Geng Motor Meresahkan, Generasi Muda Butuh Diselamatkan dengan Islam
Agama | 2024-10-01 18:00:30Kota Bengkulu dalam situasi darurat geng motor. Aksi sadisme geng motor yang diduga beranggotakan para pelajar itu membahayakan keselamatan masyarakat. Bahkan tidak segan-segan mereka menyerang warung-warung makan dan rumah sakit. Dari hasil monitoring yang dilakukan oleh personil Resmob Macan Gading Polresta Bengkulu diketahui terdapat 11 kelompok geng motor dengan menggunakan senjata tajam.
Miris, pelajar yang seharusnya menjadi generasi harapan orang tua, agama dan negara di masa depan justru terlibat dalam aksi-aksi kriminalitas yang meresahkan masyarakat. Mereka tak segan-segan menganiaya siapa pun yang dilewatinya dengan berbagai senjata tajam.
Demikianlah salah satu potret buram kenakalan generasi di antara sekian banyak persoalan generasi yang tak berkesudahan. Mengapa fenomena geng motor ini kian marak?
Fenomena geng motor hadir dalam kehidupan yang jauh dari Islam (sekulerisme). Ketika jauh dari Islam, generasi akan hidup cuek dan semaunya. Mereka akan tenggelam dalam kemaksiyatan yang berujung pada kehancuran.
Mengapa generasi sampai terlibat dalam geng motor yang seringkali memunculkan korban?
Pertama, minim didikan dari orang tua.
Akibat kehidupan yang jauh dari Islam, banyak orang tua yang abai terhadap pendidikan anaknya. Ditambahkan kesibukan orang tua bekerja sehingga, anak-anak dibiarkan dengan konten-konten kekerasan yang berasal dari gadget. Tak heran banyak anak-anak berkarakter keras dan bebal. Pada akhirnya terlibat dalam tawuran serta geng-geng motor.
Kedua, sistem pendidikan sekuler.
Sistem pendidikan sekuler yang dianut sekolah/kampus, makin menyingkirkan peran Islam dalam kehidupan. Sementara itu kegiatan rohis ditiadakan karena alasan radikal. Inilah yang membuat anak kehilangan keimanan dan ketaqwaannya sehingga berbuah kenakalan remaja.
Ketiga, tidak adanya tindakan tegas dari negara.
Geng motor bukan hanya muncul baru-baru ini, namun fenomena ini adalah fenomena lama. Namun, kenapa keberadaan mereka masih ada dan kian meresahkan masyarakat? Hal tersebut karena hukum yang tumpul ke atas dan tajam ke bawah. Jika mengenai pejabat, hukum bisa dipermainkan dengan kekuatan uang. Tak heran banyak anak-anak pejabat yang lolos dari hukum. Belum lagi jika bicara tentang tayangan-tayangan kekerasan yang dibiarkan bersliweran di dunia digital, secara langsung berpengaruh pada pembentukan kepribadian anak.
Islam Menyelamatkan Generasi
Ajaran Islam yang berasal dari Allah sudah pasti sebagai satu-satunya solusi fenomena geng motor. Islam memandang bahwa agama harus menjadi pedoman hidup manusia sehingga mampu menyelesaikan seluruh urusan umat manusia. Dalam sistem Islam, Ayah-ibu dididik untuk memahami agama sehingga pengasuhan pun akan optimal. Fungsi ayah-ibu dikembalikan pada syariat, yakni ayah mencari nafkah, sedangkan ibu menjadi pendidik generasi. Anak dididik dengan penuh kasih sayang dan kelembutan sehingga tidak gampang menyakiti orang tua, saudara, kerabat bahkan orang lain. Peran orang tua didukung oleh sistem pendidikan berbasis akidah yang akan membentuk kepribadian anak. Mereka akan menjadi gemar beramal shalih, sehingga tidak gampang terlibat geng motor.
Pencegahan kekerasan oleh anak lewat geng motor akan dihilangkan jika negara menjamin keamanan bagi seluruh warga lewat sanksi pidana yang menjerakan. Bayangkan jika aksi geng motor sampai menghilangkan nyawa, maka sanksinya adalah qishosh (hukum mati) sampai membayar membayar diyat (tebusan/uang darah) senilai 100 ekor unta yang 40 ekor diantaranya dalam keadaan bunting. Ditambah lagi, media dalam negara hanya akan menayangkan tayangan-tayangan yang bermanfaat bagi terbentuknya suasana keimanan dan ketaqwaan di tengah masyarakat.
Jelaslah hanya Islam dalam naungan Khilafah yang dapat menyelamatkan generasi dari berbagai kejahatan dan mengembalikan fitrah mereka sebagai generasi dari umat terbaik.
Disclaimer
Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.