Mengenang Kanjuruhan: Menapaki Komitmen PSSI dalam Mengawal Kasus dan Keluarga Korban
Olahraga | 2023-07-28 15:30:24Tragedi Kanjuruhan yang terjadi di Malang telah menyedot perhatian publik dalam skala nasional. Bentrokan yang tragis telah menyebabkan kehilangan nyawa dan luka-luka pada banyak orang. Kejadian ini telah menciderai sepak bola Indonesia dan memicu keprihatinan akan keamanan dalam industri olahraga yang sangat dicintai ini. Oleh karena itu, penting bagi PSSI (Persatuan Sepak Bola Seluruh Indonesia) untuk mengambil peran yang aktif dalam pengawalan kasus ini hingga benar-benar tuntas.
Berawal dari dorongan kemanusiaan dan rasa tanggungjawab inilah yang akhirnya membuat PSSI di bawah kepemimpinan Erick Thohir akhirnya terus berkomitmen dalam mengawal kasus ini hingga betul-betul tuntas.
Tak lupa Erick juga terus membersamai keluarga korban dari awal hingga saat ini. Hal ini tentu diperlukan sebagai bentuk kepedulian kepada segenap keluarga korban yang tentu saja mengalami duka mendalam akibat tragedi pilu tersebut.
Relevansi Langkah PSSI
Salah satu alasan utama mengapa pengawalan dari PSSI sangat penting adalah untuk menegakkan keadilan dan hukum. PSSI harus membantu dan mendukung proses penyelidikan dan peradilan yang berjalan secara adil dan transparan. Dalam keadaan seperti ini, ketenangan dan kredibilitas institusi sepak bola diuji. Dengan mengambil peran aktif dalam mengawal kasus ini, PSSI menunjukkan komitmennya untuk tidak membiarkan kekerasan dalam sepak bola mengancam eksistensi olahraga tersebut.
Pengawalan dari PSSI juga penting sebagai langkah preventif untuk mencegah terulangnya kejadian serupa di masa depan. Dengan berkomitmen untuk mencari tahu akar masalah dan mendukung upaya menjaga ketertiban dan keamanan dalam pertandingan sepak bola, PSSI dapat memberikan pesan kuat bahwa kekerasan dalam sepak bola tidak akan ditoleransi dan harus dihilangkan dari budaya suporter Tanah Air.
Dengan mengambil peran aktif dalam pengawalan kasus ini, PSSI dapat membangun hubungan yang lebih baik dengan pihak berwenang, seperti kepolisian dan pihak keamanan. Kerjasama yang baik antara PSSI dan pihak berwenang akan mempermudah pertukaran informasi dan langkah-langkah keamanan yang efektif dalam menghadapi situasi yang rawan konflik di masa mendatang.
PSSI sebagai induk organisasi sepak bola di Indonesia memiliki peran sentral dalam menciptakan lingkungan sepak bola yang lebih aman dan nyaman bagi seluruh pihak yang terlibat. Dengan mengawal kasus ini hingga tuntas dan memastikan bahwa pihak-pihak yang bertanggung jawab menerima hukuman sesuai dengan aturan yang berlaku, PSSI memberikan sinyal bahwa perilaku kekerasan dan perusakan yang melibatkan suporter akan mendapat penindakan tegas.
Tragedi Kanjuruhan telah menciderai citra sepak bola Indonesia di mata dunia. Melalui pengawalan yang baik, PSSI dapat menunjukkan kepada masyarakat nasional dan internasional bahwa mereka serius dalam menangani masalah ini dengan profesionalisme dan keberpihakan pada nilai-nilai olahraga yang sejati. Dengan cara ini, PSSI berusaha memperbaiki citra sepak bola Indonesia sebagai industri olahraga yang bertanggung jawab dan bermartabat.
Dalam menghadapi tragedi yang menciderai sepak bola Indonesia, penting bagi PSSI untuk mengambil peran yang aktif dan melibatkan diri dalam pengawalan kasus hingga tuntas. Dengan menegakkan keadilan dan hukum, mencegah terulangnya kejadian serupa di masa depan, membangun hubungan dengan pihak berwenang, menciptakan lingkungan sepak bola yang lebih aman, dan memperbaiki citra sepak bola Indonesia, PSSI dapat berkontribusi secara positif dalam mengatasi masalah ini dan menyelamatkan marwah sepak bola Tanah Air. Semoga tragedi ini dapat menjadi momentum untuk perubahan dan pembenahan secara menyeluruh di dunia sepak bola Indonesia.
Disclaimer
Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.