Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Ahmad Alkanz

Pendidikan Multikultural pada Masyarakat Pedesaan

Edukasi | Saturday, 01 Jul 2023, 20:25 WIB

Keberagaman identitas agama, suku, dan budaya bangsa Indonesia merupakan keniscayaan yang tidak bisa ditawar dengan identitas yang bersatu. Oleh karena itu, Indonesia disebut juga sebagai “multikulturalisme”. Sebagai sebuah karya, ia terdiri dari berbagai kepingan teka-teki yang membentuk multikulturalisme yang terbentang dari Sabang hingga Merauke. Jika puzzle tersebut hilang atau rusak, potongan tidak lagi terlihat lengkap dan indah. Itu adalah sisi lain dibalik bangsa yang majemuk, bukan bangsa yang bersatu.

Dalam konteks Indonesia, pluralisme menjadi realitas bagi semua umat beragama. Di negri ini terdapat berbagai agama dan kepercayaan yang keberadaan dan haknya harus dihormati. Oleh karena itu, satu kelompok agama tidak boleh memaksakan kehendaknya untuk mendiskriminasi, mengintimidasi bahkan menindas kelompok lain.

Praktik multikulturalisme Indonesia dapat ditemukan di berbagai tempat. Salah satu yang menarik adalah kkehidupan masyarakat di Desa Duri Kosambi, Kecamatan Cengkareng, Jakarta Barat. Desa ini adalah salah satudesa yang telah menikmati kehidupan beragama yang rukun dan harmonis selama bertahun-tahun ya walaupun pasti ada sedikit konflik pasti ini terjadinya jarang sekali dan hamper tidak pernah. Di desa ini terdapat berbabgai macam agama yaitu islam, katholik, budha, dan hindu.

Yang paling unik di desa Duri Kosambi ini yaitu pada masyarakat muslim yang pada hari raya idul fitri nya ini selama 7 hari tidak seperti pada masyarak yang biasanya hanya melakukan hari raya idul fitri hanya selama 2-3 hari saja. Karna mayoritas suku di desa ini adalah suku betawi asli makanya masyarakat disini rata-rata adalah masih ada ikatan darah satu sama lain, entah sodara jauh maupun sodara dekat.

Oh yaa, di desa ini terdapat beberapa suku seperti Betawi, Jawa, Sunda, Batak, Madura, dan masih banyak yang lainnya. Yaa walaupun di desa ini terdapat banyak yang berbeda-beda suku tetapi di desa ini masih terjalin silaturahimnya.

Di desa ini banyak macam-macam tradisi yang terjadi turun temurun dari leluhur kami seperti syukuran atas pembangunan rumah seseorang yang sudah selesai pembangunannya (tidak hanya masalah ini saja tetapi masih ada yang lainnya), tahlil ketika ada salah satu warga yang meninggal, dan masih banyak tradisi-tradisi yang lainnya demi menjalankan suasana yang harmonis dalam pendidikan multikulturalisme antara satu sama lainnya.

Manfaat yang dapat kita ambil pada pendidikan multikulturalisme pada desa Duri Kosambi ini yaitu munculnya rasa penghargaan terhadap budaya lain sehingga muncul sikap toleransi yang merupakan syarat utama dari masyarakat multikulturalisme.

Kesimpulannya, penndidikan multikultural di masyarakat pedesaan sangat penting dalam rasa toleransi tentang penghargaan terhadap perbedaan, mempromosikan kesetaraan. Dengan memberikan pendidikan multikultural yang kuat pada lingkungan masyarakat, kita dapat berperan dalam membangun masyarakat yang inklusif, harmonis, dan menghargai keberagaman.***

(Ahmad Alkanz, Mahasiswa UIN Syarif Hidayatullah jakara, Program Studi Pendidikan Agama Islam)

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Berita Terkait

 

Tulisan Terpilih


Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image