Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Siti Khodijah

Yaampun.. si pedas kecil ini harganya meroket membuat pusing para ibu - ibu

Info Terkini | 2021-12-28 20:06:39

Assalamualaikum semua... Apa kabar nih sobat pecinta rasa pedas? Kurang lengkap rasanya jika makanan tanpa ada si kecil pedas ini ya. Akhir-akhir ini para ibu- ibu di buat pusing oleh si kecil pedas ini karena harganya yang melambung tinggi.

Sebelumnya izin memperkenalkan diri, saya Siti Khodijah mahasiswi yang sedang menempuh pendidikan S1 Perbankan Syariab di UIN Raden Intan Lampung.

Pada kesempatan ini saya akan membahas harga cabai yang meroket pada saat libur natal dan tahun baru saat ini.

Cabai merupakan buah dan tumbuhan yang masuk kedalam anggota genus Capsicum. Bagian yang biasanya di manfaatkan yaitu buahnya yang dapat diolah ataupun dimakan langsung untuk menambah cita rasa pedas tersendiri.

Cara penanamannya pun cukup mudah yaitu dengan cara menyebarkan bibit pada pot yang sudah di isi dengan tanah atau pupuk organik lalu menyiramnya dengan air. Cabai terdiri dari berbagai jenis yaitu : cabai rawit,cabai besar,cabai keriitng,cabai putih,cabai paprika.

Saat ini cabai yang sedang tinggi harganya yaitu cabai rawit (Capsicum Frutescens) yang termasuk dalam family Solanaceae. Cabai rawit dapat hidup selama 2-3 tahun apabila cara memeliharanya dengan cara yang baik.

Cabai ini biasanya digunakan untuk pelengkap sayur,bumbu masak,dan lainnya. Si kecil ini sudah menjadi komoditas paling populer di dunia termasuk di Indonesia yang memiliki tanah subur.

Memasuki natal dan tahun baru,harga cabai rawit merah meroket tajam yaitu Rp.100.000- 120.000 per kilogram. Kenaikan cabai rawit merah ini membuat pusing para ibu-ibu khusunya dalam memenuhi kebutuhan bumbu dapur karena harganya hampir sama dengan harga daging sapi.

Pada saat pandemi serta libur seperti ini sebagian orang memilih dirumah dan bersilaturahmi dengan kerabat terdekat yang disambung dengan masak dan makan bersama.

Menurut Ketua Umum Ikatan Pedagang Pasar Indonesia (KAPPI) Abdullah Mansuri menyebut bahwa komoditas cabai menjadi bahan pangan yang mengalami kenaikan tertinggi. Lonjakan harga sejumlah komoditas pangan memasuki natal dan tahun baru ini disebabkan oleh tingginya permintaan yang tidak di imbangi dengan ketersediaan stok sehingga beliau pun meminta pemerintah untuk gerak cepat mengatasi persoalan lonjakan harga tersebut.

Salah satu factor yang menyebabkan meroketnya harga cabai yaitu adanya musim hujan memasuki penghujung tahun. Hujan yang secara terus menerus membuat gagal panen dan tanaman cabai tidak tumbuh dengan baik sehingga berakibat pada persediaan cabai yang sedikit.

Hal ini tentu membuat para petani,pedagang,maupun masyarakat. Selain itu akibat dari kenaikan ini, pedagang juga ikut menaikkan harganya untuk mendapatkan keuntungan karena mereka menerima harga yang sudah tinggi dari agen dan petaninya.

Dalam hukum permintaan, jika harga naik maka jumlah barang yang diminta akan menurun begitupun sebaliknya jika harga turun maka jumlah barang yang diminta akan meningkat. Selain itu salah satu factor yang mempengaruhi permintaan konsumen yaitu ketersedian dan perubahan harga barang tersebut.

Harga cabai rawit yang mahal membuat permintaan konsumen turun serta menyebabkan turunnya juga selera konsumen untuk membeli cabai rawit. Mereka memilih untuk mengurangi konsumsi cabai atau malah tidak menggunakan cabai sama sekali pada masakannya sehingga dapat mengganti menunya.

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image