Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Fall Season07

Menjadi Pemimpin Sejati

Agama | 2023-06-10 18:20:27

Jiwa pemimpin sejatinya memang ada dalam diri setiap orang, namun hanya mereka yang paling memikirkan apa yang dipimpinnya lah yang layak. Sama halnya dengan Rasulullah SAW, pada masa pemerintahannya beliau sangatlah memikirkan rakyatnya tidak peduli sebanyak apapun ancaman yang mengintainya.

Bahkan dalam masa peperangan pun, setiap strategi terbaik akan dipikirkan oleh Rasulullah SAW demi kemenangan umatnya pada masa itu. Beliau adalah orang yang paling lemah lembut di antara kaumnya, namun beliau adalah yang paling tegas ketika kekufuran ada di depan mata. Maka tak heran, apabila Rasulullah SAW memiliki 4 teladan sikap yang telah kita ketahui, yakni shiddiq (benar), tabligh (menyampaikan), fatanah (cerdas), dan amanah (dapat dipercaya).

Namun, pada kondisi saat ini kepemimpinan justru seringkali dipertanyakan. Banyak bukti kedzaliman yang dilakukan oleh pemimpin, rakyat yang seringkali merasakan ketidakadilan, kemiskinan dimana-mana bahkan untuk menyampaikan kebenaran pun menjadi keraguan dalam benak setiap orang. Kasus-kasus yang dilakukan oleh para pemimpin bangsa pun sudah bukan lagi menjadi hal yang mengejutkan.

Lantas bagaimanakah filosofi menjadi pemimpin yang sebenarnya? Apabila makna kata pemimpin justru seringkali dipertanyakan di kondisi yang ada?

Apabila kita mencari di berbagai sumber, bagaimanakah menjadi pemimpin yang baik? Seringkali yang muncul bahwa pemimpin yang baik adalah mereka yang berintegritas, yang berarti memiliki konsistesi, kewibawaan serta dapat dipercaya. Namun menjadi konsisten terhadap rencana yang dimiliki di awal kepemimpinan pada kondisi saat ini tidaklah mudah.

Bahkan banyak kita temukan kondisi dimana seorang pemimpin yang hanya terlihat menjanjikan di awal, namun seiring berjalannya waktu semuanya hanyalah omong kosong belaka. Sehingga dalam hal inilah yang menjadi pertanyaan sebenarnya. Apakah akar permasalahan itu hanya terletak pada individu yang kurang berkualitas? Ataukah mungkin justru terdapat masalah dalam ‘wadah’ yang menaunginya?

Hal ini tentunya dapat kita kenang kembali pada masa pemerintahan Khulafaur Rasyidin, yang merupakan para pemimpin terbaik yang pernah ada pada masanya. Bahkan seperti halnya Umar bin Khattab RA yang sangat memikirkan kondisi rakyatnya, bahkan ia tidak akan membiarkan ada satupun rakyat yang kelaparan dalam naungannya. Begitu juga dalam masa pemerintahan Utsman bin Affan RA yang dimana kondisi umat pada masa itu sangatlah makmur dan sejahtera.

Semua itu adalah sedikit contoh dalam sejarah yang begitu panjang dengan prestasi yang gemilang dan ‘wadah’ yang mereka miliki adalah sama, yakni Islam. Menjalankan perintah Allah dan menjauhi larangan-Nya. Karena menjadi seorang pemimpin yang terbaik juga merupakan perintah Allah. Seperti halnya dalam Al-Qur’an surah Shad ayat 26 yang berarti,

"Hai Daud, sesungguhnya Kami menjadikan kamu khalifah (penguasa) di muka bumi, maka berilah keputusan (perkara) di antara manusia dengan adil dan janganlah kamu mengikuti hawa nafsu, karena ia akan menyesatkan kamu dari jalan Allah SWT. Sesungguhnya orang-orang yang sesat dari jalan Allah SWT akan mendapat azab yang berat, karena mereka melupakan hari perhitungan." (Qs Shad: 26).

Maka dari itulah, menjadi seorang pemimpin yang sejati bukanlah lagi hal yang ‘seharusnya’ dilakukan namun memang ‘harus’ dan sepantasnya dilakukan bagi setiap pemimpin di muka bumi.

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image