Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Fatimah Azzahra

Konvoi Ugal-ugalan Menghantui Bandung

Gaya Hidup | Wednesday, 16 Aug 2023, 01:51 WIB

"Tak ada kebaikan bagi kehidupan kecuali kesehatan dan keamanan." - Ahmad bin Qais

Siapa yang tak mendamba keamanan? Mayoritas manusia pasti ingin merasakan aman menjalani hidupnya. Termasuk aman dari tindak kejahatan yang kian ugal-ugalan.

Konvoi Ugal-ugalan demi Perayaan Anniversary

Bandung bukan hanya dikenal sebagai kota kembang yang cantik dan rupawan. Bukan pula tentang udaranya yang sejuk atau penduduknya yang ramah. Atau kuliner dan tempat wisatanya. Kini Bandung dikenal juga dengan geng motornya.

Diakui atau tidak, aksi geng motor di kota Bandung masih terus berlangsung. Di media sosial viral video rekaman puluhan sepeda motor membawa bendera berkendara secara ugal-ugalan. Dari laman detik.com (14/8/2023), dikabarkan bahwa mereka mereka memulai aksinya dari pertigaan Jl Padasuka menuju Jl AH Nasution arah Cicaheum. Mereka pun terlihat di daerah Arcamanik.

Mereka nekat berkendara secara zig-zag, bahkan melawan arah yang bisa membahayakan pengendara lainnya. Akhirnya para pemuda ini berhenti melakukan aksinya setelah diamankan oleh pihak kepolisian.

Berdasarkan hasil pemeriksaan, Kompol Eko Iskandar menyatakan bahwa usia 8 remaja yang melakukan aksi ugal-ugalan itu di bawah 16 tahun dan masih sekolah. Mereka ikut konvoi untuk merayakan 8 tahun Anniversary XTC Mandalajati. (Jabar.inews.id,14/8/2023)

Penyakit Akut Sekularisme

Bukan cuma kali ini, bulan kemarin, bulan sebelum-sebelumnya para geng motor ini kerap melakukan aksi yang mengganggu keamanan. Bukan cuma ugal-ugalan, tapi perkelahian, tindak kekerasan bahkan begal di jalanan. Banyak warga Bandung yang akhirnya tidak merasa aman ketika harus bepergian keluar rumah khususnya di malam hari.

Apa mau dikata, inilah zaman kebebasan. Hak untuk berpendapat, berperilaku, berkumpul dijamin oleh hukum yang berlaku saat ini. Oleh karena itu, berbagai geng motor masih tetap eksis.

Hal ini diperparah oleh ketiadaan agama dalam benak para pemuda bahkan orang dewasa yang ada di sekitarnya. Agama dijauhkan dari kehidupan sehari-hari. Sehingga semua buta bagaimana seharusnya sikap terhadap sesama, bagaimana seharusnya kita bertindak, dan lainnya.

Dalam sistem ini, manusia dianggap mampu untuk menyelesaikan seluruh permasalahan hidupnya tanpa bantuan Sang Pencipta. Ditambah dengan propaganda Barat, "Kita akan bahagia dengan kebebasan."

Hasilnya, banyak orang bahkan muslim yang tak suka dalam menjalani aturan dari Rabbnya. Bahkan, merasa beban dan tertekan hingga akhirnya enggan menjalaninya. Wajar jika kini lahir generasi yang ogah diatur. Merasa keren dan bahagia ketika melanggar aturan yang ada.

Akar Masalah Generasi Rusak

Tentu ada lapisan pemicu kerusakan generasi saat ini. Lapisan pertama, lapisan yang terdekat dengan anak. Lapisan yang menjadi pendidik pertama bagi anak-anak, yakni keluarga.

Banyak orangtua yang alpa mengasuh anaknya. Ingin anak mandiri sedari dini tanpa ada bimbingan yang berarti. Pengasuhan dititipkan kepada orang lain dengan berbagai alasan. Sekolah akhirnya jadi andalan mereka untuk mendidik anak-anak. Padahal, tak bisa demikian. Orangtua pun berperan penting dalam memberi teladan.

Sayangnya, kini justru banyak hadir orangtua yang tidak memberi teladan baik. Yang ada saat ini kejahatan pada anak banyak dilakukan oleh keluarga, termasuk orangtua kandung. Hasilnya, kian banyak kenakalan remaja.

