Beda Kalender yang Saya (tidak) Sukai ?
Teknologi | 2023-07-15 22:33:27Secara garis besar perhitungan kalender dihitung siklus matahari dan bulan terhadap bumi, dan perhitungann kalender Masehi berdasarkan peredaran bumi terhadap matahari, sementara lain ada orang-orang yang menghitung kalender berdasarkan peredaran bulan mengelilingi bumi. Jadi perhitungan ada dua sumber MATAHARI dan BULAN.
1. MASEHI (Matahari)
Dalam buku The World Book Encyclopedia, 1984, volume 14 halaman 237 dijelaskan, penguasa Romawi Julius Caesar menetapkan 1 Januari sebagai hari permulaan tahun baru semenjak abad ke-46 SM.
Orang Romawi mempersembahkan hari itu (1 Januari) kepada Janus, dewa segala gerbang, pintu-pintu, dan permulaan (waktu).
Bulan Januari diambil dari nama Janus sendiri, yaitu dewa yang memiliki dua wajah – sebuah wajahnya menghadap ke (masa) depan dan sebuahnya lagi menghadap ke (masa) lalu).
Sistem kalender ini ialah salah satu sistem internasional yang diusulkan Aloysius lilius dan disetujui Paus Gregorius XIII pada 1582. Kalender ini dibuat berdasarkan acuan dari Kalender Julius yang mengacu ke revolusi bumi terhadap matahari. Dalam kalender ini, satu tahun terdiri atas 12 bulan, dengan masing-masing bulan memiliki 30 dan 31 hari, kecuali Februari yang memiliki 28 hari dan 29 hari yang terjadi saat tahun kabisat (4 tahun sekali).
2. Imlek/Tionghoa (Bulan)
Kalender Tionghoa/Imlek dibentuk dengan penggabungan kalender bulan dan kalender matahari. Kalender Tionghoa mulai dikembangkan pada adab ke-3 SM dan ditemukan Kaisar Huáng Dì, yang memerintah antara 2698 SM-2599 SM. Kalender ini dikembangkan lagi oleh Kaisar Yáo. Siklus 60 tahun mulai digunakan pada abad ke-2 SM. Kalender yang lebih lengkap ditetapkan pada 841 SM pada zaman Dinasti Zhou dengan penerapan bulan ganda dan bulan pertama setiap tahun dimulai dekat dengan titik balik Matahari pada musim dingin. Dalam kalender ini, 1 tahun biasa memiliki 12 bulan, sedangkan tahun kabisat memiliki 13 bulan. Sementara itu, satu tahun biasa memiliki 353, 354, atau 355 hari, sedangkan tahun kabisat memiliki 383, 384, atau 385 hari.
3. HIJRAH (Bulan)
Kalender ini merupakan kalender lunar murni, yang terdiri atas 12 bulan yang didasarkan pada gerakan bulan. Tahun Hijriah dimulai ketika Nabi Muhammad SAW hijrah dari Mekah ke Madinah pada 622 M. Dalam satu bulan, kalender Hijriah biasanya terdiri atas 29/30 hari sehingga dalam satu tahun ada 354 hari, selisih 10 hari dengan kalender Masehi.
4. SAKA (Bulan)
Perhitungan tahun Saka ini mulai digunakan ketika tahun Masehi sudah menginjak tahun ke-78. Raja Kaniska I dari dinasti Khusana yang beragama Hindu menetapkan sistem penanggalan Saka ini sebagai kalender kerajaan. Sistem kalender ini memiliki 12 bulan dengan jumlah hari 30 atau 31 tiap bulan.
5. JAWA (Bulan)
Kalender Jawa ialah sistem kalender yang memakai dua siklus hari, siklus mingguan yang terdiri atas 7 hari (Ahad sampai Sabtu) dan siklus pekan pancawara yang terdiri atas 5 hari pasaran, yaitu Legi, Pahing, Pon, Wage, dan Kliwon. Kalender Jawa saat ini merupakan hasil dekret Sultan Agung Adi Prabu Hanyakrakusuma yang mengubah tahun Saka menjadi tahun Jawa pada 1547 Saka.
