Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Dimas Muhammad Erlangga

17 Agustus 1945 : Revolusi Belum Selesai!

Politik | Wednesday, 16 Aug 2023, 13:48 WIB

Pada 17 Agustus 1957, sebelum memulai pidatonya yang berjudul “Suatu Tahun Ketentuan”, Bung Karno membacakan sebuah ikrar. Ikrar itu memuat lima point, yang kesemuanya bertekad melanjutkan cita-cita “Revolusi Agustus”. 17 Agustus memang sebuah revolusi, seperti dikatakan Sukarno, karena merupakan sebuah proses menjebol dan membangun. Yang dijebol adalah kolonialisme, sedangkan yang dibangun adalah Indonesia Merdeka.

Karena ia sebuah revolusi, maka Revolusi Agustus tidak berhenti di hari itu juga. Justru, 17 Agustus itu adalah pengumuman akan dimulainya revolusi. Sukarno sendiri mengatakan, saat itu barulah empat yang sudah selesai: (1) naskah proklamasi itu sendiri, (2) bendera kebangsaan Sang Merah-Putih dan lagu kebangsaan Indonesia Raya, (3) falsafah negara, yaitu: Pancasila, (4) Undang-Undang Dasar yang bersendikan palsafah negara itu. Di luar yang empat itu, barulah bangsa Indonesia akan memperjuangkannya melalui sebuah revolusi. Oleh karena itu, tidak salah kemudian jikalau Sukarno mengikrarkan bahwa “Revolusi Belum Selesai”. Pada kenyatatannya, apa yang dicita-citakan Revolusi Agustus 1945 belum tercapai.

Sudah 58 tahun—sejak 1965 ketika Bung Karno dan pendukungnya dikalahkan—Revolusi Agustus terinterupsi. Pada saat bersamaan, praktek kolonialisme kembali bercokol dan mengambil posisi dominan dalam segala aspek kehidupan bangsa, sampai sekarang.

Di lapangan ekonomi, posisi ekonomi Indonesia sudah kembali seperti zaman kolonial : Indonesia sebagai penyedia bahan baku, penyedia tenaga kerja murah, pasar bagi produk negeri-negeri maju, dan tempat penanaman modal asing. Itu mulai berlaku sejak zaman Orde Baru.

Situasi sekarang makin nyata: kita makin terjajah! Jika dilihat dari berbagai jenis komoditi ekspor kita, maka hampir semuanya adalah bahan mentah, seperti batubara, minyak, gas, bauksit, minyak kelapa sawit, dan karet. Hampir kurang lebih 50% modal yang menggali untung di Indonesia adalah modal asing. Akibatnya, modal asing pun mendominasi sejumlah sektor strategis: Minyak dan gas, perbankan, telekomunikasi, kebun sawit, pelayaran barang, pendidikan, dan lain-lain.

Indonesia masih menjadi tempat pemasaran barang-barang hasil produksi negara maju. Selain itu, hampir semua bahan kebutuhan hidup rakyat dipenuhi melalui impor: Indonesia sekarang sudah masuk negara pengimpor beras terbesar.

Indonesia menjadi penyedia tenaga kerja murah, baik untuk keperluan pasar tenaga kerja di dalam negeri maupun pasar tenaga kerja internasional. Gaji buruh di Indonesia disebut-sebut salah satu yang paling rendah di Asia. Ini diperparah lagi dengan pemberlakuan sistem kerja kontrak dan outsourcing

Jelaslah, kalau cita-cita Indonesia Merdeka adalah kemerdekaan sepenuh-penuhnya, maka jelas cita-cita Revolusi Agustus belum terwujud. Jika generasi Bung Karno telah berhasil memproklamasikan dan mempertahankannya melalui perjuangan fisik, maka tugas kita untuk melanjutkannya.

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Berita Terkait

 

Tulisan Terpilih


Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image