Kerja Sama Pendidikan Vokasi Indonesia-Jerman, Hambatannya?
Politik | 2021-12-26 05:46:28Kerjasama internasional adalah yang membentuk studi Hubungan Internasional, karena pada awalnya semua negara itu memiliki perbedaan kondisi, akhirnya dibutuhkanlah yang namanya kerjasama untuk saling membantu. Selain, karena adanya perbedaan ada juga karena globalisasi, padahal dahulu kerjasama hanya dilakukan untuk menyelesaikan konflik saja, tetapi dikarenakan dengan adanya globalisasi maka sebuah kerjasama itu meluas ke ranah yang berbeda, seperti kerjasama dalam bidang ekonomi, bidang sosial, bidang budaya, bidang politik, bidang pendidikan, dan lain sebagainya. Seperti halnya adanya kerjasama antara Indonesia dengan salah satu negara anggota Uni Eropa yaitu Jerman. Indonesia dengan Jerman sudah melakukan hubungan secara diplomatik sejak tahun 1952, yang menunjukkan bahwa hubungan tersebut termasuk yang terlama dengan negara di luar Eropa yaitu Indonesia.
Kerjasama Indonesia dengan German meliputi bidang ekonomi, pembangunan, militer, teknologi, politik, kesehatan, dan pendidikan. Dalam kerjasamanya dalam bidang pendidikan, Jerman merupakan negara yang paling banyak diminati bagi mahasiswa dan para ilmuwan (Sekilas Hubungan Bilateral Indonesia dan Jerman). Hubungan diplomatik Indonesia dengan Jerman sendiri kembali kesepakatan dengan menyepakati dokumen the German – Indonesian Joint Declaration for a Comperhensive Partnership oleh Presiden Susilo Bambang yudhoyono dengan Kanselir Anglea M di Jakarta pada tahun 2012. Mereka menyepakatai 5+3 area kerjasama yaitu ekonomi, pendidikan, riset dan teknologi, kesehatan, pertahanan, ketahanan pangan, energi pangan, dan transportasi.
Dalam perkembangannya hubungan Indonesia dengan Jerman semaik membaik, terutama saat Presiden Joko Widodo berkunjung ke Berlin pada April 2016, saat itu Presiden Joko Widodo dengan Kanselir Angela M menyepakati kerjasama dengan fokus pada bidang pendidikan vokasi, pembaharuan energy, dan kerjasama dalma bidang maritime untuk masa mendatang. Dalam kerjasama di bidang pendidikan ini yang terlibat bukan hanya aktor negara saja, tetapi aktor non-negara juga bergabung seperti Deutsche Gesellschaft für Internationale Zusammenarbeit GmbH atau lebih dikenal dengan GIZ, yaitu perusahaan internasional Jerman. Kerjasama tersebut termasuk kedalam soft diplomacy dalam regionalisme, dikarenakan adanya kerjasama antar aktor negara dengan aktor non - negara.
Kerjasama dalam bidang pendidikan antara Indonesia deng jerman memang sudah banyak dilakukan dikarenakan adanya pertukaran mahasiswa atau student exchange, summit, camp dan lainnya antar kedua negara ini. Jumlah mahasiswa yang berkuliah di Jerman sendiri setiap tahunnya memang mengalami peningkatan, data dari lapor diri KBRI Berlin pada bulan Oktober tahun 2017 terdapat 6.371 mahasiswa Indonesia yang menempuh pendidikan nya di Jerman. Kerjasama kali ini memiliki perbedaan yaitu, bukan hanya pertukaran belajar, tetapi kerjasama kali ini justru Jerman ingin menerapkan caranya dalam pendidikan vokasi di Indonesia. Dalam kerjasama bidang pendidikan vokasi ini, tidak selamanya berjalan dengan mudah dan pastinya terdapat beberapa tantangan-tantangan dikarenakan kedua negara yang berbeda. Salah satu tantangan nya isalah di Indonesia sendiri masih ada kesenjangan antara kemampuan orang yang memiliki lulusan pendidikan dengan kejuruan, hal tersebut yang menghambat perkembangan dikarenakan sulitnya mencari tenaga kerja dengan kualifikasi yang telah ditentukan. Sedangkan di Jerman sendiri, pendidikan vokasi adalah kewajiban dan hal tersbutlah point keberhasilannya dikarenakan adanya kerjasama dengan private sector. Di Indonesia sendiri masih minimal yang melakukan hal tersebut, contohnya ialah sekolah di Solo yaki ATMI, para pelajar dapat melakukan magang sebelum lulus di perusahaan.
Sebenarnya Indonesia sendiri dapat mengikuti jejak yang telah diterapkan oleh Jerman dalma pendidikan vokasi, tetapi memang harus dipersiapkan dengan baik juga sistematis, struktur nya harus dibangun terlebih dahulu. Selain hal tersebut, ada tantangan yang membuat Indonesia lebih sulit dalam membangun pendidikan tersebut, yakni dikarenakan Indonesia sendiri ialah negara kepualauan yang cukup besar, untuk meratakan pendidikan saja masih terjadi ketimpangan yang lumayan jauh dari Sabang hingga Merauke pendidikan yang tidak merata, bagaimana jika harus menerapkan pendidikan vokasi seperti Jerman. Pendidikan di daerah timur Indonesia saja sudah tertinggal jauh dengan pendidikan di daerah Pulau Jawa sendiri, tetapi hal tersebut dapat berjalan dengan baik jika pemerintah dapat bekerjasama dengan baik dengan sektor swasta, dan sektor - sektor yang lainnya untuk membangun Indonesia agar lebih maju. Jadi bukan hanya pemerintah saja, tetapi sektor swasta juga dapat membantu pemerintah.
Stigma di Indonesia melihat bahwa sekolah kejuruan tidak lebih baik dengan sekolah jurusan tertentu, hal tersebut juga yang masih menghambat Indonesia, juga masih adanya stereotipe gender. Sehingga GIZ menyelenggarakan webinar dengan berkolaborasi dengan pemerintah Jerman dan juga Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan dan perusahaan Intel Indonesia, dalam webinar tersebut para perempuan dilatih belajar pola piker yang berfokus pada solusi, inovasi agar dapat memecahkan suatu masalah.
Disclaimer
Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.