi/baca/Potensi-Pengembangan-AI-Artificial-Intelligence-di-Indonesia/3f99231c98ed3a3db491ccb2f15accd2f43a6bbd
https://umroh.com/blog/5-cara-menjadikan-media-sosial-sebagai-ladang-pahala/
https://www.jogjaraya.com/khazanah/6388016241/apakah-kehadiran-ai-melawan-bertentangan-dengan-ajaran-islam-simak-ulasan-berikut#:~:text=Menurut%20pandangan%20mayoritas%20ulama%2C%20penggunaan,meningkatkan%20efisiensi%20dalam%20berbagai%20bidang.
Tim, Literasi Moderasi Beragama Di Indonesia, Bengkulu: CV. Zigie Utama, 2019.
Tim, Moderasi Beragama: Jihad Ulama Menyematkan Umat dan Negeri dari Bahaya Hoax, Tangerang: PSP Nusantara Tangerang, 2019.
Disclaimer
Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.