Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Wenti Indrianita

Ketika Satu Qurban Memicu Kehebohan

Agama | 2023-07-02 20:52:49
Sumber gambar : pixabay.com

Beberapa hari lalu saya membaca sebuah berita yang berseliweran di media sosial saya. Berita mengenai seorang artis yang berseteru dengan seorang RT di Jakarta. Perseteruan ini awalnya dipicu oleh masalah hewan qurban di hari raya Idul Adha. Namun malah melebar ke hal lainnya.

Kronologis yang saya baca saat itu adalah sang artis sebut saja DP, menitipkan hewan qurbannya kepada salah seorang ustadz melalui pembantunya. Namun, tak lama berselang hewan tersebut diambil lagi oleh pihak DP padahal pihak masjid awalnya mengira qurban sapi itu untuk disembelih disana.

Akibatnya terjadi kericuhan karena pihak masjid tidak mau membantu mengangkut sapi besar itu. Akhirnya terlontarlah ucapan yang justru menimbulkan kesalahpahaman ke pihak DP. Dari situlah bermunculan berbagai prasangka yang membuat DP memposting masalah tersebut ke media sosial.

Masalah pun bertambah lebar karena ada persinggungan isu politik terhadap kedua belah pihak. Yang semula hanya salah paham masalah sapi, jadi berujung meluas ke isu politik. Tentu semua jadi bertambah rumit.

Netizen Indonesia pun mulai beradu komen. Ada yang membela artis, ada yang membela RT. Semua pun akhirnya menambah kekusutan masalah yang berujung pada mediasi dan itupun tidak memberikan solusi.

Isu Politik dan Agama

Teringat kembali peristiwa di Jakarta tepatnya pemilihan Gubernur DKI Jakarta. Ketika isu agama ini menjadi isu yang sangat panas saat itu. Belum lagi saat Pilpres 2019, terjadi pula permasalahan yang sama yang menyebabkan bermunculan kubu yang berbeda.

Tentu ini patut diwaspadai. Jangan sampai hal-hal yang berkaitan dengan agama ini dicampur adukan dengan isu politik seperti dulu. Bukankah isu politik ini biasanya akan dibumbui oleh kepentingan tertentu?

Pilpres 2024 hendaknya dijalankan dengan semangat kerukunan tanpa harus mempertentangkan agama dengan nasionalisme karena keduanya justru sejalan. Jangan sampai hanya masalah biasa malah memunculkan kehebohan seluruh negara.

Kasus DP dan RT ini bisa saja menjadi pemantik awal akan munculnya masalah-masalah ke depan. Biasanya kubu yang berseberangan akan menjadikan ini sebagai senjata mereka dalam menyerang pihak lawan. Padahal sekali lagi, ini toh hanya masalah seekor sapi, kenapa harus dijadikan amunisi?

Jangan sampai ada pihak-pihak tertentu yang menggoreng masalah ini menjadi isu agama versus politik. Padahal sebenarnya masalahnya tak seperti itu. Namun, tentu saja

Akibat Salah Paham

Kembali lagi ke masalah Depe dan Erte, sebenarnya siapa sih yang salah di antara keduanya? Kalau menurut saya, yang salah adalah emosi negatif yang muncul lebih dulu tanpa tabayun.

Yang satu marah karena merasa diabaikan dan diperlakukan tidak layak. Apalagi Depe seorang perempuan yang merasa tak nyaman dibentak-bentak.

Yang satu marah karena merasa diprank. Ya jelas dong, masa sapi cuma sekedar dititipkan lalu diambil lagi? Emangnya masjid itu tempat penitipan berak sapi?

Sebenarnya masalah tersebut tidak akan muncul jika :

1. Pihak Depe memberikan akad yang jelas bahwa sapi sekedar dititipkan saja. Dalam hal ini sebaiknya jangan hanya meminta suruhan (dalam hal ini pembantu) yang menyampaikan, tapi Depenya sendiri yang memberitahukan langsung supaya clear sejak awal. Tapi kalau dipikir-pikir lagi memang ada ya masjid yang mau dijadikan tempat penitipan sapi sementara?

2. Sebaiknya jika tidak diniatkan disembelih di daerah itu, DP bisa langsung saja bawa sapinya ke tempat penyembelihan yang dia tuju. Jadi kan tak perlu drama angkut sapi kesana kemari. Orang lain juga ga direpotkan toh?

3. Perlunya berpikir sebelum berucap agar tidak terjadi kesalahpahaman akibat emosi yang memuncak. Hal ini penting untuk dipahami keduabelah pihak.

4. Saling mencoba memaklumi kondisi masing-masing. Kenapa sampai pihak masjid menolak mengangkut sapi? Kenapa sampai Depe memindahkan qurbannya? Mungkin ada alasan tertentu yang bisa coba dipahami bersama supaya meminimalisir kemarahan kedua belah pihak.

Intinya, hari raya qurban itu berkaitan dengan pengorbanan dan ketulusan kita sebagai seorang hamba. Sayang sekali jika momen idul adha ini malah dirusak oleh prasangka-prasangka. Semoga kedepannya kita semua bisa menjadi pihak yang lebih bijak dalam menyelesaikan masalah. Salam.

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image