Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Asman

Kecerdasan Buatan: Bagaimana Kehidupan Manusia.?

Teknologi | Saturday, 05 Aug 2023, 21:33 WIB
Sumber: Eraspace

Akhir-akhir ini, hadirnya Artificial Intellegenci atau kecerdasan buatan menjadi pembahasan yang menarik dibicarakan. Berbagai kalangan turut memberikan komentar berkaitan kehadiran kecerdasan buatan ini. Kehaidran AI sebenarnya sudah di mulai sejak tahun 1940 dimana hadirnya computer digital yang memiliki Bahasa pemograman.

Perkembagan AI saat ini telah menembus dinding setiap ruang-ruang kehidupan. Ini seperti pertama kali hadirnya pesawat televisi yang mampu menghipnotis seluruh peradaban manusia.

Bahkan dahulu kami yang hidup di kampung-kampung terpencil sering beramai-ramai ke rumah keluarga yang memiliki TV untuk menonton bareng sampai tertidur. Kehadiran TV saat itu, menjadi salah satu kemajuan ilmu pengetahuan manusia yang mampu menghasilkan audio dalam bentuk visual dan di tonton oleh orang banyak. TV menajdi primadona, sebab di sana banyak masyarakat yang mencari informasi berkaitan dengan keadaan di belahan daerah maupun negara lain.

TV juga mampu menembus batas-batas yang ada. TV mampu menggeser secara perlahan surat kabar berita secara cetak, dan beralih kepada siaran TV yang tanpa harus capeh membaca setiap halaman. Bahakan siaran TV mampu memberikan video visual dan menampilkan peristiwa yang terjadi. AI dan TV memiliki kesamaan yaitu hadir sebagai media yang memudahkan teknologi sebelumnya. Sehingga ada dua kecenderungan yang menjadi perhatian banyak kalangan.

Pertama ialah apakah AI hadir sebagai mempermudah manusia agar lebih efektif dalam pekerjaan (ancaman). Kedua apakah AI hadir sebagai alat yang justru akan mengantikan seluruh aktifitas manusia.

Eksistensi Manusia

Jika kita menggunakan pendekatan filsafat eksistensial dalam membaca perkembangan AI ini, maka akan menjadi ancaman untuk eksistensi manusia. Sebagaimana kehadiran TV yang saya jelaskan diatas, kehadiran TV membuat percetakan harus mengurangi pengawai dan menambah sumber daya yang mampu mengakses teknologi kamera.

Artinya ada pergeseran eksistensi seorang pegawai yang mencetak surat kabar yang digantikan dengan yang siaran audio visual TV. Itulah sebabnya F Budi Hardiman menyebut manusia saat ini dari homo sapiens menjadi homo digitalis atau homotehnicus.

Eksistensi manusia menjadi aspek paling krusial dalam pembahasan AI. Hari ini kita menemukan manusia yang telah pindah eksis dari dunia nyata ke dunia maya. Orang lebih banyak beraktifitas di dunia maya sebagai kehidupan yang penting. Tidak jarang kita menemukan di dunia nyata ia sangat pendiam, tapi di dunia maya ia sangat sosialis.

Ada pergeseran eksistensi di sana. Orang akan kelihatan bahwa ia dermawan jika terlihat di dunia maya sedang melakukan kegiatan sosial dan sebagainya. Bahkan lebih dari itu, banyak yang kehilangan pekerjaan karena telah tergantikan oleh AI. Bagi saya, AI jika tidak di fungsikan dengan baik, maka akan menjadi penghancur hidup manusia.

Stephen Hawking mengatakan bahwa keberhasilan dalam menciptakan AI yang efektif bisa menjadi peristiwa terbesar dalam sejarah peradaban kita atau yang terburuk. Kita tidak tahu apakah kita sangat terbantu oleh AI atau justru diabaikan olehnya atau bahkan dihancurkan olehnya.

Sehingga jika AI mampu mencapai tujuannya, maka ia akan menghancurkan manusia. Dan manusia yang tidak menyadari itu, akan menganggap AI adalah alat untuk bersenang-senang, mampu memudahkan segala urusan. Padahal tanpa disadari AI telah membunuh kehidupan manusia itu sendiri.

Keberadaan AI

Keberadaan AI sebagaimana di jelaskan diatas, selain berbicara eksistensi manusia, AI juga telah menjadi identitas manusia saat ini. Tidak ada satupun manusia saat ini, yang tidak membutuhkan AI.

Sehingga Rossi Lappicini membuat sebuah studi atau kajian tentang teknologi dan manusia. Ia mengatakan bahwa temuan pada aspek identitas manusia dalam masyarakat teknologi yang berfokus pada perubahan sifat dan hubungan antara manusia dan teknologi.

Rossi menganggap bahwa manusia memiliki hubungan erat dengan teknologi sebagai pencipta dari teknologi itu sendiri. Bahkan perkembangan manusia justru beriringan serta bersamaan dengan perkembangan teknologi.

Sehingga dalam pandangan saya, AI bisa saja menjadi ancaman jika manusia yang menggunakan teknologi terobsesi berlebihan sehingga, manusia dikendalikan oleh AI.

Kehadiran AI justru membuat manusia menjadi lemah dan mengampang sesuatu. Contoh sederhannya misalnya dalam penggunaan AI chat GPT. Banyak pendidik maupun peserta didik baik skala mahasiswa maupun siswa yang lebih bergantung pada AI untuk mengerjakan makalah atau tugas, dibandingkan berusaha sendiri dalam mencari jawabannya.

Akhirnya, bukan kualitas yang dihasilkan, justru akan menghasilkan manusia karbitan yang selalu mengampang sesuatu walaupun itu tidak memiliki efek bagi dirinya sendiri.

Yang paling parah lagi, jika manusia sudah terdominasi oleh AI, maka siap-siap manusia menerima kekalahannya dan akan terkontrol oleh hasil ciptaannya sendiri. Apalagi realitas yang ada, kehadiran AI justru hanya digunakan untuk bersenang-senang saja, tanpa mengambil banyak pelajaran darinya.

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Berita Terkait

 

Tulisan Terpilih


Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image