Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Joko Susanto

Mendung di Masjid Awan

Agama | Saturday, 10 Jun 2023, 13:14 WIB

Selepas salat Asar, saya kembali mengunjungi lokasi peninggalan bersejarah tidak jauh dari masjid Nabawi yaitu Masjid Al-Ghamamah. Sebelumnya secara berombongan bersama jamaah KBIHU Jabal Nur Sidoarjo, kami telah berziarah ke masjid ini dengan dipandu ustadz Achmad Zuhdi Dh.

"Dahulu Masjid Nabawi belum seluas sekarang. Ketika sholat Ied tiba, salah satu tempat yang biasa digunakan oleh Rasulullah untuk mendirikan shalat Ied adalah di tanah lapang atau alun-alun yang terletak di arah barat daya dari Masjid Nabawi ini," ungkap Achmad Zuhdi Dh, sosok yang pernah menjadi ketua jurusan Prodi Sejarah Peradaban Islam Fakultas Adab dan Humaniora Universitas Islam Negeri Sunan Ampel (UINSA) Surabaya.

CJH Jabal Nur Sidoarjo Ziarah ke Masjid Al Ghamamah Madinah (Foto by Mas Sugeng)

"Untuk mengenang kebiasaan Rasulullah mendirikan shalat sunnah di tempat tersebut maka didirikanlah sebuah masjid yang diberi nama Masjid Al-Mushalla, yakni masjid tempat shalat," lanjutnya.

Ketika Rasulullah Saw menganjurkan kaum muslimin melaksanakan salat sunnah hari raya untuk dilaksanakan di lapangan terbuka, ternyata Rasulullah telah lebih dahulu melakukannya. Nabi pun pernah salat gaib untuk Raja Najasyi di lokasi ini.

Dikisahkan, ketika Rasulullah sedang menyampaikan khutbah salat sunnah istisqa', datanglah mendung atau awan menaungi mereka hingga khutbah Rasulullah usai. Untuk itulah masjid ini dinamai Masjid Al Ghamamah yang berarti awan.

Senin sore, pada 6 Juni 2023 kondisi masjid Al Ghamamah cukup ramai. Ketika saya datang yang pertama, pintu masjid ditutup, namun saat datang yang kedua ini pintu masuk untuk putra dan putri dibuka. Kesempatan itu jelas sayang dilewatkan. Saya pun masuk dari pintu utara. Di dekatnya lengkap ada tulisan 'Dilarang corat-coret dan pakai pakai sandal ke dalam masjid."

Bagian penyangga utamanya banyak dihiasi batu-batu hitam. Dinding berwarna putih. Menimbulkan kesan kokoh dan estetik. Demikian pula dinding depan dan sebagian dalamnya. Di bagian luar, Masjid Al-Ghamamah dihiasi dengan lapisan batu basal hitam. Sementara itu, bagian atas kubahnya dipoles dengan warna putih.

Lingkungan sekitar masjid Ghamamah sangat asri. Sebelah utara menghamparkan halaman cukup luas lalu ada beberapa kios souvenir. Agak menjauh sedikit ada masjid Ali bin Abi Thalib di seberang utara sekitar 100 meter.

Menghiasi sisi sebelah barat terdapat halaman yang dibentuk melengkung, hotel Taqwa Manazela

Sebelah barat daya ada Masjid Abu Bakar Shiddiq yang berjarak beberapa puluh meter dari Masjid Ghomamah.

Sebelah selatan terdapat halaman cukup luas lalu ada Taibah Madinah hotel, Elaf Al Taqwa hotel.

Sisi luar sebelah timur cukup menarik. Tersedia halaman kosong nan bersih dan luas, beberapa kelompok kursi-kursi taman dari semen ditata rapi serta ada pohon sejenis perdu setinggi 1-2 meteran yang sepertinya belum lama ditanam. Pohon-pohon itu menghiasi di bagian tengah setiap kelompok kursi segi empat.

Menengok ke timur sedikit ada jalan bawah tanah underpass bernama Quba'a Street entry. Di seberangnya lagi ada bangunan the prophet's mousque expansion exhibition berwarna krem agak coklat. Di sebelahnya, terdapat pintu gerbang pagar masjid Nabawi no.310.

Saya mencatat deskripsi lingkungan masjid sambil duduk di kursi taman sisi timur. Masya Allah, ada lengkung pelangi di langit Nabawi sebelah timur. Sedangkan gumpalan-gumpalan mendung bergelantungan di sebuah titik di angkasa Madinah Al Munawwarah sebelah utara.

Dari berbagai penjuru, terlihat para jamaah salat mulai berduyun-duyun ke Masjid Nabawi untuk bersiap salat Maghrib. Saya pun segera bergegas bergabung dengan mereka. Sebagaimana zaman Nabi, semoga mendung di masjid awan sore itu menjadi berkah untuk kita semua.(Joko Susanto)

Masjid Al Ghamamah Madinah, 6 Juni 2023.

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Berita Terkait

 

Tulisan Terpilih


Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image