Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Nathania Fauziah

Teknologi AI Menggantikan Peran Manusia, Apakah Bisa?

Teknologi | Friday, 09 Jun 2023, 15:08 WIB
Ilustrasi robot dan produk AI (Sumber : https://pin.it/9pZdbCb)

Artificial Intelligence atau lebih dikenal dengan AI merupakan sebuah teknologi pada bidang ilmu komputer yang memiliki kecerdasan layaknya manusia. Dalam hal ini, AI mampu melakukan pembelajaran (perolehan informasi dan aturan untuk menggunakan informasi), penalaran (menggunakan aturan untuk mencapai kesimpulan), dan mengoreksi diri secara mandiri.

Gelombang AI ini dapat berinteraksi dengan pengguna dalam bahasa alami dan membuat data baru. Mulai dari outline cerita, laporan, dan bentuk teks lainnya hingga konten multimodal seperti gambar, video, dan audio. Terdapat berbagai jenis AI yang telah berkembang hingga saat ini, mulai dari Asisten Virtual, Search Engine, hingga berbagai aplikasi seperti mobile banking, transportasi online, dan streaming musik serta video.

AI telah mengalami peningkatan yang luar biasa selama beberapa tahun terakhir ini. Menurut studi McKinsey Global Institute, teknologi AI akan menghasilkan nilai $3,5 hingga $5,8 triliun per tahun. Selain relevan terhadap data scientist, teknologi AI juga memegang peranan penting di berbagai bidang industri antara lain customer service, auditing, dan bahkan digunakan untuk memprediksi tren makro. Tidak hanya itu, AI juga banyak berperan dalam bidang bisnis seperti banking service, prediksi market, proses perekrutan, dan chatbot customer service. Selain itu, sub bidang dari AI yaitu machine learning juga berguna untuk mendeteksi transaksi mencurigakan, memberi persetujuan pinjaman, hingga memprediksi tunggakan pinjaman berdasarkan profil calon peminjam berdasarkan data historis.

Contoh AI yang sudah marak digunakan sejak 2022 adalah ChatGPT. ChatGPT merupakan salah satu contoh AI berbentuk asisten visual di mana teknologi yang satu ini kehadirannya cukup menarik bagi banyak orang karena dengan adanya teknologi ini mampu menopang berbagai bentuk pekerjaan manusia sehari-hari layaknya brainstorming ide, mengumpulkan informasi, serta membantu mengerjakan konteks teks. Tidak heran, jika AI menjadi andalan banyak orang karena pengaruh dan perannya yang sangat banyak di era perkembangan teknologi yang kian melesat cepat. Selain itu, asisten virtual yang biasanya digunakan dalam kehidupan sehari-hari juga telah menghadirkan fitur suara seperti teknologi milik perusahaan besar seperti Siri dan Google Assistant.

Contoh kecerdasan buatan berikutnya adalah fitur mesin pencarian atau search engine. Teknologi ini adalah contoh AI yang paling sering digunakan dalam kehidupan sehari-hari. Fitur ini memungkinkan pengguna mendapatkan hasil pencarian yang paling relevan dan menemukan informasi yang mereka butuhkan. Dalam melakukan browsing pada browser maupun sejumlah platform lain, kotak mesin pencarian biasanya menampilkan saran topik untuk pengguna. Di mana, saran kalimat pencarian yang relevan dapat menghemat waktu serta menghadirkan kenyamanan untuk mencari informasi. Bukan secara tiba-tiba, kecocokan tersebut merupakan hasil dari data user yang telah dihimpun dan dipelajari oleh mesin pencarian dengan menggunakan teknologi AI.

