Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Muhamad Alfani Husen

Freud dan Peran Wanita: Analisis Pemikiran Freud tentang Seksisme dan Perkembangan Wanita

Pendidikan dan Literasi | Tuesday, 01 Aug 2023, 13:41 WIB

Sigmund Freud, merupakan seorang bapak psikoanalisis dan salahsatu tokoh paling berpengaruh dalam sejarah psikologi. Namun, pandangannya tentang peran wanita telah menjadi subjek perdebatan dan kritik selama beberapa dekade terakhir. Artikel ini akan mengeksplorasi pemikiran Freud tentang wanita, dengan fokus pada pandangan seksisme yang termanifestasi dalam teorinya tentang perkembangan psikoseksual pada wanita. Selain itu, kita akan melihat bagaimana kritik terhadap pandangan Freud tentang wanita telah mendorong pengembangan teori wanita dalam psikologi modern.

Dalam teori perkembangan psikoseksualnya, Freud mengajukan bahwa perkembangan anak-anak dipengaruhi oleh tahapan-tahapan seksual yang berbeda. Bagi wanita, tahapan-tahapan tersebut adalah tahap oral, anal, dan falik, yang diikuti oleh periode laten dan genital. Pada tahap falik, wanita mengalami kompleks Oedipus, di mana mereka mengalami keinginan seksual terhadap ayah mereka dan rasa cemburu terhadap ibu mereka. Freud berpendapat bahwa wanita mengalami "kekurangan" karena tidak memiliki penis, dan ini menyebabkan perasaan inferioritas. Pandangan ini menunjukkan pandangan seksis tentang peran wanita sebagai inferior dalam hubungan dengan laki-laki.

Selain itu, Freud juga menyatakan bahwa wanita cenderung mengalami kurangnya perkembangan superego yang kuat, yang merupakan bagian dari kepribadian yang mengontrol dorongan-dorongan dan menegakkan nilai-nilai moral. Ia berpendapat bahwa wanita kurang mampu untuk menginternalisasi otoritas ayah mereka sebagai figur otoritas, karena kurangnya identifikasi dengan figur ayah yang tidak diiringi oleh keinginan untuk memiliki penis. Pandangan ini juga mencerminkan pandangan seksis tentang wanita sebagai makhluk yang lebih lemah dan tidak memiliki kemampuan moral yang sebanding dengan laki-laki.

Kritik terhadap pandangan Freud tentang wanita muncul dari berbagai sumber, terutama dari perspektif feminis. Para kritikus menyatakan bahwa pandangan seksisme Freud mencerminkan stereotip yang tidak adil dan merendahkan tentang wanita. Mereka menegaskan bahwa teori perkembangan psikoseksual Freud berdasarkan anggapan tentang inferioritas wanita dan menolak untuk mengakui kontribusi dan potensi wanita dalam masyarakat.

Salah satu kritik paling terkenal terhadap pandangan Freud tentang wanita berasal dari psikoanalisis feminis. Psikoanalisis feminis menekankan pentingnya mengakui dan memahami peran seksualitas wanita dalam psikologi tanpa menilai dari sudut pandang patriarki yang dominan. Mereka juga mengajukan kritik tentang fokus Freud pada peran biologis (seperti penis dan vagina) dalam perkembangan psikoseksual, sementara mengabaikan kontribusi sosial, budaya, dan lingkungan dalam membentuk identitas dan perilaku seseorang.

Selain psikoanalisis feminis, perkembangan teori wanita dalam psikologi modern juga telah berusaha untuk menangani ketidakadilan dan ketidaksetaraan gender yang sering kali menjadi akibat dari pandangan seksis yang masih bertahan. Teori feminis dalam psikologi menekankan pentingnya mengakui pengalaman unik wanita dan menilai kontribusi positif yang dibawa oleh perbedaan gender.

Sebagai contoh, teori psikologi perempuan menekankan pentingnya meneliti pengalaman dan perkembangan wanita dari perspektif wanita itu sendiri. Pendekatan ini berusaha untuk melampaui pandangan patriarkis yang telah mengabaikan dan meremehkan pengalaman hidup wanita. Dengan cara ini, teori psikologi perempuan berupaya untuk mengakui kekayaan dan kompleksitas pengalaman wanita serta membuka jalan bagi penyelidikan lebih lanjut tentang perkembangan psikologis yang bersifat inklusif dan berpusat pada keadilan gender.

Selain itu, teori psikologi feminis juga menekankan pentingnya melihat faktor-faktor sosial, budaya, dan lingkungan dalam membentuk identitas dan perkembangan wanita. Teori ini menolak pandangan deterministik yang kadang-kadang muncul dalam pandangan Freud tentang perkembangan seksual wanita dan menggarisbawahi bahwa lingkungan sosial dan budaya berkontribusi pada pengembangan wanita sebagai individu yang kuat, beragam, dan berdaya.

Sebagai kesimpulan, pandangan Freud tentang peran wanita dalam teori perkembangan psikoseksualnya telah menjadi sumber perdebatan dan kritik. Pandangannya yang termanifestasi dalam konsep tentang kompleks Oedipus dan kurangnya perkembangan superego pada wanita mencerminkan pandangan seksis tentang inferioritas wanita. Namun, kritik ini telah mendorong perkembangan teori wanita dalam psikologi modern, seperti psikoanalisis feminis dan teori psikologi perempuan, yang berupaya untuk menangani ketidaksetaraan gender dan memberikan pengakuan yang pantas terhadap kontribusi wanita dalam psikologi. Dengan terus menerus membahas dan mengkaji pandangan-pandangan ini, kita dapat berharap untuk mengembangkan pemahaman yang lebih luas dan inklusif tentang peran dan perkembangan wanita dalam dunia psikologi.

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Berita Terkait

 

Tulisan Terpilih


Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image