Artificial Intelligence (AI): Menghadapi Tantangan dan Membuka Peluang Baru dalam Era Digital
Lomba | 2023-08-11 17:10:00Mengenal AI (Kecerdasan Buatan)
Secara umum, Artificial Intelligence (AI) merupakan kemampuan mesin atau komputer untuk meniru kecerdasan manusia dalam melakukan tugas tertentu. Ini mencakup pembelajaran dari pengalaman, pengenalan pola, dan kemampuan untuk membuat keputusan berdasarkan data. AI telah menjadi bagian integral dari banyak bidang, termasuk teknologi, kesehatan, keuangan, industri, dan transportasi. Jadi, semuanya bisa ditiru dan dikerjakan oleh AI.
Menghadapi Tantangan AI
Bagaimanapun, kehadiran Artificial Intelligence (AI) atau kecerdasan buatan merupakan keniscayaan sekaligus menjadi tantangan tersendiri bagi kita yang hidup di abad 21 ini. Pasalnya, meskipun AI ini memiliki segudang manfaat bagi kehidupan bangsa serta menjadi barometer kemajuan peradaban manusia, namun tidak dapat dipungkiri perkembangan AI ini bisa menjadi ancaman dan bencana serius bagi kehidupan manusia itu sendiri.
Beberapa tantangan AI yang perlu kita hadapi adalah keamanan, sosial, ekonomi dan politik. Di bidang keamanan misalnya, penggunaan AI dalam sitem keamanan tertentu dapat menyebabkan risiko peretasan data yang signifikan. Selain itu, pengumpulan dan analisis data untuk kepentingan golongan tertentu menggunakan informasi pribadi yang seharusnya bersifat privasi dan rahasia dapat diakses dengan mudah menggunakan AI ini.
Tantangan menyeramkan berikutnya adalah bertambahnya jumlah pengangguran di kalangan masyarakat karena hadirnya AI ini. Pasalnya, banyak pekerjaan yang saat ini dikerjakan oleh tangan-tangan kreatif manusia akan tergantikan oleh mesin bernama Artificial Intelligence. Menggantikan peran serta fungsi manusia dalam menuntaskan beragam bentuk pekerjaan sehingga sangat berdampak pada ketimpangan sosial dan ekonomi.
Secara politik juga demikian, penggunaan AI yang tidak berpegang teguh pada prinsip kebenaran, kejujuran serta keadilan maka akan menimbulkan bias dan diskriminasi. AI dapat menimbulkan bias pada penggunaan data yang tidak adil, mempengaruhi keputusan dan kebijakan yang berdampak pada kelompok tertentu. Melahirkan diskriminasi, merugikan kelompok lain dan pada akhirnya mengganggu stabilitas politik negara.
Tentu saja, tantangan ini harus kita hadapi melalui beragam pendekatan agar pintu-pintu masuknya bencana dapat dicegah dan diminimalisir sedini dan sekecil mungkin. Pertama, keterbukaan. Para pengembang AI harus menjelaskan secara terbuka dan jujur tentang bagaimana AI tersebut bekerja dan mengambil keputusan. Hal ini bertujuan menghilangkan was-was pada para pengguna serta mengetahui batasan-batasannya.
Kedua, regulasi. Pemerintah harus membuat peraturan serta regulasi yang jelas untuk mengawasi penggunaan AI berikut juga implementasinya berupa pengawasan sekaligus memastikan kepatuhan pada penerapan regulasi tersebut. Dengan adanya aturan yang jelas, kejahatan menggunakan AI dapat dicegah dan pelakunya bisa mendapatkan hukuman berdasarkan ketentuan dan norma hukum yang berlaku.
Ketiga, kolaborasi. Tantangan menghadapi kecerdasan buatan atau AI nyata di depan mata, maka kolaborasi dari semua elemen mulai dari pemerintah, pengembang, pelaku industri dan masyarakat sipil mutlak diperlukan. Kolaborasi dapat memberikan keuntungan pada semua pihak, bukan hanya pada pelaku industri atau pemerintah, tapi juga masyarakat sipil secara umum sebagai pengguna atau penerima manfaat teknologi terbarukan ini.
Membuka Peluang Baru
Ketika revolusi industri lahir pertama kalinya yang kemudian dikenal dengan istilah era 1.0, 2.0, 3.0 dan 4.0 perubahan besar-besaran terjadi hampir di semua lini kehidupan. Mulai dari pertanian, manufaktur, pertambangan, transportasi yang berdampak pada kehidupan sosial, ekonomi, politik dan budaya masyarakat global saat itu. Perubahan paling nampak adalah peralihan alat produksi dan transportasi dari tenaga manusia dan kuda ke mesin.
Banyak orang kehilangan pekerjaan serta profesi mereka akibat lahirnya revolusi industri. Namun, seiring berjalannya waktu peluang baru tercipta dan masyarakat mulai menerima perubahan tersebut. Muncul alat transportasi baru, bengkel, pabrik dan lain sebagainya yang kesemuanya dapat dimanfaatkan oleh masyarakat dengan bermodalkan hard dan soft skill baru. Kehadiran AI sebagaimana disampaikan oleh banyak pakar akan mengalami hal serupa.
Dikutip dari kompas.id, World Economic Forum (WEF) memprediksi AI akan membuat 85 juta orang kehilangan pekerjaan pada tahun 2025. Pada saat yang sama, AI juga akan membuka 95 juta lapangan kerja baru bagi masyarakat global pada tahun 2025. Artinya, AI akan lebih banyak menghasilakn lapangan kerja baru daripada menghilangkan pekerjaan lama. Bahkan, AI akan memberikan keleluasaan waktu lebih banyak kepada masyarakat.
Peluang baru tersebut misalnya, pengembang AI itu sendiri. Mulai dari teknisi, programmer, analis, pengolah sekaligus pemilah data dan lain sebagainya. Sebab, secerdas apapun AI ini, ia tetaplah mesin yang dibuat serta dikembangkan, dioperasikan dan diawasi oleh manusia itu sendiri. Sehingga, ini menjadi peluang besar bagi terciptanya lapangan kerja baru di era digital.
Alhasil, AI merupakan teknologi yang menarik dan bermanfaat jika dikelola dengan bijaksana. Meskipun AI menawarkan peluang besar, tantangan dan risikonya tidak boleh diabaikan. Dengan pendekatan yang bertanggung jawab, kolaborasi, dan regulasi yang tepat, kita dapat memanfaatkan potensi AI secara positif dan mencapai masa depan yang inovatif dan berdampak positif bagi seluruh umat manusia.
Disclaimer
Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.