Penyembah MATAHARI
Bangsa yang pertama kali menyembah matahari dalam tatanan keagamaan yang teratur adalah bangsa Sumeria, Akkadian, dan Chaldean. Mereka membangun kuil-kuil untuk menyembah dewa matahari. Mereka menyebut dewa matahari sebagai penyebar cahaya alama, cahaya langit dan bumi; dewa yang menyelaraskan malam dan siang; dewa yang memberikan kehidupan dan melindungi orang-orang yang telah mati. Karena matahari adalah dewa yang menerangi kegelapan, maka matahari juga dewa keadilan.
Setelah orang-orang Assyria menguasai negeri sungai eufrat dan tigris, dewa matahari menjadi dewa yang menguasai air di langit termasuk di dalamnya hujan yang menjadi faktor terpenting dalam kehidupan negeri itu karena mengandalkan pertanian. Dewa itu kemudian dilambangkan dengan matahari yang bersayap. Itulah dewanya orang-orang Assyria.
Sementara dalam sejarah Mesir Kuno, Amon adalah dewa yang diwujudkan dalam rupa seorang laki-laki dewasa dengan janggot, di atas kepala ada dua mahkota, merah dan putih. Mahkkota merah menggambarkan Mesir bagian hilir sungai Nil; dan mahkota putih menggambarkan Mesir bagian hulu sungai Nil. Dewa ini bertempat di matahari. Tempat peribadahannya dinamakan Ain Syams (mata matahari).
Pada mitos orang Turki Kuno, matahari adalah hal yang paling penting. Saat itu bangsa Huns memisahkan antara matahari dan bulan. Masing-masing mempunyai keistimewaan dan kekuatannya. Mereka mempersembahkan sembelihan-sembelihan. Arah timur yang merupakan arah terbitnya matahari menjadi arah yang sangat penting. Rumah-rumah mereka dihadapkan ke arah timur.
Lain lagi dalam keyakinan bangsa Arya atau yang juga disebut Mithraisme. Mereka menyembah dan menghormati matahari lebih dari dewa-dewa lainnya karena merupakan sumber cahaya dan kehidupan. Mithra adalah dewa matahari yang diyakini bangsa Arya di India, Persia, dan bangsa Turan. Dewa ini sempat diyakini hingga enam abad, menyebar dari Iran, Mesir, Romania, Yunani, hingga Inggris.
Bangsa Persia menyebutnya sebagai dewa matahari, cahaya, kebenaran, keadilan, alam semesta dan pencipta manusia. Mithranisme ini telah ada dan tersebar di Iran sebelum Zoroastrianism. Bahkan Zoroastrianism sangat terpengaruh dengan Mithranisme ini, terutama dalam masalah menyucikan matahari.
Penyembah BULAN
1. Khonsu (Mesir Kuno)
Khonsu, dewa Bulan mitologi Mesir Kuno. Di Thebes, Khonsu termasuk dalam tritunggal bersama dewi Mut dan dewa Amun. Bukan "Bulan", nama "Khonsu" dapat diartikan "Pengembara", "Penunjuk Jalan", atau "Pelindung". Dewa ini dipuja di Memphis, Hibis, dan Edfu.
Bersama Thoth, Khonsu menetapkan lorong waktu. Ia juga "pelindung" bagi mereka yang bepergian di malam hari dan dewa penyembuh. Khonsu berperan besar dalam karya "penciptaan" karena ialah yang membuat Bulan masuk ke fase sabit, persalinan, dan mengembuskan napas kehidupan ke segala makhluk.
2. Artemis (Yunani Kuno)
Artemis/Ἄρτεμις adalah dewi pemburu, alam liar, kesucian, dan Bulan. Putri dari dewa Zeus dan Leto, Artemis adalah dewi pelindung para gadis dan perempuan. Ia membawa penyakit pada kaum Hawa dan ia juga yang menyembuhkan mereka. Bersumpah untuk jadi perawan selamanya, Artemis adalah dewa persalinan dan kebidanan.
