Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image raudhatul ilmi

AI, Kecerdasan Buatan yang Masih Kalah Cerdas

Teknologi | Saturday, 19 Aug 2023, 07:19 WIB
ilustrasi AI (Freepick/Rawpixel.com)

Perkembangan zaman ikut merubah sudut pandang terhadap kehidupan, bahkan pola pilkir manusia itu sendiri. Saat ini manusia pun cenderung mengikuti arus layaknya air mengalir. Sejatinya mengikuti arus perkembangan teknologi tidak sepenuhnya salah. Namun dalam hal ini perlu yang namanya bijak, agar kita bisa mendapatkan banyak manfaat dari setiap perkembangan yang terjadi dari masa ke masa.

Saat ini perkembangan teknologi telah mampu untuk menciptakan kecerdasan buatan. Dalam hal ini mayoritas orang sering menyebutnya AI yang merupakan akronim dari Artificial Intelligence. AI bisa dikatakan sebagai penemuan yang luar biasa, yang mana akan lebih memudahkan perkerjaan manusia.

Namun yang namanya kecerdasan buatan, tidak akan mampu untuk menggantikan kecerdasan alami. Hal ini bisa dimaklumi, mengingat setiap hal yang disebut sebagai buatan, otomatis selalu ada penciptanya yaitu manusia. Tidak mungkin AI itu ada jika tidak dilandasi oleh ide manusia,. Maka bisa dikatakan bahwa AI adalah kecerdasan buatan yang masih kalah cerdas.

Kita boleh saja menggunakan AI untuk meringankan tugas kita dalam bidang tertentu, namun jangan sampai membuat kita terlalu bergantung kepadanya. Dalam artian jangan biarkan kecerdasan buatan tadi merenggut kecerdasaan alami yang kita miliki saat ini.

Kecerdasan alamai adalah anugerah dari yang Maha Kuasa yang mana cara mensyukurinya dengan memaksimalkan kecerdasan alami kita untuk menggali potensi yang kita miliki. Jika semua hal kita libatkan AI, maka kepekaan tentang lingkungan sekitar akan berangsur-angsur hilang.

Sebagai contoh saat ini sudah ada ChatGPT yang dipercaya bisa memberikan solusi terhadap problematika yang kita hadapi. Namun seperti yang pernah disinggung diawal, yang namanya buatan selalu terdapat keterbatasan. Penulis pribadi pun sudah pernah uji coba chatGPT dengan menanyakan beberapa hal.

Ternyata terbukti dengan jelas bahwa pengetahuan dari ChatGPT masih sangat terbatas. ChatGPT sama sekali tidak akan bisa memberikan informasi terbaru yang mungkin kita butuhkan. Berdasarkan riset penulis pribadi ChatGPT saat ini hanya mengetahui informasi sampai dengan bulan September 2021 saja. Itu artinya jika anda membutuhkan tambahan informasi setahun terakhir anda tidak akan menemukan jawabannya.

Langkah bijaknya adalah dengan tidak menggantungkan sepenuhnya kepada AI, namun tidak juga membuang AI seutuhnya dari kehidupan anda. Hal terbaik yang bisa dilakukan adalah dengan memanfaatkan kecerdasan ganda. Kecerdasan ganda yang dimaksud adalah mengombinasikan antara kecerdasan buatan dan kecerdasan alami anda sebagai manusia.

Jika kombinasi tersebut bisa diimplementasikan, maka akan mampu untuk menciptakan banyak hal mengagumkan dalam setiap ide dan pengambilan keputusan yang kompleks. Dengan demikian bisa disimpulkaan bahwa akan banyak peluang yang bisa dimaksimalkan bagi kehidupan manusia luas dengan berkembangnya AI jika kita bisa jeli melihat situasi. Pada akhirnya kecerdasan yang tidak kalah cerdas pun akan bisa memaksimalkan kecerdasan alami yang sudah ada dalam diri.

Kolaborasi antara Manusia dan AI akan menghadirkan sinergi yang kuat. Manusia bisa memberikan pemahaman yang mendalam terhadap suatu permasalahan dan merancang model AI.

Sedangkan AI sendiri akan bisa dimanfaatkan untuk menganalisis data besar dan mengerjakan tugas yang banyak memakan waktu. Namun ingat pengambilan keputusan akhir harus tetap dilakukan oleh manusia untuk menghilangkan bias yang mungkin tercipta, karena sebagai benda mati AI sama sekali tidak peka dengan situasi dan tidak memiliki intuisi.

Jadi tetap bijaklah menggunakan AI agar anda bisa lebih banyak merasakan kelebihan dibandingkan kekurangan.

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Berita Terkait

 

Tulisan Terpilih


Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image