Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Ary Gunawan

Bersama Departemen Pendidikan IPA UNY, MGMP IPA Sleman Gelar Workshop Peningkatan Kompetensi

Eduaksi | Sunday, 23 Jul 2023, 05:42 WIB
Foto Bersama Peserta Workshop (Dok. Pribadi)

Musyawarah Guru Mata Pelajaran IPA (MGMP IPA) SMP Kabupaten Sleman menggelar workshop guna peningkatan kompetensi guru pada Sabtu (22/7/2023) di SMP Negeri 1 Kalasan. Kegiatan ini berkat kerja sama dengan Departemen Pendidikan IPA Universitas Negeri Yogyakarta dengan melibatkan 30 guru SMP dari berbagai wilayah di Sleman.

Kegiatan dibuka pukul 09.00 WIB oleh Prof Insih Wilujeng, M.Pd., Ketua Departemen Pendidikan IPA. Dalam sambutannya, Prof Insih menjelaskan pentingnya guru IPA untuk memahami dan meningkatan penguasaan Technological Pedagogic Content Knowledge (TPACK) dalam pembelajaran IPA.

"Dalam era disrupsi ini, untuk bertahan setidaknya ada tiga hal yang perlu dilakukan guru yaitu pertama memberikan solusi dengan peningkatan kompetensi, bersinergi dengan rekan sejawat dan komunitas dan meningkatkan spiritualitas," kata Prof Insih mengawali pemaparan tentang TPACK.

Prof. Insih menyampaikan terdapat lima hal yang perlu diperhatikan guru dalam menghadapi era disrupsi yaitu penguasaan TPACK, pemahaman Neuroscience, pendekatan Science, Technology, Engineering, Arts and Mathematics (STEAM), orientasi Higher Order Thinking Skills (HOTS), dan kompetensi abad 21.

Peserta Workshop (Dok. Pribadi)

Kegiatan dilanjutkan dengan pemaparan selanjutnya oleh Ibu Purwanti Widhy Hastuti, M.Pd. terkait dengan Integrasi TPACK berbasis Context. Dalam paparannya, Ibu Widhy memulai dengan menyampaikan studi kasus penggunaan teknologi di kelas yang masih banyak tantangan di dalamnya, khususnya terkait kontrol guru dan penguasaan konten.

"Dalam melakukan integrasi TPACK diperlukan desain pembelajaran yang bermakna dengan konteks pembelajaran yang sesuai dengan kehidupan (context based learning)." Mengutip paparan Ibu Widhy.

Context Based Learning dapat dikaitkan dengan konteks kehidupan nyata dan fenomena atau potensi lokal yang ada. Dengan mengangkat isu-isu yang dekat kehidupan sehari-hari, diharapkan peserta didik memiliki ketertarikan untuk dapat belajar dengan lebih mendalam. Tahapan Context Based Learning yaitu contacting (menghadirkan konteks), planning (mendiskusikan dan merancang penyelesaian masalah), developing (mengembangkan penyelidikan), extending (memperluas informasi terkait konteks lain), dan evaluating (mengevaluasi).

Asesmen Keterampilan Proses Sains

Workshop dilanjutkan dengan topik kedua yaitu Asesmen Keterampilan Proses Sains (KPS) dalam Kurikulum Merdeka. Pada topik ini disampaikan secara panel oleh Dr. Maryati, M.Si. dan Didik Setyawarno, M.Pd.

Mengawali paparan materi, Dr. Maryati memulai dengan pentingnya asesmen dan pembelajaran yang menguatkan keterampilan proses sains (KPS). Melalui KPS, guru dapat melaksanakan pembelajaran secara sistematis, memastikan kebenaran konsep (konten) yang dibelajarkan, dan pembelajaran menjadi lebih menarik.

"Dari sisi siswa, pembelajaran dengan penguatan KPS dapat melatih Higher Order Thinking Skills (HOTS) dan menjadikan siswa aktif dalam pembelajaran." Lebih lanjut disampaikan Dr. Maryati.

Pemahaman tentang konten terutama kebenaran konsep materi IPA yang dibelajarkan adalah sebuah keharusan. Konten yang dibelajarkan harus sesuai dengan kurikulum dan tingkat perkembangan siswa. Untuk siswa SMP, kemampuan berpikir sudah lebih dari operational concrete, sudah mampu mulai berpikir abstrak.

"Materi sifat dan wujud zat sudah dipelajari di SD, tetapi diajarkan di SMP lagi. Bukan pengulangan materi yang lalu, tetapi penguatan dan fokus materi yang berbeda. Siswa SMP sudah mampu berpikir abstrak sehingga fokusnya pada partikel materi." mengutip Dr. Maryati.

Selanjutnya, disampaikan materi lanjutan terkait asesmen keterampilan proses sains oleh Didik Setyawarno, M.Pd. Dalam paparannya, Bapak Didik menekankan fungsi asesmen dalam kurikulum merdeka yang lebih luas, tidak sekedar assessment of learning tetapi juga digunakan sebagai assessment as learning. Asesmen formatif yang digunakan sebagai proses perbaikan pembelajaran dapat melibatkan siswa dalam bentuk self assessment ataupun peer assessment.

Terkait dengan asesmen KPS, diperlukan rubrik untuk melakukan penilaian yang disesuaikan dengan keterampilan proses sains yang dinilai. Rubrik ini dapat menjadikan pedoman sehingga asesmen yang dilakukan lebih terarah.

"Setelah kegiatan ini, diharapkan bapak ibu guru dapat mengembangkan modul ajar dan instrumen asesmen keterampilan proses sains untuk topik atau materi yang diajarkan." pungkas Bapak Didik.

Kegiatan workshop diakhiri dengan penutupan oleh Drs. Eko Widodo, M.Pd., mewakili Tim Dosen Departemen Pendidikan IPA. "Saya memahami bapak dan ibu guru dihadapkan pada kesibukan dan tugas yang tidak ringan. Tetapi saya percaya, bapak dan ibu guru IPA selalu bersemangat meningkatkan kompetensi dan terus belajar. Semoga dapat bertemu di kesempatan berikutnya." Mengutip pesan Bapak Eko Widodo.

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Berita Terkait

 

Tulisan Terpilih


Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image