Selain busur dan panah, rusa, dan pisau berburu, dewi yang juga adalah saudari kembar dewa Apollo ini sering digambarkan mengenakan Bulan sabit sebagai mahkotanya. Kuil Artemis di Efesus sempat menjadi salah satu dari "7 Keajaiban Dunia"! Di mitologi Romawi Kuno, Artemis disebut dengan "Diana".
3. Máni (Nordik)
Bukan dewa, Máni adalah personifikasi Bulan dari mitologi Nordik. Konon, Máni adalah saudara dari personifikasi Matahari, Sól. Catatan mengenai Máni sebagai objek pemujaan terhadap Bulan berasal dari karya Prose Edda oleh Snorri Sturluson pada abad ke-13.
Konon, seorang manusia bernama Mundilfari begitu sombong karena putra (Máni) dan putrinya (Sól) amat rupawan. Jadi, para dewa menghukumnya dengan mengangkat mereka sebagai objek langit! Máni bertugas untuk memandu Bulan di segala fasenya. Dalam peristiwa Ragnarök, Máni konon mati dilahap oleh serigala!
4. Chang'e (Tiongkok Kuno)
Mungkin sebagian besar dari kita ingat kalau Chang'e adalah penyebab mengapa Tiānpéng Yuánshuài (天蓬元帅) menjadi Zhu Bajie (豬八戒) dalam kisah Perjalanan ke Barat (西遊記) oleh Ruzhong (汝忠) atau sebagai salah satu karakter di game Mobile Legends: Bang Bang.
Chang'e (嫦娥) adalah dewi Bulan dalam mitologi Tiongkok Kuno. Saat masih manusia, kecantikan Chang'e membuat 10 Matahari bersinar! Hal tersebut membahayakan Bumi. Jadi, suami Chang'e, Hou Yi (后羿), menembak 9 matahari! Alhasil, Hou Yi mendapatkan ramuan keabadian yang tak ia minum karena tak mau berpisah dengan Chang'e.
Namun, karena murid Hou Yi, Feng Meng (逢蒙), berniat jahat, Chang'e meminum ramuan tersebut dan naik ke Bulan agar tetap dekat dengan Hou Yi. Mengetahui kejadian tersebut, Hou Yi amat sedih. Ia kemudian mendirikan altar dengan buah dan kue untuk Chang'e lalu bunuh diri.
5. Ratih (Indonesia kuno)
Dewi Ratih atau Sang Hyang Semara Ratih adalah dewi Bulan yang dipuja oleh kaum Hindu di Pulau Jawa dan Bali. Terkenal akan kecantikannya, Dewi Ratih juga menyandang titel "Dewi Kecantikan" selain dewi Bulan. Kisah Dewi Ratih ada hubungannya dengan gerhana bulan!
Konon, Dewi Ratih menolak cinta raksasa Kala Rau dan ingin menyerang kediaman Dewa Wisnu, Vaikuntha (वैकुण्ठ), dengan menyamar sebagai Kuwera. Ratih memperingatkan Batara Wisnu, dan Wisnu pun membunuh Kala Rau. Tanpa sepengetahuan Wisnu, Kala Rau sudah meminum Tirta Amerta sehingga ia pun abadi.
Namun, karena Tirta Amerta hanya menyentuh tenggorokannya, hanya kepala Kala Rau yang abadi. Jadi, gerhana bulan digambarkan sebagai kepala Kala Rau mengejar dan menelan Dewi Ratih! Tak punya badan, Dewi Ratih pun keluar dari leher Kala Rau.
6. Metztli (Suku Aztec)
Suku Aztec mengenal Metztli sebagai Dewa (terkadang Dewi) Bulan, malam, dan petani. Kemungkinan besar, Metztli adalah ilah yang sama dengan Yohaulticetl, Coyolxauhqui, dan Tecciztecatl. Konon, Metztli adalah salah satu dewa yang mengorbankan diri untuk jadi Matahari! Gagal, Metztli menjelma menjadi penguasa Bulan.
Kisah Metztli mirip dengan Tecciztecatl. Konon, Bulan dan Matahari sama-sama bersinar terang. Tentu, hal ini tidak bisa dibiarkan. Jadi, Matahari melemparkan kelinci (objek umum dalam pemujaan Bulan) ke wajah Metztli sehingga cahayanya sedikit redup. Oleh karena itu, saat purnama, seekor "kelinci" terlihat di permukaan Bulan!