Lapisan kedua, sekolah sebagai tempat pendidikan anak. Bagaimanapun, sekolah memiliki peran penting dalam pendidikan anak. Dengan ilmu yang dipelajari di sekolah harapannya anak akan berubah sikap dan berperilakunya. Dari sikap dan perilaku yang kurang baik menjadi baik bahkan lebih baik lagi.

Faktanya, kurikulum saat ini justru menjauhkan agama dari kehidupan dan pendidikan. Akidah yang diajarkan bukan akidah islam tapi akidah hasil kiriman Barat, liberalisme. Kebebasan digadang-gadangkan dalam akidah ini dengan jargon "Kebebasan yang bertanggung jawab."

Lahirlah generasi gaul bebas karena merasa dibolehkan asal memakai pengaman, asal tidak melakukan aborsi, atau bahkan tidak sampai hamil.

Sedihnya, Islam justru semakin menjadi musuh di sekolah. Sebagaimana beredar isu rohis sarang teroris, rohis tempat tumbuh bibit radikalis, belum lagi seragam Muslimah yang dipermasalahkan. Jika Islam sudah di black campaign, dimonsterisasi begini, wajar jika kenakalan remaja semakin merajala lela.

Lapisan negara. Inilah lapis terakhir yang paling penting. Fenomena geng motor bukan baru terjadi di Bandung. Tak hanya di Bandung, berbagai kota di Indonesia pun ternyata ikut terjangkit fenomena ini. Sudah puluhan tahun berlalu tapi penyakit geng motor ini masih menghantui. Korbannya mulai dari luka-luka, kehilangan harta benda hingga harus meregang nyawa.

Tentu pemerintah harus mengevaluasi kenapa hal ini berulang terjadi bahkan di berbagai tempat. Salah satu faktor yang menumbuh suburkan perilaku ugal-ugalan geng motor ini adalah karena sanksi yang tidak memberi efek jera.

Sebagaimana pihak kepolisian tidak bisa memberikan sanksi kepada para pengendara motor ugal-ugalan ahad kemarin tanggal 13/8/2023. Sanksi yang diberikan hanya berupa tilang karena ketidaklengkapan surat kendaraan. Pihak kepolisian merasa sudah menyelesaikan hal ini secara musyawarah dengan mengembalikan anak-anak ini ke orangtuanya untuk dididik dan dibina.

Inilah bukti sistem saat ini gagal menjaga generasi dari keburukan yang ada.

Selamatkan Generasi dengan Islam

Allah Swt sangat sayang pada kita. Oleh karena itu, Ia turunkan Islam sebagai pedoman kehidupan kita. Seluruh solusi problematika kehidupan dijawab dalam aturan Islam yang sempurna. Termasuk menjawab persoalan geng motor.

Dalam Islam, agama adalah asas bagi semua aktivitas. Sehingga semua insan akan didekatkan kepada agama yang jadi pedoman kehidupannya. Maka, lahirlah keluarga yang sadar dengan kewajibannya. Orangtua hadir utuh saat mendidik anak yang Allah titipkan padanya.

Ibu fokus menjadi ummu wa rabbatul bait. Sementara Ayah fokus mencari nafkah bagi keluarganya. Keduanya saling support dalam ketakwaan dan keimanan pada Allah Swt. Sehingga lahir anak-anak yang penuh tangki cintanya dari kedua orangtuanya.

Sekolah pun hadir dengan akidah Islam sebagai landasannya. Diharapkan lahir insan yang memiliki pola pikir dan pola sikap Islam. Mantap dalam perilaku amal sholeh dan menjauhi amal salah.

Terakhir, negara dalam Islam hadir memberikan sanksi yang tegas bagi para pelaku kejahatan. Bukan dilihat dari umurnya melainkan status balighnya. Jika sudah baligh, maka hukuman akan tetap diberikan walau masih berumur 16 tahun.

Hukuman qisas akan tetap diberikan bagi mereka yang menzalimi orang lain. Tangan dibalas tangan, mata dibalas mata, nyawa dibalas nyawa. Tapi, keluarga korban pembunuhan juga bisa meminta pelaku menggantinya dengan bayar diat atau bahkan memaafkan pelaku.

Inilah komprehensifnya Islam memberikan solusi problematika kehidupan. Bukan hanya preventif tapi kuratif. Tinggal kita imani dan tegakkan kembali islam sebagai sistem kehidupan.

Wallahua'lam bish shawab.

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Berita Terkait

 

Tulisan Terpilih


Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image