Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Warsa Aulia Yanpareri

Kembalikan Jerami ke Sawah Udara Sehat, Kantong tak Sekarat

Teknologi | 2023-06-12 20:06:46
Foto Pembakaran Jerami Padi (Sumber: pertanianku.com)

Musim panen padi di Kecamatan Cilamaya Kulon Kabupaten Karawang terjadi pada bulan Mei - Juli dan November - Desember setiap tahunnya. Selain gabah, pada saat panen tanaman padi juga menghasilkan limbah jerami. Limbah jerami yang tersisa dari panen biasanya dibakar oleh para petani. Membakar jerami hasil panen padi sudah menjadi kebiasaan petani.

Tentu saja hasil pembakaran limbah jerami menghasilkan asap yang sangat mengganggu. Terlebih pada lokasi-lokasi sawah yang dekat dengan pemukiman. Asap pembakaran jerami dapat mencemari lingkungan. Selain menurunkan kualitas udara, asap yang dihasilkan akan menipiskan lapisan ozon sehingga akan mempengaruhi suhu permukaan bumi.

Di samping itu pembakaran jerami mengakibatkan hilangnya unsur hara yang terkandung dalam jerami tersebut. Unsur hara yang seharusnya dapat menyumbang makanan bagi tanaman padi menjadi musnah. Petani harus merogoh kocek untuk mengkompensasi kehilangan unsur hara tersebut dengan membeli pupuk. Seberapa banyak unsur hara yang terkandung dalam jerami, akan penulis uraikan di bagian akhir tulisan ini.

Alasan petani membakar limbah jerami padi

Memang dengan membakar limbah jerami ini menghemat waktu dan biaya untuk memusnahkan limbah akan tetapi efek samping yang dihasilkan sangat berbahaya bagi lingkungan. Maka haruslah dilakukan pengelolaan limbah yang baik dan benar supaya tidak membahayakan lingkungan.

Lalu kenapa petani harus membakar jerami?.

Sebagian petani beranggapan bahwa abu hasil pembakaran jerami dapat menghindarkan tanaman dari hama dan penyakit. Alasan ini tepat jika, jerami hasil panen sebelumnya terkena virus yang akan menulari tanaman di musim berikutnya, seperti virus tungro yang disebarkan melalui wereng. Jika seperti ini maka eradikasi (pemusnahan) bisa dilakukan salah satunya dengan pembakaran.

Alasan lain yang diungkapkan petani adalah bahwa limbah jerami padi biasanya menumpuk di satu titik lokasi. Setelah petani mengarit tanaman padi, padi yang sudah diarit dikumpulkan di satu titik untuk memudahkan proses pemipilan bulir gabah. Pemipilan bulir gabah dilakukan dengan alat Power Thresher (mesin “rontog”). Sisa jerami yang ada ditumpuk kembali di titik tersebut. Pembakaran jerami dilakukan untuk memusnahkan sisa jerami tersebut.

Limbah jerami padi hasil panen combine harvester

Saat ini beberapa petani sudah melakukan panen padi dengan menggunakan alat Combine Harvester. Panen dengan menggunakan combine harvester menghemat waktu serta proses pemotongan tanaman padi dan pemipilan bulir gabah dilakukan secara bersamaan. Jerami sisa hasil tanaman tidak menumpuk tetapi tersebar di lahan. Untuk membakarnya petani harus mengupah orang untuk mengumpulkan dan membakarnya. Hal ini tidak dilakukan sehingga petani membiarkan jerami tersebar di lahan. Seiring berjalannya waktu jerami akan membusuk dan kembali ke tanah.

Akan tetapi tidak semua petani menggunakan combine harvester. Belum semua petani meyakini manfaat penggunaan combine harvester. Di samping itu tidak semua lahan sawah dapat dijangkau oleh alat tersebut karena dimensi alat yang sangat besar dan akses jalan menuju sawah.

Kandungan unsur hara pada limbah jerami padi

Sebetulnya para penyuluh pertanian pun tidak bosan untuk menganjurkan pengelolaan limbah yang baik. Jerami tidak boleh dibakar tetapi jerami yang menumpuk disebarkan ke seluruh permukaan lahan. Kemudian jerami tersebut akan mengering, membusuk dan kembali ke tanah. Waktu yang dibutuhkan dalam proses pembusukan tersebut adalah kurang lebih 30 - 40 hari. Dengan bantuan penyemprotan bakteri pengurai (dekomposer) proses pembusukan bisa terjadi dalam 15 - 20 hari.

Hasil pembusukan dari jerami banyak manfaatnya untuk tanah yang akan ditanami padi. Pada konsep “Pertanian Jadam”, bahan organik dan atau bakteri yang baik untuk tanah berasal dari tanaman yang ada di atasnya. Itu juga yang kita lakukan pada proses membusukkan jerami di sawah.

Menurut Mul Mulyono Sutedjo dalam Buku “Pupuk dan Cara Pemupukan” (2008), dalam satu hektar sawah menghasilkan kurang lebih 2,5 - 6 ton gabah dan 5 - 12 ton limbah jerami padi. Dalam 5 ton jerami mengandung antara lain 22 kg Nitrogen (N), 11 kg P2O5 (Fosfor), 50 kg K2O (Kalium), 13 kg CaO, 6 kg MgO.

Jika kita konversikan ke dalam bentuk pupuk yang dijual di pasaran maka memberikan 5 ton jerami setara dengan memberikan pupuk sebanyak 47,8 kg pupuk Urea (mengandung 46% Nitrogen), 30,5 kg pupuk SP36 (mengandung 36% Fosfor), dan 83 kg pupuk KCl (mengandung 60% Kalium).

Bahkan di beberapa penelitian disampaikan bahwa dalam 5 ton jerami mengandung 104 kg K2O sehingga setara dengan memberikan pupuk KCL sebanyak 173 kg.

Informasi kandungan unsur hara pada pupuk Urea, SP36 dan KCl dapat dilihat di e-catalog pupuk PT Pupuk Indonesia Holding Company pada sahabatpetani.com/product.

Sebetulnya jika kita tahu manfaat jerami seperti di atas maka pengelolaan limbah jerami seharusnya bisa dilakukan dengan baik dan ramah lingkungan. Mengingat harga pupuk, terutama pupuk non subsidi yang semakin meningkat maka pola pengelolaan limbah jerami di petani harus perlahan-lahan diubah.

Mengembalikan jerami ke tanah sama dengan memberikan pupuk tambahan bagi tanaman di musim berikutnya. Pemberian pupuk kimia bisa dipangkas dan tentu saja biaya pembelian pupuk juga dapat dikurangi. Di samping itu lingkungan di sekitar sawah juga akan terbebas dari polusi udara pembakaran jerami karena jerami dikembalikan lagi ke tanah. Wal hasil kualitas udara meningkat, kantong pun tidak sekarat gara-gara biaya pupuk yang mahal.

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image