7. Tsukuyomi (Jepang kuno)
Tsukuyomi-no-Mikoto (月読命) adalah dewa Bulan terkenal dari mitologi Jepang dan tetap dipercayai oleh agama Shinto. Konon, Tsukuyomi adalah salah satu dari tiga anak (三貴子) dari Izanagi-no-Mikoto (伊弉諾尊) saat misogi (禊) dan membasuh mata kanannya.
Jadi, Tsukuyomi adalah saudara Amaterasu-Ōmikami (天照大神) dan Susanoo-no-Mikoto (素戔嗚尊). Tsukuyomi membuat Amaterasu murka saat ia membunuh dewa makanan Ukemochi (保食神) dalam rasa jijiknya setelah tahu bagaimana ia menciptakan makanan! Mitos lain mengatakan kalau Susanoo-lah yang membunuh Ukemochi!
Setelah Amaterasu mengetahui kejadian tersebut, ia sangat marah terhadap Tsukuyomi hingga ia tak ingin melihat saudaranya lagi. Jadi, Amaterasu pindah ke bagian lain dari langit. Inilah sebabnya mengapa Matahari dan Bulan tak terlihat bersama.
*Konsep Waktu*
Pepatah Inggris menyebutkan “Time is money”, yang artinya waktu adalah uang. Pepatah tersebut memiliki makna yang luar biasa, yang akan mengubah hidup Anda menjadi lebih baik. Harga waktu yang Anda jalani saat ini sama dengan harga uang yang akan Anda dapatkan dalam kehidupan Anda. Kelemahan konsep ini adalah hanya memfokuskan pada duniawai dengan menghitungnya dengan nilai Uang.
Menurut Al quran,
“Demi masa (Waktu), sesungguhnya manusia itu benar-benar dalam keadaan merugi (celaka), kecuali orang-orang yang beriman, beramal shalih, saling menasehati dalam kebenaran, dan saling menasehati dalam kesabaran.” (QS Al ‘Ashr: 1-3)
Disini manusia di katakan merugi, kecuali orang-orang yang dapat memanfaatkan waktu dengan beriman, beramal shalih dan saling nasehat dalam kebenaran dan kesabaran.
Waktu menurut paham islam yaitu dapat dipahami dengan beberapa hal berikut :
"Waktu ibarat pedang, jika engkau tidak menebasnya maka ialah yang akan menebasmu. Dan jiwamu jika tidak kau sibukkan di dalam kebenaran maka ia akan menyibukkanmu dalam kebatilan" (Dinukil oleh Al-Imam Ibnul Qoyyim rahimahullah dalam kitabnya Al-Jawaab Al-Kaafi hal 109 dan Madaarijus Saalikiin 3/129).
Hadist Nabi Muhammad SAW,
"Jagalah lima perkara sebelum (datang) lima perkara (lainnya). Mudamu sebelum masa tuamu, sehatmu sebelum sakitmu, kayamu sebelum miskinmu, waktu luangmu sebelum sibukmu dan hidupmu sebelum matimu." (HR Nasai dan Baihaqi).
Rasulullah Saw bersabda:
“Tidak akan bergeser kedua kaki anak Adam di hari kiamat dari sisi Rabb-Nya, hingga dia ditanya tentang lima perkara, tentang umurnya untuk apa ia habiskan, tentang masa mudanya untuk apa ia gunakan, tentang hartanya dari mana ia dapatkan dan untuk apa ia belanjakan, serta apa saja yang telah ia amalkan dari ilmu yang dimilikinya." (HR Tirmidzi).
Jika kita benar-benar mengamalkan Al Quran dan Hadist maka kita akan memanfaatkan waktu dengan sebaik-baiknya, untuk hal terkecil dapat kah kita menepati janji waktu saat pertemuan ? Contoh yang dapat kita tauladani adalah masyarakat Jepang. Dimana mereka terkenal sangat menghargainya dan tepat waktu.
Beberapa waktu lalu Jepang diguncang skandal. Bukan skandal korupsi atau sejenisnya tetapi seorang menteri yang terlambat datang ke parlemen.
