Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Endang Esri

Manusia dan Kecerdasan Bukan-Bukan

Lomba | 2023-08-26 22:27:01

Setiap kali membaca atau mendengar kata kecerdasan maka yang terpikirkan adalah IQ. Pertanyaan berikutnya adalah berapa IQ-nya? 130. Semakin tinggi hasil tes IQ seseorang maka dikategorikan memiliki kecerdasan sangat superior. Hal tersebut wajar karena sebagian besar masyarakat kita memahaminya demikian. Namun bila ditelusuri secara lebih terperinci, kecerdasan pada diri manusia memiliki makna yang luas, tidak terbatas hanya satu makna saja.

Howard Godner seorang ahli pendidikan dari University menyatakan bahwa manusia memiliki sembilan kecerdasan yang dikenal dengan istilah multiple intelligency, mliputi kecerdasan verbal-linguistik (cerdas bahasa), kecerdasan logis matematis (cerdas angka), kecerdasan visual-spasial (cerdas gambar-warna), kecerdasan musical (cerdas musik-lagu), kecerdasan kinestetik (cerdas gerak), kecerdasan interpersonal (cerdas sosial), kecerdasan intrapersonal (cerdas diri), kecerdasan naturalis (cerdas alam), dan kecerdasan eksistensi (cerdas hakikat). Teori multiple intelligency ini penting diterapkan pada anak-anak karena dengan adanya pengalaman yang dilaluinya, anak-anak akan semakin berkembang kecerdasannya, tingkat kepercayaan yang semakin baik, dan motivasi belajar yang kuat, seperti dinyatakan Freddy Widya Ariesta (2021).

Saat ini keberadaan teknologi sudah menjadi bagian dari kehidupan masyarakat, tuntutan adanya peningkatan dalam menjalani aktivitas memunculkan kebermanfaatan mesin komputer yang dapat membantu dan memudahkan aktivitas manusia.

Felixtian Teknowijoyo dan Leni Marpelina (2021) menyatakan bahwa di era industry 4.0 Keberadaan komputer membantu dalam menciptakan kebaharuan yang dapat membantu dalam berbagai kegiatan yaitu dengan adanya kecerdasan buatan atau Artificial Intelligence (Al). Al telah dipercepat dan digunakan secara global hingga sangat mempengaruhi berbagai industri, infrastruktur, sosial, dan aktivitas manusia lainnya.

Teknologi ini pertama kali dikemukakan oleh Jhon Mc Carthy tahun 1956. Sri Hartati (2021) mengutip pandangan Nicholas dan Cassimatis (2012) yang mengatakan bahwa kecerdasan buatan merupakan bagian dari ilmu komputer yang memiliki tujuan untuk mencerdasakan manusia serta memiliki fungsi sama dengan manusia. Hal yang sama dikemukakan oleh Jarot Dian Susatyono (2021) bahwa kecerdasan buatan (Artificial intellegence) merupakan bagian dari ilmu komputer yang mempelajari bagaimana membuat mesin komputer dapat melakukan kegiatan seperti dan sebaik yang dilakukan manusia bahkan bisa lebih baik dibandingkan apa yang dilakukan manusia.

Kemunculan teknologi Al memiliki manfaat yang berinovasi sesuai bidangnya, seperti ketika kebutuhan layanan transfortasi manual yang berinovasi dengan adanya layanan online sehingga dapat mengetahui posisi driver dan lamanya waktu tempuh yang diperlukan. Kondisi ini menyatakan dengan semakin banyaknya orang melakukan akses internet maka Al akan semakin berkembang.

