Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Galuh Nestiya

Benarkah Shopee dan Tiktok-Shop Memicu Terjadinya Budaya Konsumerisme?

Gaya Hidup | Saturday, 10 Jun 2023, 15:09 WIB
sumber foto : kompas.com (https://images.app.goo.gl/cAWSBKTDBCE34wRD7)

Perkembangan zaman semakin hari semakin berkembang dan meluas, mau itu di bidang pendidikan, teknologi, maupun digital industri. Dengan berkembangnya zaman ini tentu saja memberikan dampak negatif maupun positif yang dapat dirasakan oleh masyarakat. Seperti yang menjadi sorotan kali ini ialah adanya toko belanja online yang disediakan melalui aplikasi berbelanja online seperti Shopee dan Tiktok-Shop.

Toko online saat ini booming disebabkan karena meningkatnya jumlah pengguna internet di seluruh dunia. Saat ini belanja online sudah menjadi trend baik itu pada remaja maupun orang dewasa. Dengan adanya toko online yang menawarkan kemudahan seperti dapat menghemat waktu karena pembeli tidak diharuskan mendatangi toko secara langsung, selain itu konsumen juga disuguhkan dengan produk-produk yang benar-benar baru dan menarik. Selain itu konsumen juga bisa mendapatkan keuntungan dari promosi menarik seperti limit, paylater, cashback, harga khusus, atau promosi lainnya sehingga menjadi efisien. (Prastiwi & Fitria, 2020).

Namun dengan dimudahkannya hal tersebut, konsumen memiliki kecenderungan membeli suatu barang dengan cara asal-asalan dan berlebihan. Hal ini yang dapat memicu perilaku konsumtif dan menciptakan budaya konsumerisme. Perilaku konsumtif marak terjadi pada remaja, ciri-ciri perilaku konsumtif pada remaja dapat dilihat dari ciri-ciri pembeli remaja yaitu remaja mudah terayu oleh rayuan penjual, kemudian remaja terbujuk iklan, terutama pada kerapian dan kelucuan kemasan. Aspek ini menunjukkan bahwa seorang remaja membeli barang semata-mata karena didasari oleh hasrat yang tiba-tiba atau keinginan sesaat, tanpa terlebih dahulu mempertimbangkan kegunaannya.

Jadi, benarkah adanya toko online seperti Shopee dan Tiktok Shop dapat memicu terjadinya budaya konsumerisme? Pernyataan tersebut tidak benar adanya, karena meskipun meluasnya daya Tarik dua aplikasi belanja online tersebut itu tidak sepenuhnya memicu budaya konsumerisme. Budaya konsumerisme tercipta jika seseorang tidak dapat mengontrol hasratnya ketika berbelanja, mereka lebih banyak mementingkan penampilan, gengsi, dan tingkat kelucuan pada suatu barang tanpa mempertimbangkannya lagi dengan barang benar-benar dibutuhkan dan berguna.

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Berita Terkait

 

Tulisan Terpilih


Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image