Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Taufik Alamsyah

Desain Kurikulum (Problem Centered Design)

Pendidikan dan Literasi | Saturday, 17 Jun 2023, 10:21 WIB

Problem centered design berpangkal pada filsafat yang mengutamakan peranan manusia (man centered). Problem centered desain menekankan manusia dalam kesatuan kelompok yaitu kesejahteraan masyarakat dan menekankan pada perkembangan peserta didik. Hal ini bertolak dari asumsi para ahli pendidikan humanistik bahwa manusia sebagai makhluk social selalu hidup bersama. Dalam kehidupan bersama ini manusia menghadapi masalahmasalah bersama yang harus dipecahkan bersama pula. Mereka berinteraksi, berkooperasi dalam memecahkan masalah-masalh social yang mereka hadapi untuk meneingkatkan kehidupan mereka, selain itu anak atau siswa adalah yang pertama dan utama dalam pendidikan, sehingga kurikulum humanistik lebih memberikan tempat utama kepada siswa. Siswa dipandang sebagai subjek yang menjadi pusat kegiatan pendidikan, siswa memiliki potensi, kemampuan dan kekuatan untuk berkembang. Konsep-konsep ini menjadi landasan pula dalam pendidikan dan pengembangan kurikulum.

Berbeda dengan learner centered, kurikulum mereka disusun sebelumnya (preplanned). Isi kurikulum berupa masalah-masalah social yang dihadapi peserta didik sekarang dan yang akan datang. Sekuens bahan disusun berdasarkan kebutuhan, kepentingan dan kemampuan peserta didik. Problem centered design menekankan pada isi maupun perkembangan peserta didik.

Minimal ada dua variasi model desain kurikulum ini, yaitu The Areas Of Living Design, dan The Core Design.

1).The Area of Living Design :

Perhatian terhadap bidang-bidang kehidupan sebagai dasar penyusunan kurikulum telah dimulai oleh Hebert Spencer pada abad 19, dalam tulisan yang berjudul What Knowledge is of most worth? Areas of living design seperti learner centered design menekankan prosedur belajar melalui pemecahan masalah. Dalam prosedur belajar ini tujuan yang bersifat proses (process objectives) dan

yang bersifat isi (content objectivies) diintegrasikan. Penguasaan informasi- unformasi yang bersifat pasif tetap dirangsang. Ciri lain yaitu menggunakan pengalaman dan situasi – situasi dari peserta didik sebagai pembuka jalan dalam mempelajari bidang-bidang kehidupan. Dalam the areas of living hubungannya besar sekali. Tiap pengalaman peserta didik sangat erat hubungannya dengan bidang-bidang kehidupan sehingga dapat dikatakan suatu desain merangkumkan pengalaman-pengalaman social peserta didik. Dengan demikian, desain ini sekaligus menarik minat peserta didik dan mendekatkannya pada pemenuhan kebutuhan hidupnya dalam masyarakat. Desain ini mempunyai beberapa kelebihan diantara nya:

· The areas of living desaign merupakan the subject matter design tetapi dalam bentuk yang terintegrasi. Pemisahan antara subject dihilangkan oleh problema- problema kehidupan sosial.

· Karena kurikulum diorganisasikan di sekitar problema- problema peserta didik maka kurikulum ini menggunakan prosedur pemecahan masalah.

· Menyajikan bahan ajar yang relevan, untuk memecahkan masalah-masalah dalam kehidupan.

· Menyajikan bahan ajar dalam bentuk yyang professional.

· Motivasi berasal dari peserta didik.

Adapun kekurangan dari desain ini adalah:

· Penentuan lingkup dan sekuens dari bidang-bidang kehidupan yang sngat esensial sangat sukar.

· Lemahnya integrasi kurikulum

· Desain ini megabaikan warisan budaya. para peserta didik memandang masalah untuk sekarng dan masa depan dan mengabaikan masa lalu.

