Mengapa Aktivitas Seksual Bisa Memberi Kesembuhan?
Leisure | 2023-06-16 12:34:44MENGAPA AKTIVITAS SEKSUAL BISA MEMBERI KESEMBUHAN?
Hasrat seksual merupakan anugerah Tuhan kepada setiap makhluk hidup, tidak hanya kepada manusia saja, akan tetapi diberikan juga kepada hewan. Hasrat seksual disebut juga dengan naluri alamiah (basic instinct). Dengan naluri inilah, makhluk hidup dapat berkembang biak untuk mempertahankan kelangsungan hidupnya.
Untuk memperoleh keturunan, manusia harus melakukan hubungan seksual antara laki-laki dan perempuan. Aktivitas seksual merupakan perantara munculnya makhluk hidup baru.
Berbicara mengenai aktivitas seksual, kosakata yang sering muncul adalah kesenangan atau kenikmatan. Dan puncak dari kenikmatan itu ditandai terjadinya orgasme, dengan atau tanpa ejakulasi (bagi laki-laki). Setiap manusia normal pasti menyukai aktivitas seksual, karena merupakan naluri dasar. Bahkan, ada yang tidak bisa mengendalikan nalurinya itu hingga menyalurkannya dengan melanggar norma sosial maupun agama.
Tidak Sekedar Nikmat
Orang yang melakukan hubungan seksual bukan sekedar memperoleh kenikmatan semata, melainkan juga kesembuhan. Lho kok bisa?
Mari kita awali bagaimana proses hubungan seksual itu terjadi.
Ketika seseorang sedang masuk ke dalam aktivitas seksual, maka pikirannya akan terfokus kepada satu hal saja. Fokus pikiran akan diikuti oleh gerakan-gerakan fisik. Termasuk juga diikuti dengan imajinasi maupun emosi-emosi tertentu.
Semakin lama aktivitas itu berlangsung, seseorang akan menuju kondisi SAAT INI. Tubuh, pikiran, dan jiwa menyatu masuk ke dalam SAAT INI, DI SINI. Tidak ada lagi pikiran masa lalu maupun masa yang akan datang.
Bahkan, seluruh kesadaran, pelan tapi pasti akan menuju kepada satu titik, yaitu alat kelamin. Hingga ketika kesadaran sudah berkumpul sepenuhnya dan mencapai puncak, terjadilah apa yang disebut sebagai orgasme. Hal ini menyebabkan seseorang merasa seperti terbang melayang, nyaris tidak sadarkan diri, atau apalah yang semacam itu.
Bagi orang-orang tertentu, ada yang mampu MENYEBARKAN kembali kesadaran yang terpusat di alat kelamin tadi ke seluruh tubuh, hingga hubungan seksual bisa berlangsung lebih lama, dan lebih lama lagi. Bahkan, bisa mencapai orgasme tanpa ejakulasi. Inilah salah satu cara untuk mencapai kualitas hubungan seksual yang DALAM dan LAMA.
Seseorang yang dalam kondisi saat ini, di sini, dibarengi dengan bersatunya kesadaran dan pelepasan energi; akan terjadi proses PENYEMBUHAN, baik secara fisikal, emosional, maupun spiritual.
Inilah mengapa dalam konsep ajaran agama-agama, aktivitas hubungan seksual disebut sebagai sesuatu yang sakral (suci).
Bisa Juga Terjadi Sebaliknya
Selain bisa terjadi penyembuhan, sebuah hubungan seksual juga menyebabkan terjadi sakit atau penyakit. Mengapa bisa demikian?
Pikiran-pikiran, perasaan-perasaan, maupun perilaku negatif yang menyertai aktivitas tersebut.
Ada laki-laki yang sedang berhubungan seksual dengan istrinya, namun membayangkan wanita lain. Ada pula wanita saat berhubungan, namun ada ketakutan bagaimana jika nanti hamil (karena belum siap). Atau sedang bersenggama, tapi masih menyimpan perasaan marah kepada pasangan.
Bahkan, ada yang lebih parah lagi. Melakukan jima’ dengan paksaan atau kekerasan. Melakukannya bukan dengan pasangan yang sah. Melakukannya dengan tujuan bukan untuk menikmati aktivitas itu, tapi sekedar untuk mendapatkan uang. Termasuk juga melakukan kejahatan seksual terhadap anak di bawah umur, penyandang disabilitas, pelecehan, pemerkosaan, termasuk kejahatan seksual secara daring.
*****
Akhir kata, mari kita manfaatkan anugerah Tuhan berupa naluri seksual secara baik dan benar agar dapat memberikan maslahah berupa KENIKMATAN sekaligus KESEMBUHAN.
Disclaimer
Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.