Menteri Olimpiade Yoshitaka Sakurada terlambat tiga menit menghadiri sebuah rapat dengan parlemen.
Hal itu memicu aksi protes selama lima jam dari oposisi dan memicu kemarahan publik. Beberapa hari setelah itu, Sakurada harus meminta maaf secara publik atas skandal itu.
Sejarah Jepang dahulu tidak mengenal waktu, baru ketika Kaisar Meiji berkuasa maka mulailah di lakukan pencampuran perhitungan waktu lokal ( 6 waktu) dan internasional (24 jam).
Restorasi Meiji (明治維新 Meiji-ishin), dikenal juga dengan sebutan Revolusi Meiji atau Pembaruan Meiji, pada tahun 1868 dan pada tahun 1902 (34 Tahun) Jepang sudah menjadi Negera Industri.
Amatlah beruntung bagi umat Muslim mendapat Al Quran & Hadist yang memandu mengenai Waktu (622 M), insya Allah jika kita benar-benar memanfaatkannya maka tidak hanya kesuksesan dunia akan tetapi juga kesuksesan Akhirat akan kita dapatkan. Aamiin YRA.
Berkaitan dengan waktu maka maka Islam menggunakan bulan sebagai perhitunganya dan ada 2 metode perhitungan yaitu Hisab dan Rukyat. Metode Rukyat artinya melihat Hilal/bulan baik dengan mata ataupun bantuan alat-alat, sedangkan Hisab melakukan perhitungan berdasarkan ilmu falak atau ilmu Astronomi.
Sekarang ini penentuan waktunya banyak digunakan metode Hisab seperti menentukan waktu Sholat dan lain sebagainya. Menjadi perbedaan karena Kriteria visibilitas hilal menurut MABIMS yang ditetapkan tahun 2021 lalu berada di 3 derajat dengan sudut elongasi 6,4 derajat. (MABIMS adalah kriteria visibilitas hilal yang ditetapkan oleh Menteri Agama Malaysia, Brunei Darussalam, Indonesia dan Singapura). Sedangkan pihak lain seperti Muhammadiyah melakukan perhitungan Hisab Wujud Hilal Hakiki dengan berapapun derajat Hilal selama masuk dalam positif dan dalam satu kesatuan Negara maka sudah masuk dalam Hilal/bulan baru.
Perbedaan ini dapat di aplikasikan dalam perlombaan Lari misalnya, dimana jika seorang peserta/hilal telah mencapai garis Finish/Wujud maka dengan kriteria Muhammadiyah maka peserta tersebut pemenangnya. Akan tetapi jika menurut Mabims maka harus melewati 3 derajat dengan sudut elongasi 6,4 derajat maka peserta/Hilal baru dapat dijadikan pemenangnya.
Perbedaan ini biasanya hanya dibahas ketika akan menyambut bulan tertentu seperti Ramadhan/Puasa, Syawal/Idul Fitri dan Zulhijah/Idul Adha padahal Islam mempunyai 12 bulan yaitu Muharam, Safar, Rabiul Awal, Rabiul Akhir, Jumadil Awal, Jumadil Akhir, Rajab, Syakban, Ramadhan, Syawal, Zulkaidah, dan Zulhijah. Dengan adanya 12 bulan ini Kenapa pada bulan-bulan lain tidak diadakan sidang Isbat dimana dilaporkan pada sidang Isbat 1 Syawal 1444 H ada 123 titik pengamatan Hilal dan dilakukan penugasan dari Kemenag, Ini bisa jadi kalendar Silahturahmi setiap bulan sehingga makin memperkuat Ukhuwah ISLAM ?
Saat ini mungkin masih terlalu dini mengharapkan Kesatuan waktu di dalam Islam yaitu kalendar Hijriah yang ditentukan Umar bin Khattab menjadi Kalendar Global dibanding dengan kalendar Masehi yang ditentukan Julias Caesar dan dapat digunakan di semua wilayah di dunia akan tetapi ikhtiar dan doa merupakan kewajiban manusia dan Ikhlas dengan hasil dari-Nya.
Disclaimer
Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.