Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Diandra Safira

RISIKO STUNTING DAN ANEMIA DI PEDESAAN

Eduaksi | Monday, 27 Dec 2021, 22:54 WIB

Stunting pada balita dan juga malnutrisi tetap menjadi perhatian global. Stunting Sendiri memiliki arti dimana suatu keadaan anak balita memiliki tinggi badan yang rendah di usia nya yang diukur dengan panjang atau tinggi badan yang lebih dari minus dua standar, dan biasanya anak yang memiliki stunting juga memiliki gizi yang kurang (malnutrisi), lalu akan mempengaruhi kematangan sel saraf, rentan keterlambatan perkembangan, kurang cerdas, dan juga lambat dalam respon sosial (Rosyidah et al., 2021).

Malnutrisi bisa mempengaruhi perkembangan ekonomi dan pertumbuhan Negara dan berkontribusi pada transmisi kemiskinan antar generasi. Untuk anemia sendiri hubungannya dengan stunting adalah bisa pada kejadian anemia pada ibu hamil yang mana jika ibu yang terkena anemia sangat berisiko nantinya bayi yang dilahirkan akan stunting, itu karena asupan gizi pada ibu tidak tercukupi. Dan tidak menutup kemungkinan anaknya juga mengalami anemia juga.

Dalam penelitian terdapat persentase bahwa lebih dari sepertiga balita mengalami stunting di 15 negara, yaitu: Angola, Bangladesh, Burundi, Chad, DRC, Ethiopia, Guatemala, India, Malawi, Nepal, Nigeria, Pakistan, Rwanda, Tanzania,dan Zambi. Keseluruhannya stunting ini ditemukan di pedesaan lebih tinggi dibandingkan stunting yang berada di perkotaan sebesar 50%. Lebih dari setangah Negara yang diteliti anak-anak yang berada dikelompok pedesaan mungkin memiliki peluang yang lebih besar untuk mengalami stunting dibandingkan dengan kelompok perkotaan.

Lalu untuk anemia tingkat tertinggi dan terberat ada pada di daerah Mali (daerah yang berpenghasilan rendah) sebesar 57%. Lebih dari sepertiga balita mengalami anemia tingkat sedang hingga berat. Secara umum juga anemia terendah pada anak-anak yang tinggal di kelompok perkotaan (tidak miskin) dan lebih tinggi di daerah pedesaan. Anak-anak yang tinggal dalam kelompok pedesaan memiliki peluang yang lebih tinggi untuk memiliki anemia yang sedang sampai berat deibandingkan dengan ana-anak yang tinggal di kelompok tidak miskin. Dalam penelitian 12 dari 24 survei balita yang tinggal di kelompok pedesaan peluangnya lebih besar untuk mengalami anemia tingkat sedang sampai berat dibandingkan dengan balita perkotaan.

Hasil keseluruhannya yaitu bahwa di beberapa negara, anak-anak memiliki risiko stunting dan anemia yang lebih tinggi di daerah pedesaan yang miskin dibandingkan dengan anak-anak di perkotaan yang tidak miskin (Assaf & Juan, 2020).

Sebelumnya juga bahwa perbedaan antara masyarakat pedesaan dan perkotaan bisa dilihat dari pendidikan ibu, penghasilan, dan juga akses ke pelayanan kesehatan. Dapat disimpulkan bahwa kebanyakan kasus stunting dan anemia berada di pedesaan, dipedesaan juga sering sulit ditemukannya akses pelayanan kesehatan yang memadai yang pastinya berdampak pada ibu hamil yang ingin memeriksakan kehamilannya menjadi terhambat, pendidikan ibu atau orang tua juga sangat penting agar balitanya tidak mengalami stunting dan anemia seperti, orangtua minimal harus tau apa saja ciri-ciri orang yang mengalami stunting dan anemia seperti apa, dan yang terakhir faktor terpenting ialah faktor dari penghasilan, bahwa sudah jelas dari data di atas bahwa kebanyakan balita yang mengalami stunting dan anemia di alami di Negara yang minim penghasilannya yang berdampak pada makanan yang di asup anak dan ibunya yang kurang akan zat gizinya.

Untuk solusi terhadap masalah stunting dan juga anemia pada warga pedesaan yaitu:

1. Bagi mahasiswa yang sedang melakukan KKN, bisa melakukan edukasi yang sederhana tetapi mendetail pada para orang tua terutama ibu nya terhadap masalah stunting dan anemia

2. Dari segi penghasilan, mungkin pemerintah bisa melakukan bantuan terhadap kalangan yang kurang mampu di pedesaan, atau mungkin untuk pencegahan anemia, pemerintah harus cepat memberikan program pemberian tablet tambah darah di daerah yang terpencil di pedesaan

3. Untuk akses pelayanan kesehatan juga bisa dari bantuan kepala desa, atau kelurahan terdekat untuk bisa mendapatkan tumpangan mobil jika ingin ke pelayanan kesehatan yang di kota, jika akses jalanan yang rusak maka dimohon untuk pemerintah memperhatikan lagi warga dipedesaannya

4. Segera periksa jika terlihat ciri-ciri anak yang mengalami stunting dan anemia, jika keadaan tidak memungkinkan ke fasilitas kesehatan terdekat maka untuk yang anemia bisa diberikan makan ati ayam dan tablet tambah darah, untuk balita yang mengalami stunting bisa diberikan asupan gizi yang cukup.

Sumber :

1. Rosyidah, M., Dewi, Y. L. R., & Qadrijati, I. (2021). Effects of Stunting on Child Development: A Meta-Analysis. Journal of Maternal and Child Health, 6(1), 25–34.

2. Assaf, S., & Juan, C. (2020). Stunting and Anemia in Children from Urban Poor Environments in 28 Low and Middle-income Countries: A Meta-analysis of Demographic and Health Survey Data. Nutrients, 12(11), 3539.

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Berita Terkait

 

Tulisan Terpilih


Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image