Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Agrivina Bertha Wainesa

Tubuh Kita Belum Merdeka

Rembuk | Saturday, 10 Jun 2023, 13:04 WIB

Surat kabar hingga media massa yang kita konsumsi setiap hari sudah secara implisit memberi tahu bahwa tubuh kita masih jauh dari merdeka. Di depan mata kita seringkali berlalu lalang berita tentang pelecehan, kekerasan, bahkan bagaimana tubuh kita sendiri yang masih terjebak dalam balutan stigma dan tuntutan masyarakat patut membuat kita mempertanyakan, apakah sudah sepenuhnya tubuh kita merdeka?

Di balik citra idealisasi dan kemajuan yang terlihat di permukaan, tubuh perempuan masih menjadi medan pertempuran yang tak terlihat dalam perjuangan menuju kesetaraan gender. Meskipun telah terjadi perubahan sosial yang signifikan dalam beberapa dekade terakhir, kenyataannya adalah bahwa tubuh perempuan masih belum merdeka sepenuhnya. Dalam era di mana perkembangan teknologi dan pengetahuan semakin maju, banyak perempuan yang masih berjalan dengan belenggu kekerasan dan tuntutan sosial.

Menurut Komnas Perempuan, tahun 2021 tercatat sebagai tahun dengan jumlah kasus Kekerasan Berbasis Gender (KBG) tertinggi, yakni meningkat 50% dibanding tahun 2020, sebanyak 338.496 kasus. Tingginya angka kasus kekerasan yang dialami perempuan dan anak menunjukkan bahwa hal tersebut masih menahan kemerdekaan kita.

Selama pandemi COVID-19 kasus kekerasan berbasis gender mengalami peningkatan hingga 75%. Ditambah fakta bahwa 56% kekerasan tersebut terjadi di rumah yang seharusnya menjadi tempat pulang penuh rasa aman dan nyaman kini justru menjadi tempat yang mengancam. Terlebih tercatat bahwa tiga dari empat korban KBG mengenal pelaku kekerasan mereka, 27% dari mereka mengalami kekerasan yang dilakukan oleh pasanganya sendiri. Setelah pasangan, teman dan orang tua adalah pelaku KBG kedua dan ketiga paling banyak. Dapat kita simpulkan bahwa Indonesia darurat KBG dengan peningkatan kasus yang sangat drastis

Adanya kompleksitas isu yang melingkupi tubuh perempuan yang “belum” merdeka, perjuangan untuk mencapai kemerdekaan tubuh harus terus berlanjut. Banyak orang di luar sana yang berjuang melawan dan menyuarakan perihal apa yang seharusnya didengar, banyak yang sudah berteriak tapi sedikit yang mau mendengar. Semua pihak seharusnya secara kolektif menghadapi norma dan ekspektasi tubuh kita serta menghentikan penindasan dan kekerasan yang kerap terjadi. Dengan mengedepankan pendidikan, kesadaran, dan perubahan sosial yang inklusif, kita dapat menciptakan lingkungan di mana kita memiliki kontrol atas tubuh kita sendiri. Bagaimanapun, tubuh kita berhak untuk merdeka, bila kiranya suara kita dibungkam oleh dunia, jangan pernah berhenti untuk menyuarakan atas apa yang seharusnya milik kita.

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Berita Terkait

 

Tulisan Terpilih


Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image