2).The Core Design

The cores design timbul sebagai reaksi utama kepada separate subject design, yang sifatnya terpisah-pisah. Dalam mengintegrasikan bahan ajar , mereka memilih mata mata pelajaran tertentu sebagai inti (core). Pelajaran lainnya dikembangkan kan disekitar core tersebut. Menurut konsep ini inti-initi bahan ajar dipusatkan pada kebutuhan individual dan sosial. The core design biasa juga disebut the core curriculum. Terdapat banyak variasi pandangan tentang the core design. Mayoritas memandang core curriculum sebagai suatu model pendidikan atau program pendidikan yang memberikan pendidikan umum. Pada beberapa kurikulum yang berlaku di Indonesia dewasa ini, core curriculum disebut kelompok mata kuliah atau pelajaran dasar umum, dan diarahkan pada pengembangan kemampuan-kemampuan pribadi dan social. Kalau kelompok mata kuliah/pelajaran spesialisasi diarahkan pada penguasaan keahlian/kejuruan tertentu, maka kelompok mata pelajaran ini ditujukan pada pembentukan pribadi yang sehat, baik, matang, dan warga masyarakat yang mampu membina kerja sama yang baik pula. The core curriculum diberikan guru-guru yang memiliki penguasaan dan berwawasan luas, bukan spesialis. Di samping memberikan pengetahuan, niali-nlai dan keterampilan social, guruguru tersebut juga memberikan bimbingan terhadap perkembangan social pribadi peserta didik. Ada beberapa variasi desain core curriculum yaitu:

1. The separate subject core. Salah satu usaha untuk mengatasi keterpisahan antar-mata pelajaran, beberapa mata pelajaran yang dipandang mendasari atau menjadi inti mata pelajaran lainnya dijadikan core.

2. The correlated core. Model desain ini pun berkembang dari the separate subjects design, dengan jalan mengintegrasikan beberapa mata pelajaran yang erat hubungannya.

3. The fused core. Kurikulum ini juga berpangkal dari separate subject, pengintegrasiannya bukan hanya antara dua atau tiga pelajaran tetapi lebih banyak. Sejarah, geografi, antropologi, sosiologi, ekonomi dipadukan menjadi

studi kemasyarakatan. Dalam studi ini dikembangkan tema-tema masalah umum yang dapat diinjau dari berbagai sudut pandang.

4. The activity/experience core. Model desain ini berkembang dari pendidikan progresif dengan learner centerd design-nya. Seperti halnya pada learner centered, the activity/experience core dipusatkan pada minat-minat dan kebutuhan peserta didik.

5. The areas of living core. Desain model ini berpangkal juga pada pendidikan progresif, tetapi organisasinya berstruktur dan dirancang sebelumnya. Berbentuk pendidikan umum yang isinya diambil dari masalah-masalah yang muncul di masyarakat. Bentuk desain ini dipandang sebagai core design yang paling murni dan paling cocok untuk program pendidikan umum.

The social problems core. Model desain ini pun merupakan produk dari pendidikan progresif. Dalam beberapa hal model ini sama dengan the areas of living core. Perbedaannya terletak pada the areas of licing core didasarkan atas kegiatan-kegiatan manusia yang universal tetapi tidak berisi hal yang controversial, sedangkan the social problems core di dasarkan atas problema- problema yang mendasar dan bersifat controversial. Beberapa contoh masalah social yang menjadi tema model core design ini adalah kemiskinan, kelaparan, inflasi, rasialisme, perang senjata nuklir, dan sebagainya. Hal-hal di atas adalah sesuatu yang mendesak untuk dipecahkan dan berisi suatu controversial bersifat pro dan kontra. The areas of living core cenderung memelihara dan mempertahankan kondisi yang ada, sedang the social problems core mencoba memberikan penilaian yang sifatnya kritis dari sudut sistem nilai social dan pribadi yang berbeda.

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Berita Terkait

 

Tulisan Terpilih


Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image