Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Amilatul Fauziyah, S.Pd

Baby Blues Kian Masif: Penjajahan Mental Refleksi Kemerdekaan 2023

Parenting | 2023-08-15 23:49:12
ilustrasi terkait isu baby blues

Isu gangguan mental seperti baby blues yang dialami ibu pasca melahirkan menambah daftar panjang PR negeri ini. Ketua Komunitas Wanita Indonesia Keren, Dra. Maria Ekowati, yang juga seorang psikolog mengatakan "Gangguan kesehatan mental banyak terjadi pada ibu hamil, ibu menyusui, dan ibu dengan anak usia dini" (detik.com 26/5/2023). Indonesia berada di peringkat 3 dengan kasus baby blues tertinggi se-Asia, yaitu dialami oleh 50% – 70% ibu (republika.co.id 28/5/23).

Baby blues dapat berlanjut menjadi depresi bahkan bunuh diri. Dalam pandangan Islam, ini merupakan masalah kemanusiaan. Ketika menganalisis penyebab hingga solusi hendaknya memakai kacamata fitrah. Sehingga menyeluruh dan mendasar. Beberapa faktor penyebab yang terdengar familiar diantaranya (1) perubahan fisik dan psikis ibu, baik itu hormonal maupun penyesuaian ibu terhadap pola hidup baru; (2) kondisi rumah tangga, seperti ekonomi, kurangnya support system, dukungan suami dan keluarga besar.

Fitrah manusia diciptakan dengan potensi fisik dan psikis. Hal-hal yang menghambat atau mengganggu potensi fisik dan psikis manusia, termasuk mental, tidak cukup dihadapi secara personal saja. Upaya mengedukasi diri telah banyak dilakukan para calon ibu untuk meraih kesehatan mental, mewaspadai baby blues, dan berpola hidup baik. Ternyata praktiknya jauh lebih sulit. Konseling tidak boleh dijadikan satu-satunya penyelesaian. Pencegahan harus dimulai sejak awal berikut pemeliharaan mental secara masif.

Mencegah Pemenuhan Naluri yang Salah

Hasil penelitian yang dilakukan Tati dan Yulmaida (2020) dari Magister Ilmu Kesehatan Masyarakat, bahwa ibu hamil mengalami depresi, kecemasan, gangguan tidur, dan psikosomatis karena (1) kehamilan tidak direncanakan; (2) kehamilan tidak dikehendaki; (3) persoalan finansial; (4) keluarga yang kurang harmonis; (5) jarak kelahiran; dan (6) tuntutan pekerjaan.

Good Mention Institute dalam laporan eStabillity 2022 menyatakan sebanyak 40% kehamilan di Indonesia adalah kehamilan yang tidak direncanakan. Dari 40% tersebut, selama 2015-2019, sebanyak 30% merupakan kehamilan yang tidak diinginkan.

Kasus hamil di luar nikah makin tak karuan seiring bebasnya media mentransfer budaya, pemikiran, dan trend dari luar. Dapat dilihat betapa rendahnya kesiapan generasi dalam mengemban tanggung jawab mendidik anak. Mental pemuda rapuh serapuh-rapuhnya akibat pendidikan sekuler. Ibarat buah yang dipanen dari pohon yang akarnya tak mampu menopang tegak tubuhnya, jaringan tak befungsi dengan baik, fotosintesis terhambat, terasa pahit bagi siapa pun yang memakannya.

Fitrah manusia adalah makhluk yang diberikan naluri. Apabila manusia memenuhi nalurinya dengan cara yang salah, seperti pergaulan bebas, akan terjadi kerusakan fitrah dan penyimpangan. Satu tatanan bisa hancur karena sembarangan menyalurkan naluri. Tak ada visi berumah tangga, tak ada kesadaran saling membantu dan memperbaiki diri, hanya main-main, suatu hari bosan, tak cocok, melelahkan, dan pergi. Jika demikian, keturunan yang lahir pasti terlantar. Apakah kita justru pelaku dosa investasi? Bukankah kita menginginkan keturunan yang sholih, investasi akhirat kedua orang tuanya, yang mampu memimpin umat ke jalan yang lebih baik?

Maka yang kita butuhkan adalah pendidikan yang memiliki tujuan mendasar: menanamkan akidah yang kokoh dan membentuk kepribadian mulia peserta didik. Bukan pendidikan yang give and take, guru sebagai modal, sekolah hanya pemutar roda ekonomi semata. Bukan pendidikan atas asas kapitalisme yang merusak fitrah. Islam telah menjawab problema pendidikan dengan unik dan sesuai fitrah. Contohnya, untuk pendidikan seks, kelas dibagi menjadi 3 fase yaitu fase tamyis (7-10 th), fase pra pubertas (10-14 th), dan fase baligh (14-16 th). Anak dikenalkan tentang batasan aurat, mahram dan bukan mahram, dan sebagainya.

Selain menyelenggarakan pendidikan sebagai preventif, negara juga menegakkan sanksi dan hukum secara tegas. Tidak akan ada standar ganda dalam perkara kriminalitas. Berbeda dengan hukum dalam kapitalisme yang liberal dan memihak siapa yang lebih kuat. Kapitalisme melahirkan sosok manusia yang individualis, sebaliknya Islam melahirkan generasi yang siap memimpin, mengambil tanggung jawab dan tugasnya sebagai khalifah fil ardhi. Menjaga dan memelihara bumi sesuai tuntunan Sang Pencipta.

Mewujudkan Terpenuhinya Kebutuhan Individu Secara Benar

Hasil studi literatur yang dilakukan oleh Yosi dan Milla (2021) dari Fakultas Kesehatan Masyarakat UI, ditemukan 30 artikel yang relevan dengan topik gangguan kesehatan mental pada ibu hamil selama pandemi Covid-19. Wanita hamil menjadi kelompok rentan terkena gangguan psikologis disebabkan akses pelayanan kesehatan yang terbatas dan kurangnya dukungan sosial dari berbagai pihak. Risikonya terhadap perkembangan janin.

Kebutuhan pokok: sandang, pangan, papan dipandang oleh Islam sebagai kebutuhan paling prioritas. Pemenuhan ketiganya disediakan oleh negara secara tidak langsung. Yaitu dengan menyiapkan lapangan pekerjaan bagi para ayah dan suami, menuntut laki-laki angkatan kerja untuk produktif. Semua ini satu paket dengan sistem ekonomi, politik dalam dan luar negeri. Misalnya, mana saja sumber daya yang berstatus milik umum, milik individu, dan milik negara. Milik umum adalah milik seluruh rakyat yang pengelolaannya diakomodasi negara. Milik umum tidak bisa dijual ke swasta, tetapi diserahkan ke pemiliknya untuk memenuhi kebutuhan. Negara tidak mengikat kesepakatan dengan negara asing atas perkara yang dilarang syari’at, seperti utang ribawi, sebab hal itu bisa menjadi jalan penjajahan.

Fasilitas kesehatan dan keamanan merupakan pelayanan negara untuk rakyat secara tulus. Dalam Islam, kekuasaan atau kepemimpinan bertujuan untuk mengurus kebutuhan umat dari A–Z agar terselenggara penghambaan yang merdeka kepada Allah. Islam sangat menjaga jiwa dan akal manusia. Negara akan membatasi akses media untuk memelihara mental individu masyarakat, menanggung perempuan yang tidak memiliki wali, memprioritaskan kesehatan ibu dan anak secara langsung tanpa melempar tanggung jawab kepada BPJS atau swasta lain. Manusia benar-benar merdeka dan siap berkarya.

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image