Gawat, Pertanian Membutuhkan Kita!
Pendidikan dan Literasi | 2023-06-05 12:41:30
Indonesia saat ini masih merupakan negara agraris yang sebagian masyarakatnya adalah petani. Namun, pertanian di indonesia saat ini masih sangat memprihatinkan, salah satunya akibat adanya industrialisasi yang kian meningkat. Selain itu jumlah petani kini semakin berkurang akibat pandangan generasi muda yang berpendapat bahwa penghasilan yang diperoleh dari pertanian tidak sebanding dengan biaya hidupnya, semakin menegaskan persepsi bahwa pertanian adalah pekerjaan yang kurang menarik dan kurang menguntungkan.
Kurangnya lahan pertanian karena sudah dialihfungsikan menjadi pemukiman penduduk, lahan industri, dan juga berbagai fasilitas infrastruktur lainnya, tentunya menambah masalah yang ada dalam pertanian kita saat ini. Selain itu kondisi pertanian saat ini juga diperburuk dengan kondisi ekonomi, misalnya fluktuasi harga pertanian, biaya produksi yang semakin tinggi, masih adanya tengkulak dan keterbatasan akses terhadap modal dan kredit bagi para petani.
Mengapa kita dibutuhkan?
Populasi manusia yang semakin hari semakin banyak tentu butuh pangan, apabila tidak ada yang mengelola pertanian maka kita bisa saja mengalami kelaparan berkepanjangan. Oleh karena itu kita membutuhkan berbagai profesi yang fokus pada pertanian. Penurunan minat seseorang menjadi petani mendorong kita untuk mulai menerapkan sistem smart farming atau smart agriculture atau disebut juga pertanian presisi, yang dikelola dengan memanfaatkan penggunaan teknologi untuk mengoptimalkan sumber daya yang ada. Seperti sistem informasi geografis (GIS), pemetaan lahan, dan analisa data untuk mengoptimalkan penggunaan sumber daya pertanian, seperti air, pupuk, dan pestisida.
Saat ini prospek pertanian mulai kurang diminati usia muda. Padahal dibutuhkan generasi penerus untuk kelanjutan produksi pangan. Mayoritas petani di Indonesia saat ini sudah berusia lanjut. Generasi muda cenderung beralih ke sektor non-pertanian karena perubahan gaya atau pekerjaan yang diimpikan serta kurangnya kesempatan dan dukungan untuk berkecimpung dalam dunia pertanian.
Dengan adanya inovasi seperti smart farming di atas, maka dibutuhkan generasi muda atau generasi milenial yang tentunya lebih melek akan teknologi untuk mengoptimalkan penggunaan teknologi dalam pengembangan usaha tani agar hasilnya bisa lebih maksimal walaupun dengan sumber daya yang terbatas.
Nah! Apa saja prospek pertanian yang ada di Indonesia? Di antaranya adalah:
- Konsultan pertanian
- Agricultural Engineering
- Pertanian Urban (seperti hidroponik dan aquaponik)
- Teknologi Pertanian, seperti penggunaan IoT, robotik dan Artificial Intelligence (AI), otomatisasi pertanian, pengolahan big data, dan pemantauan pertumbuhan tanaman.
- Serta program pengembangan pangan alternatif, seperti daging tanpa hewan (in vitro meat), protein nabati yang lebih tinggi, dan penggunaan serangga sebagai sumber protein.
Mengingat terbatasnya sumber daya manusia di daerah pertanian dan kurangnya regenerasi petani, tidak menutup kemungkinan negara kita akan menjadi sangat tergantung kepada ekspor pangan dari negara lain. Hal ini tentunya tidak sejalan dengan program pemerintah dalam hal swasembada pangan dan program ketahanan pangan.
Salah satu Jurusan Teknologi Pangan terbaik ada di Fakulltas Peternakan dan Pertanian Undip. FPP Undip berhasil menjadi Fakultas Terbaik Peringkat 4 Nasional QS Ranking dan Menjadi Fakultas Favorit. Fakultas Peternakan dan Pertanian (FPP UNDIP) menjadi Fakultas dengan peringkat terbaik di QS Ranking Universitas Diponegoro tahun 2023.
Nah, tunggu apa lagi? Yuk ikut mempertahankan pertanian kita dengan bergabung kuliah di Jurusan Teknologi Pangan UNDIP, untuk bersama-sama menyelamatkan masa depan pangan di Indonesia!
Penulis:
Lathiifa Zahira Yahya – 23020122140178
Teknologi Pangan UNDIP 2022
Disclaimer
Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.