Ikan Minta Pensiun: Mengupas Tuntas Bahaya Overfishing di Lautan Kita
Eduaksi | 2024-06-13 16:36:20Di dunia bawah laut, para ikan tampaknya ingin mengajukan pensiun dini. Overfishing atau penangkapan ikan berlebih bukanlah sekadar isu biasa, ini adalah masalah besar yang mengancam keseimbangan ekosistem laut dan keberlanjutan sumber daya perikanan global. Salah satu penyebab utama overfishing adalah permintaan pasar yang tidak kenal henti. Semakin banyak restoran mewah dan konsumen yang menginginkan hidangan laut segar di meja mereka, semakin banyak nelayan yang berbondong-bondong ke laut untuk memenuhi permintaan ini. Teknologi penangkapan ikan yang semakin canggih juga berperan besar. Kapal-kapal modern dilengkapi dengan sonar dan jaring raksasa yang dapat menangkap ikan dalam jumlah besar sekaligus, bahkan dari kedalaman yang sebelumnya tidak terjangkau. Sayangnya, kemajuan ini tidak diiringi dengan regulasi yang memadai. Banyak negara yang masih kurang dalam pengawasan dan penegakan hukum terkait batas penangkapan dan musim penangkapan, sehingga nelayan sering kali menangkap ikan tanpa memikirkan batas keberlanjutan.
Dampak overfishing sangat luas dan mendalam. Penurunan populasi ikan adalah konsekuensi langsung yang paling mencolok. Banyak spesies ikan, seperti tuna dan cod, mengalami penurunan drastis hingga mendekati kepunahan. Hal ini menyebabkan gangguan serius pada rantai makanan laut. Ketika ikan pemangsa puncak berkurang, populasi spesies yang lebih rendah dalam rantai makanan bisa melonjak tak terkendali, menyebabkan ketidakseimbangan ekosistem. Dari sisi ekonomi, overfishing membawa kerugian besar bagi industri perikanan. Nelayan kecil dan komunitas pesisir yang bergantung pada perikanan menghadapi masa depan yang suram karena hasil tangkapan yang terus menurun. Lingkungan laut juga menderita; metode penangkapan yang merusak seperti trawling dasar merusak habitat penting seperti terumbu karang, yang membutuhkan waktu lama untuk pulih. Selain itu, ketidakamanan pangan menjadi ancaman nyata bagi banyak komunitas yang mengandalkan ikan sebagai sumber utama protein.
Mengatasi overfishing memerlukan pendekatan holistik dan koordinasi global. Pertama-tama, pengelolaan perikanan berbasis ilmu pengetahuan harus diutamakan. Ini berarti menetapkan kuota penangkapan yang realistis dan berkelanjutan berdasarkan data stok ikan yang akurat. Regulasi yang ketat dan penegakan hukum yang tegas sangat diperlukan untuk memastikan nelayan mematuhi batasan yang ditetapkan. Selain itu, subsidi perikanan yang merusak harus dihentikan dan dialihkan untuk mendukung praktik perikanan berkelanjutan, seperti pengembangan teknologi penangkapan ramah lingkungan dan program konservasi. Kawasan konservasi laut (MPA) dapat menjadi solusi efektif dengan membatasi atau melarang penangkapan ikan di area tertentu untuk memungkinkan pemulihan populasi ikan dan habitat laut. Meningkatkan kesadaran masyarakat juga penting; konsumen perlu diedukasi tentang pentingnya memilih produk perikanan yang berkelanjutan. Kerjasama internasional diperlukan untuk menangani masalah lintas batas seperti IUU fishing. Pengembangan akuakultur berkelanjutan juga bisa menjadi alternatif untuk mengurangi tekanan pada stok ikan liar, asalkan praktiknya tidak menimbulkan dampak negatif pada lingkungan.
Dwi Jeni Erika, mahasiswa Universitas Airlangga jurusan Akuakultur.
Disclaimer
Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.