Hari Laut Sedunia, Benahi Tata Kelola Sumber Daya Kelautan
Info Terkini | 2023-06-08 16:16:24Majelis Umum Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) menetapkan tanggal 8 Juni sebagai Hari Laut Sedunia pada tahun 2008. Makna peringatan untuk menggugah kesadaran dan pentingnya membenahi tata kelola sumber daya kelautan.
Peringatan sangat relevan dengan kondisi Indonesia saat ini yang tengah terjadi polemik terkait dengan dampak ekspor pasir laut. Pemerintah telah mengeluarkan Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 26 Tahun 2023 tentang Pengelolaan Hasil Sedimentasi di Laut. Kebijakan ini membuka Kembali izin ekspor pasir laut. Resistensi terhadap kebijakan ekspor pasir semakin meluas lantaran dampak negatif eksploitasi sangat merusak ekosistem laut dan menimbulkan masalah sosial yang serius bagi masyarakat pesisir,
Pengembangan perikanan dapat dijadikan indikator utama bagi pengelolaan laut. Apalagi lembaga dunia menyatakan bahwa perikanan merupakan sistem yang kompleks dan dinamik di mana dalam tataran empiris melakukan sharing dengan sumberdaya lain dalam konteks ruang (space) dan karakteristik.
Dengan demikian, pengelolaan perikanan secara langsung maupun tidak akan mencakup keterkaitan dengan sumberdaya lain. Pentingnya pendekatan pengelolaan perikanan dan kelautan secara komprehensif. Dalam konteks bahwa seluruh manfaat laut memiliki keterkaitan ke dalam maupun ke luar antar sumberdaya alam yang terkandung di dalamnya. Ini berarti pendekatan tata kelola kelautan (marine policy) menempatkan perikanan menjadi salah satu indikator utamanya.
Pengelolaan perikanan, khususnya pada era post-EEZ (Exclusive Economic Zone) menghadapi tantangan yang besar. Implikasi EEZ adalah jangkauan pengelolaan perikanan (management scope) ternyata bersifat sangat dinamis dan variatif. Dilain pihak tata kelola perikanan ini adalah produksi perikanan yang terus menurun, kehilangan nilai produktivitas ekonomi, biaya pengelolaan yang tinggi, dan ketidakadilan distribusi kesejahteraan dari sektor ini.
Kementerian Kelautan dan Perikanan telah membangun sistem pamantaun kapal Fishing Monitoring Centre (FMC). Merupakan pusat data kelautan nasional dimana berbagai pihak bisa mencari data apapun tentang kelautan. Setiap lembaga tentu memiliki data yang sifatnya khusus/rahasia untuk institusi tersebut dan tidak perlu diketahui oleh dan dibagi kepada pihak lain. Tetapi ada data yang bisa di-share ke institusi lain atau bahkan disediakan untuk masyarakat umum. Data yang di-share ke institusi lain inilah yang dimaksud dengan kolaboratif. Misalnya data untuk untuk kebutuhan deteksi aktifitas IUU antara lain : track kapal ikan (posisi, kecepatan, heading), Database SIPI, SIKPI (Identitas Pemilik, Perusahaan, Ukuran kapal, jenis alat tangkap, tanggal kadaluarsa ijin), Database log book (jenis ikan, lokasi), Database parameter biologi laut (klorofil, upwelling), Database batas WPP.
Dalam kegiatan penangkapan ikan di laut, pertanyaan klasik yang sering dilontarkan nelayan antara lain dimana ikan di laut berada dan kapan bisa ditangkap dalam jumlah yang berlimpah. Meskipun sulit mencari jawabannya, pertanyaan penting itu perlu dicari solusinya. Hal ini antara lain karena usaha penangkapan dengan mencari daerah habitat ikan yang tidak menentu akan mempunya konsekuensi yang besar yaitu memerlukan biaya BBM yang besar, waktu dan tenaga nelayan.
Dengan mengetahui area dimana ikan bisa tertangkap dalam jumlah yang besar tentu saja akan menghemat biaya operasi penangkapan, waktu dan tenaga. Salah satu alternatif yang menawarkan solusi terbaik adalah mengkombinasikan kemampuan SIG dan penginderaan jauh kelautan. Dengan teknologi inderaja faktor-faktor lingkungan laut yang mempengaruhi distribusi, migrasi dan kelimpahan ikan dapat diperoleh secara berkala, cepat dan dengan cakupan area yang luas. Faktor lingkungan tersebut antara lain suhu permukaan laut (SST), tingkat konsentrasi klorofil, perbedaan tinggi permukaan laut, arah dan kecepatan arus dan tingkat produktivitas primer. Ikan dengan mobilitasnya yang tinggi akan lebih mudah dilacak di suatu area melalui teknologi ini karena ikan cenderung berkumpul pada kondisi lingkungan tertentu seperti adanya peristiwa upwelling, dinamika arus pusaran) dan daerah front gradient pertemuan dua massa air yang berbeda baik itu salinitas, suhu atau klorofil.
Pengetahuan dasar yang dipakai dalam melakukan pengkajian adalah mencari hubungan antara spesies ikan dan faktor lingkungan di sekelilingnya. Dari hasil analisa ini akan diperoleh indikator oseanografi yang cocok untuk ikan tertentu. Selanjutnya output yang didapatkan dari indikator oseanografi yang bersesuaian dengan distribusi dan kelimpahan ikan dipetakan dengan teknologi sistem informasi geografis (SIG).
Data indikator oseanografi yang cocok untuk ikan perlu diintegrasikan dengan berbagai layer pada SIG karena ikan sangat mungkin merespon bukan hanya pada satu parameter lingkungan saja, tapi berbagai parameter yang saling berkaitan. Dengan kombinasi SIG, inderaja dan data lapangan akan memberikan banyak informasi spasial misalnya dimana posisi ikan banyak tertangkap, berapa jaraknya antara fishing base dan fishing ground yang produktif serta kapan musim penangkapan ikan yang efektif. Tentu saja hal ini akan memberi gambaran solusi tentang pertanyaan nelayan kapan dan dimana bisa mendapatkan banyak ikan.
Disclaimer
Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.