Kajian Qamiut Thugyan #1
Agama | 2023-07-05 19:36:31
Kajian kitab-kitab kuno di pesantren sudah tidak asing lagi bagi kaum muslimin yang tinggal di Indonesia. Terutama di pesantren yang masih menggunakan sistem bandongan dalam pengajiannya. Model pembelajaran yang diterapkan pada umumnya adalah kyai membacakan kitab dengan menggunakan bahasa jawa pegon, adapun para santri memaknai kitab mereka masing-masing. Ada beberapa kitab yang sudah sangat familiar dan sering digunakan oleh beberapa pesantren. Salah satunya adalah kitab Qamiut Thugyan yang dikarang oleh Syekh Nawawi bin Umar. Kitab ini merupakan syarah dari nadzam Syu'abul Iman yang merupakan karya dari Syekh Zainudin bin Ali Al-Malibari. Di dalamnya menjelaskan tentang cabang-cabang iman yang berjumlah 77.
Disini saya akan mencoba memaparkan apa saja yang ada dalam kitab Qamiut Thugyan ini. Tentu dengan metode mengalih bahasakan supaya bisa dinikmati oleh para pembaca sekalian. Siapkan diri anda untuk menyelami dalamnya samudera ilmu Allah yang untuk menuliskannya tidak akan cukup pohon-pohon di dunia untuk menjadi penanya dan air di lautan menjadi tintanya.
Cabang Iman 1-5
Sebagai pembuka, Syekh Nadzim (maksudnya adalah Syekh Zainudin) memaparkan tentang cabang-cabang iman yang menjadi pondasi bagi umat Islam. Diantara cabang iman itu adalah; (1) Mengimani bahwa hanya Allah SWT lah Dzat Yang Esa, dan tidak ada sekutu bagi-Nya, dan Allahlah Dzat yang Azali atau terdahulu dan tidak ada awal bagi wujudnya Allah. Disini bisa kita tarik kesimpulan bahwa dasar dari segala dasar iman adalah yakin dan percaya bahwa Allah adalah satu-satunya Dzat yang Maujud dan Dia tidak sama dengan bentuk makhluk-Nya. (2) Mengimani akan adanya malaikat. Senantiasa percaya bahwa ada hamba yang begitu taat untuk beribadah kepada Allah dan tidak pernah melakukan perbuatan maksiat. Jika manusia mempunyai ayah dan ibu, juga perlu makan, minum dan tidur, maka malaikat adalah kebalikannya. Mereka tidak mempunyai nafsu sebagaimana manusia yang jika nafsunya tidak bisa dikendalikan dia bisa saja bertindak melebihi binatang.
(3) Mengimani kitabullah. Sudah tentu sebagai seorang muslim dan muslimah kita harus percaya bahwa kitab-kitab Allah yang sudah diturunkan kepada para Rasul dan Nabi-Nya, baik itu Zabur, Taurat, Injil ataupun Al-Qur'an itu benar adanya. Allah menurunkan kitab-kitab-Nya sebagai pedoman bagi seluruh umat manusia. (4) Mengimani akan kebenaran Kerasulan dan Kenabian para utusan Allah. Juga mempercayai bahwa segala kabar yang disampaikan oleh utusan-Nya itu benar adanya. Karena pasti bukan tanpa alasan Allah mengutus hamba-hambanya yang mulia itu untuk berdakwah kepada berbagai umat sesuai dengan masanya. Sebagaimana yang dialami oleh Rasulullah SAW yang ditugaskan untuk menyempurnakan akhlak umat manusia. "إنما بعثت لأتمم مكارم الأخلاق".
(5) Mengimani akan tidak kekalnya dunia ini. Sebab, segala sesuatu yang diluar Allah SWT adalah makhluk, dan makhluk sendiri bersifat fana'. Pasti akan tiba masanya bumi yang kita tinggali ini mengalami kehancuran dan seluruh makhluk akan dimintai pertanggung jawaban atas segala sesuatu yang telah dikerjakannya selama di dunia.
Dengan begitu, penting kiranya menanamkan di dalam hati kita bahwa iman bukanlah perkara yang bisa dibuat mainan. Semoga keimanan tetap terpatri di hati kita. Aamiin.
Disclaimer
Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.