Al memiliki dampak positif yang bermanfaat bagi kehidupan manusia, yaitu dapat memudahkan pekerjaan manusia. Contohnya sistim asisten suara virtual dalam penunjuk arah Google Maps, kemudian adanya kecanggihan mesin dalam pemindai foto di media sosial, adanya filter wajah sehingga memperindah penampilan manusia di sosial media, di bidang perbankan adanya M-Banking sebagai aplikasi yang mempermudah melakukan transaksi financial. Selain itu adanya mesin pencarian laman internet atau search engine dalam membantu pencarian sumber ilmu pengetahuan seperti Bing dan Goggle, selain itu bidang kecerdasan buatan yang cukup populer adalah robotica yang fungsinya dapat diprogram ulang sesuai tugas dan dimanfaatkan pada bidang pekerjaan sehari-hari, seperti bidang kesehatan, hiburan, industry manufacture, serta pekerjaan rumah tangga.

Perkembangan teknologi yang sangat pesat menyebabkan adanya perubahan nilai masyarakat dan selayaknya disikapi dengan bijak, Selain dampak positif perlu pula diketahui dampak negatif dari kecerdasan buatan. Silviyawati (2023) menyatakan bahwa kehadiran kecerdasan buatan (Al) dalam beberapa sektor dapat mengambil alih pekerjaan manusia seperti di sektor manufaktur, mesin-mesin dengan teknologi AI dapat melakukan tugas-tugas yang sebelumnya dilakukan oleh pekerja manusia, sehingga menyebabkan banyak pekerja kehilangan pekerjaannya dan meningkatnya pengangguran. Contoh lain Al dapat dipergunakan untuk memanipulasi informasi sehingga mempengaruhi opini publik terhadap situasi atau subjek tertentu, serta Al dapat menjadi ancaman peretasan untuk tujuan yang merugikan

Berdasarkan uraian di atas dapat dinyatakan bahwa kehadiran kecerdasan buatan (Al) dalam kehidupan sangat membantu manusia. Namun harus diingat bahwa kecerdasan buatan itu hadir karena adanya multiple intelligency yang dimiliki manusia sebagai makhluk ciptaan Tuhan yang amat istimewa dengan segala dinamika perkembangan hasil kecerdasannya. Multiple intelligency merupakan pondasi yang mendasari perkembangan teknologi itu sendiri.

Perlu diingat juga bahwa perkembangan teknologi bukanlah kecerdasan bukan-bukan. Maksudnya teknologi bukan kecerdasan untuk mainan, bukan kecerdasan untuk melakukan kecurangan, bukan kecerdasan untuk merusak ilmu pengetahuan, bukan kecerdasan berbasis ide orisinil, bukan kecerdasan yang memiliki emosi, dan bukan kecerdasan untuk melupakan Tuhannya!

Penerapan Al dalam aktivitas kehidupan

Sumber : Detty Risetya

Referensi Bacaan

Detty Risetya.2023. 7 Fakta Menyentak Tentang Kecerdasan Buatan yang Anda Belum Tahu. Mayar

Felixtian Teknowijoyo dan Leni Marpelina. (2021). Relevansi Industri 4.0 dan Society 5.0 Terhadap Pendidikan di Indonesia. Universitas Sebelas Maret

Freddy Widya Ariesta. (2021). Hakikat Teori Multiple Intelligency Dalam Pembelajaran (Howard Gardner). Binus University.

Jarot Dian Susatyono.M.Kom. (2021). Kecerdasan Buatan Kajian Konsep Dan Penerapan. Yayasan Prima Agus Teknik. Semarang

Lajnah Pentashihan Mushaf Al-Qur’an. (2018). Tafsir Al-Qur’an Tematik. Badan Litbang Dan Diklat Kememntrian Agama Republik Indonesia. Kamila Pustaka. Jakarta

Samsinar.S. (2020). Multiple Intellegince Dalam Pembelajaran. Talassa Media. Sulawesi Selatan

Sri Hartati. (2021). Kecerdasan Buatan Berbasis Pengetahuan. Gajah Mada University Press. Yogyakarta

Silviyawati. (2023). Dampak Positif Dan Negatif Teknologi Kecerdasan Buatan (Al) Dalam Regulasi Dan Etika Penggunannya. Portal Publikasi

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Terpopuler di

 

Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image