Namun dibalik kecanggihan dari ChatGPT, teknologi AI yang kini sedang dikembangkan justru menimbulkan pro dan kontra hingga munculnya beberapa tokoh penting seperti Elon Musk dan Steve Wozniak yang meminta agar teknologi ini diberhentikan. Para pemimpin teknologi tersebut menuturkan bahwa sistem AI yang ditingkatkan akan menimbulkan bahaya signifikan yang jauh lebih besar dibandingkan manfaatnya. Oleh karena itu, Elon Musk, salah satu pendiri Apple, Steve Wozniak, dan beberapa bos teknologi lainnya menandatangani surat terbuka pada Rabu, 29 Maret 2023 yang menyerukan agar pengembangan AI dijeda selama 6 bulan dan meminta perluasan pengawasan dari pemerintah.

Pada surat tersebut juga disebutkan jika beberapa bulan terakhir, laboratorium AI berlomba-lomba di luar kendali untuk menyebar dan mengembangkan pikiran ‘digital’ yang tidak dapat dipahami, dikendalikan bahkan diprediksi oleh pembuatnya sendiri. Baru-baru ini, ChatGPT menjadi buah bibir karena disebut memiliki kemampuan menjawab pertanyaan layaknya ‘manusia’. Ada juga GPT-4 yang lebih canggih lagi dimana dapat memberikan informasi mengenai gambar dan menulis kode program dalam semua bahasa. Hal inilah yang menjadi ancaman bahwa AI dapat memberikan dampak negatif yang mengkhawatirkan di masa yang akan datang.

Berlandaskan teknologi AI yang kian berkembang pesat, maka Dewan TIK Nasional (Waktiknas) sebagai lembaga multi-stakeholder kembali menggelar Diskusi TIK-Talk dengan topik bahasan kecerdasan buatan. Dikatakan oleh anggota tim pelaksana Waktiknas, Ashwin Sasongko bahwa diskusi seperti ini merupakan sebuah masukan dan rekomendasi sesuai dengan arahan presiden. Hadirnya teknologi AI menjadi sebuah kekhawatiran sendiri. Banyak menilai bahwa ini akan memengaruhi SDM di Indonesia. Kendati demikian, Ketua Indonesia AI Society, Lukas mematahkan persepsi tersebut meski teknologi AI menjadi tren dunia, belum tentu dapat menggantikan SDM sepenuhnya. Senada dengan Lukas, Chief Scientist & Founder Delligence AI, Ivan Fanany menganalogikan antara tukang cuci dan mesin cuci sebagai perumpaan kolaborasi SDM dan mesin. Menyusul keduanya, Co Founder & CTO Nodeflux, Faris rahman berpendapat tidak semua teknologi sepenuhnya menggantikan manusia. Jadi dalam diskusi tersebut dapat disimpulkan bahwa mereka tidak setuju jika teknologi AI dapat mengancam peran manusia dalam menjalankan tugasnya di kehidupan sehari-hari.

Selain itu, peran AI yang sangat besar dan dapat berdampingan untuk meringankan kegiatan manusia menjadikan AI membantu pula dalam hal human intervention pada tugas-tugas yang bersifat repetitif, sehingga beban karyawan atau pegawai bisa lebih ringan. Misalnya, menjawab pertanyaan customer yang gampang bisa ditangani oleh chatbot, sehingga peran pegawai atau SDM dapat menangani tugas yang lebih rumit. Dengan adanya chatbot customer service diperkirakan menghemat biaya $7,3 milyar pada tahun 2023.

Namun, teknologi AI juga masih belum sempurna, masih diperlukan adanya inovasi dan pengembangan lebih lanjut dengan harapan teknologi ini mampu digunakan dengan bijak oleh manusia sehingga besar harapannya teknologi AI memberikan efek positif yang luar biasa. Oleh karena itu jangan jadikan teknologi AI sebagai musuh yang akan mengambil alih pekerjaan atau peran manusia. AI akan mengubah banyak industri, sehingga kita harus mengambil inisiatif. Jadilah bagian dari revolusi AI dan pastikan AI bermanfaat bagi semua orang karena sejatinya AI mampu melengkapi manusia, bukan menggantikan manusia.

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Berita Terkait

 

Tulisan Terpilih


Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image