Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Wila Fitria Mahasiswi Tadris Biologi UIN Syar

Peningkatan Kesadaran dalam Menanggulangi dan Mengurangi Penumpukan Sampah

Lainnnya | 2023-06-22 16:45:15
Bukan Pemandangan yang Indah tetapi Penumpukan Sampah yang Terlihat Tidak Ramah!

Permasalahan lingkungan yang masih menjadi masalah besar saat ini tidak lain adalah sampah. Dari tahun ke tahun permasalahan sampah masih menjadi salah satu ancaman kerusakan ekologi yang berpotensi besar khususnya di negara Indonesia.

Kurangnya pengelolaan sampah di Indonesia menyebabkan penumpukan yang dapat menyebabkan beberapa dampak negatif seperti banjir, pencemaran air, dan juga pencemaran tanah. Tidak hanya membawa dampak negatif bagi lingkungan, sampah juga membawa dampak negatif bagi manusia.

Banyak orang terganggu dengan bau yang menyengat, dan juga bisa menimbulkan berbagai macam penyakit seperti: gatal-gatal, infeksi kulit, tetanus dan masih banyak lagi. Penyakit tersebut bisa muncul karena sampah yang dibuang sembarangan dan dibiarkan sehingga dapat memicu datangnya berbagai macam bakteri.

Berdasarkan data Direktorat Jendral Pengelolaan Sampah, limbah dant B3 ( Ditjen PSLB3) tercatat pada tahun 2021, volume sampah di Indonesia menembus 68,5 juta ton dan pada tahun 2022 naik mencapai 70 juta ton. Tidak hanya itu, ada 24 persen atau sekitar 16 juta ton sampah yang tidak dikelola. Berdasarkan dari data tersebut, ini menjadi PR untuk kita bersama agar kualitas lingkungan di Indonesia semakin baik kedepannya.

Lalu apa yang bisa kita lakukan?

Berbagai macam cara bisa kita lakukan sebagai masyarakat awam untuk mengurangi permasalahan tentang sampah ini. Mengurangi penggunaan plastik dan berbagai macam sampah yang tidak bisa didaur ulang kembali menjadi salah satu cara efektif untuk mengurangi sampah anorganik. Sedangkan untuk sampah organik pemerintah dan masyarakat bisa bekerjasama untuk mengolahnya.

Pemerintah bisa memberikan ruang untuk masyarakat agar bisa bahu membahu menanggulangi sampah organik, sehingga sampah organik bisa dengan mudah diolah kembali menjadi pupuk organik. Di Indonesia sendiri ada beberapa cara dalam mengelola sampah, di antaranya ialah dibentuknya bank sampah, ditingkatkannya proses daur ulang, dan juga sampah organik yang dibuat kompos. Hal ini merupakan cara untuk mengurangi penumpukan sampah. Penerapan ini bisa juga disebut dengan manajemen ekosentris, dimana manajemen tersebut dibentuk tidak hanya terfokus pada dampak pencemaran, tetapi juga pada kehidupan seluruhnya.

Beberapa penelitian yang dilakukan banyak membuktikan tingginya dampak positif yang diterima dan dihasilkan dari penerapan model pengelolaan sampah, sehingga mengurangi pencemaran dan tentunya mengurangi penumpukan sampah diberbagai daerah yang melibatkan masyarakat ataupun berbasis komunitas. Berdasarkan pengalaman sekolah di SMA Ksatria Nusantara, Padaherang Jawa Barat, untuk mengurangi sampah plastik kepala sekolah mengimbau kepada para murid untuk tidak jajan menggunakan plastik, tetapi diganti dengan kotak bekal untuk makanan dan botol minuman untuk membeli berbagai minuman.

Setiap murid harus mempunyai tempat makan dan botol minum, dan membawanya setiap hari ketika kesekolah. Tidak hanya murid, pedagang dikantin sekolahpun dilarang menggunakan plastik dan diwajibkan untuk menegur setiap siswa yang jajan tanpa membawa tempat makan dan botol minum.

Dengan cara itu, sepekan kemudian sampah plastik berkurang disekolah tersebut, sehingga lingkungan tetap bersih dan sampah plastik sudah berkurang bahkan tidak ada. Sampai saat ini program tersebut masih diterapkan di sekolah tersebut.

Bagaimana jika masih ada yang menggunakan plastik?

Tentu ada konsekuensi setiap murid yang terlihat jajan menggunakan plastik dari pedagang, mendapatkan konsekuensi hukuman berupa teguran untuk kesalahan pertama. Jika diulangi dikenakan denda senilai Rp 1.000, uang yang terkumpul akibat denda itu untuk membeli tempat makan dan minum tetapi sudah atas nama pengurus OSIS sehingga jika ada yang tidak membawa kotak bekal dan botol minuman bisa meminjamnya ke pengurus OSIS tanpa dipungut biaya apa pun.

Dengan perjanjian tempat makan dan botol minuman yang dipinjam dikembalikan lagi. Dengan cara ini siswa siswi di SMA tersebut sudah diajarkan bertanggung jawab atas dirinya dan lingkungannya. Karena, jika tidak dengan kebiasaan yang baik ini, banyak siswa siswi sekolah lain yang masih minim kesadaran tentang bagaimana pentingnya menjaga kebersihan di lingkungannya.

Dengan diterapkannya kebiasaan baik ini, diharapkan setiap siswa mempunyai kesadaran akan lingkungan terkhusus lingkungan di sekolah dan lebih menjaga kebersihan dengan tidak membuang sampah sembarangan di manapun ia berada. Nah, kembali lagi untuk menciptakan suasana lingkungan yang tanpa sampah, tidak hanya pemerintah yang harus menanggungnya, tetapi kita harus bahu membahu dan bekerja sama untuk mencapai lingkungan dengan kualitas yang baik. Sehingga Indonesia bisa menjadi bagian dari negara dengan kualitas ekologi yang baik di mata dunia.

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image