Rahasia Orang Yahudi Berprestasi
Curhat | 2023-06-09 07:30:37Morgan Scott Peck, seorang psikiater penulis buku best seller, The Road Less Traveled (1978) mengawali tulisannya dengan “Life is difficult”. Hidup itu susah, bagi Peck, disiplin adalah senjata paling ampuh untuk memecahkan berbagai masalah kehidupan. Salah satu disiplin yang wajib ditegakkan adalah kemampuan untuk menunda kenikmatan (delaying gratifiation) atau dalam bahasa kita kenal “bersakit-sakit dahulu, bersenang-senang kemudian”, (sacrificing present comfort for future gains)
Orang bijak berkata “if you are not part of the solution, then you are part of the problem”
Al baqarah ayat 153 mengandung 3 hal yang prinsipil: pertama, seruan itu ditujukan kepada mereka yang memiliki keyainan kuat bahwa segala sesuatunya dari Allah dan untuk Allah. Kedua, perintah untuk bersabar ditempatkan pertama sebelum perintah shalat, artinya seseorang yang ingin meraih prestasi harus tangguh untuk meneruskan cita-cita.
Sabar itu pun juga dalam pengertian luas, tidak bersifat ketabahan statis. Di dalam kata sabar itu pula terkandung 3 C yakni confidence, consistence, dan continous. Orang yang sabar itu merasa percaya diri, tidak gentar dan takut apalagi sedih berkeluh kesah (wala tahinuu wala tahzan). Kepercayaan dirinya mendorong untuk istiqomah, sikap konsisten ini melahirkan daya juang yang terus menerus berkesinambungan.
Ketiga adalah perintah untuk shalat yaitu bukan hanya ritual tapi menangkap gerak hidup yang dinamis yang dilambangkan dengan berdiri, ruku, dan sujud (hanya shalat mayat yang tidak pakai gerak), maka tampaklah bahwa Allah hanya akan menolong orang yang sabar dan tetap shalat, tangguh dan tetap bergerak
David L Weatherford menulis kata kata mutiara tentang sikap manusiawi dan sekaligus sebagai refleksi diri:
“we enjoy warmth because we have been cold.
We appreciate light because we have been in darkness
By the same token, we can experience joy because we have known sorrows”
Artinya: kita menikmati kehangatan karena kita pernah kedinginan, kita menghargai cahaya karena kita pernah dalam kegelapan. Maka begitu pula, kita dapat bergembira karena kita pernah merasakan kesedihan
Albert Einstein menasehati anak-anak bahwa ada kaitan antara sukses, kerja keras, kesenangan, dan kesungguhan sebagaimana ia katakan, “Bila A adalah sukses, maka A= X+Y+Z. Kerja keras adalah X, bermain adalah Y, dan Z adalah tutup mulutmu jangan banyak bicara!
Orang yahudi sangat meyakini apa yang terkandung didalam kitab Talmud “ Kemiskinan adalah hina, tanda kelemahan. Kemiskinan lebih buruk dari lima puluh wabah penyakit” sehingga mereka sungguh sungguh dalam bekerja supaya tidak miskin
Kalangan orang yahudi mengenal nama kavod atau artinya respect atau menghormati orang lain. Sebagaimana ajaran mistik Kabbala yang menyatakan bahwa pada diri orang lain bersemayam Tuhan, siapa yang menyakiti orang lain berarti ia menyakiti Tuhan. Karenanya ia wajib menghormati orang tua dan keluarga, menggunjing atau melecehkannya tidak boleh.
1. Gemar membaca
Kalangan yahudi sangat gemar membaca. “Spend your money on expensive books and you will get their worth in golden knowledge”, orang yahudi rela membeli buku tebal dan mahal. Kegemaran membaca orang yahudi hanya dapat disaingi oleh orang jepang, mereka melahap buku hampir 12 buku dan 35 majalah tiap tahunnya. Hukum universal berlaku “ Siapa yang gemar membaca, mereka mendapatkan informasi, siapa mendapatkan informasi, mereka mendapatkan pengetahuan, Siapa menguasai pengetahuan, mereka menguasai teknologi, dan siapa yang menguasai informasi, pengetahuan, dan teknologi, maka bersiaplah untuk jadi ‘raja dunia’ dan itu semua diawali dengan satu kata perintah iqro’ (bacalah!), yang kita gemar menghafal dan mengucapkannya tapi bangsa lain yang melaksanakan dan membuktikannya.
2. Peranan Ibu
Menanamkan anak bercita-cita sejak dini. Cerita berikut mungkin dapat diterapkan dikemudian hari. Ada seorang ibu Yahudi berjalan-jalan dengan dua anaknya. Seseorang bertanya kepada ibu tersebut, berapa umur anak-anaknya, ibu itu menjawab, “SI dokter umurnya 3 tahun, dan si Pengacara berumur 2 tahun”. Sang ibu berusaha memberikan sugesti kepada anaknya untuk menjadi apa yang diinginkan
Being a jew was all about menjadi yahudi adalah segala-galanya
3. Solidaritas dan kedermawanan
Menyediakan tzedekah box, disetiap rumah yahudi, pasti tersedia box tersebut. mereka menyisihkan segaian uangnya, berlatih hemat, dan bila telah terkumpul banyak mendiskusikan kemana uang tersebut akan disumbangkan
Ada peribahasa orang Yahudi “He who pays has the say” siapa yang mampu membayar dia berhak bicara. Mana mungkin membantu orang lain kalau kita lemah. Orang miskin tidak cukup diberi doa dan hiburan verbal, mereka tentu membutuhkan makan dan uang
Ucapan khas yahudi yaitu “Mazal Tov ! atau artinya selamat, Good Luck atau God Bless You
4. Dididik membiasakan berdoa, bangun tidur mereka senantiasa berdoa dengan ucapan Modeh Ani, mereka dicerahkan bahwa ketika bangun Tuhan akan memberi limpahan keberkahan. Setiap hari adalah kehidupan yang baru penuh harapan dan tantangan. Sebuah ajaran optimisme yang ditanamkan sejak anak mereka kecil
Yom Kippur, berkaitan dengan peringatan hari pembalasan (the day of judgement)
Pria mengenakan baju koko putih ( a white kittle) dengan memakai jas hitam
rangkuman dari buku : KH. TOTO TASMARA sinergi publishing 2010
Disclaimer
Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.