Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Joko Susanto

Mutiara Hikmah di Tsaqifah Bani Saidah

Agama | Monday, 05 Jun 2023, 12:01 WIB

Berbekal penjelasan dari amirul hajj kami, ustadz Achmad Zuhdi Dh, saya melangkahkan kaki mencari pintu gerbang Masjid Nabawi nomor 326. Dengan kemurahan Allah, ternyata tidak sulit untuk menemukan gerbang bertuliskan nomor Arab dan latin 326 di sisi barat laut Masjid Nabawi. Dari arah dalam masjid, keluar gerbang itu disambut dengan halaman cukup luas dan bersih yang dibiarkan kosong. Mungkin bisa untuk bermain bola atau sholat Ied kalau di kampung saya.

Taman Tsaqifah Bani Saidah tampak dari sisi Utara (foto Joko Susanto)

Menatap dari gerbang pagar, di hadapan saya sungguh terpampang pemandangan unik untuk ukuran kota besar dan megah sekelas Madinah al-Munawwarah. Kenapa? Harga tanah per meter untuk lokasi yang bergandengan langsung dengan Masjid Nabawi dan dekat dengan lokasi Raudhah, pastilah selangit kalau dilihat dari aspek ekonomi semata. Apalagi telah dibuktikan bahwa sekitarnya dikelilingi bangunan hotel dan pusat perbelanjaan modern.

Pemandangan menarik yang saya maksud adalah taman Tsaqifah Bani Saidah. Ustadz Achmad Zuhdi Dh menjelaskan bahwa tempat ini dahulu kala seperti pendopo atau balai pertemuan. Bukan berupa taman seperti sekarang Tsaqifah artinya atap.

"Dahulu tempat ini nggak kelihatan dari Masjid Nabawi, karena terhalang gedung atau hotel. Atas kebijakan Raja Salman, bangunan penghalang dirobohkan, dan dibersihkan agar lokasi ini kelihatan sehingga nantinya dapat selalu dikenang," lanjut ustadz murah senyum itu.

Dikisahkan, ketika Rasulullah wafat, terjadi masalah tentang siapa pemimpin kaum muslim berikutnya.

Awalnya kaum Anshar ngotot ingin mengajukan pemimpin untuk kaumnya. Kata Abu Bakar: "Tidak, kami lah yang menjadi pemimpin dan kalian yang menjadi menteri atau penasihat. Dan, saya sarankan kalian pilih saja Umar atau Abu Ubaidah." Umar spontan menolak, "Saya nggak pantas, tapi Abu Bakar lah yang lebih layak". Saat itu Umar kemudian membaiat Abu Bakar menjadi khalifah, setelah itu umat Islam ikut membaiatnya. Demikian uraian ustadz Achmad Zuhdi dh yang pernah menjadi Ketua Jurusan

Prodi Sejarah Peradaban Islam Fakultas Adab dan Humaniora Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya di gerbang taman Bani Saidah.

Beberapa pelajaran yang dapat diambil: pertama, saat itu, memilih pemimpin pengganti Rasul 'lebih diutamakan' daripada mengurus jenazah Rasul. Jenazah beliau baru dimakamkan beberapa hari kemudian.

Kedua, Umar bin Khaththab berjiwa besar. Beliau merasa ada orang lain yang lebih tepat, lebih bagus untuk menjadi pemimpin yaitu Abu Bakar, karena itu beliau tidak bersedia. Umar sadar dan tidak egois.

Di taman yang memanjang barat timur itu terdapat tidak kurang dari 11 batang pohon kurma, pohon bidara yang tinggi, ada pohon petai/lamtoro, rerumputan tertata rapi, tanaman lidah mertua, bunga mawar di barat laut, puluhan burung kecil berkicau bersahut-sahutan, ada beberapa burung dara di pangkal pelepah kurma.

Lokasinya di barat laut Masjid Nabawi pintu gerbang no 326 atau 322. Tepatnya di seberangnya pintu no 13-14 di masjid Nabi, tidak jauh dari Raudah, sebelah baratnya WC wanita no.218.

Di sebelah barat taman ada tanah kosong luas lalu di baratnya ada Elyas Silver hotel., Waqf Al Safi hotel, Araek Taibah hotel, Hayah Goldel hotel. Emma Maktan, Mias hotel.

Di sebelah selatan, ada bangunan penyimpanan tabung atau kaleng air zamzam, dan kantor Saudi electricity company, lalu tanah kosong dan Al Salam museum.

Di sebelah utara terdapat tanah kosong luas ratusan meter, Emaar Elite hotel, Elaf Taiba hotel, Anwar Al Madinah Mall.

Sebelah timur ada lahan kosong. Mirip lapangan bola memanjang dari utara selatan mengelilingi taman, pagar masjid Nabawi pintu 322, 323, 324, 325, dan 326. Kelihatan langsung dari pagar sebelah sini.

Saya menulis atau menuangkan pengalaman berkesan ini dengan duduk di pagar luar taman sebelah barat, menghadap barat dan sesekali menengok ke dalam taman itu. Tak terasa, matahari duha Madinah menghangatkan punggungku pukul 08.11.WAS . Tiba-tiba dari dalam pagar taman, ada tukang kebun yang ternyata bernama Ali dari Bangladesh memberikan sebutir kurma muda. Kami pun mengobrol sebentar dengan bahasa sekenanya. Berbincang singkat berbatas pagar besi yang terbuka. Eh dia balik ke arah dalam kebun. Masya Allah dia memberikan lagi dua buah kurma muda langsung dari tandan yang saya lihat baru ditebasnya. Ali tadi menyiram kebun dengan selang. Di dalam taman itu, hidran air telah tersedia relatif cukup sehingga kondisi taman cukup terawat.

Ketika saya mengambil beberapa sudut gambar, saya pun minta tolong kepada pengunjung bernama Muhammad Riyaz dari Bangladesh. Setelah memotret saya, dia pun minta difotokan bersama istrinya.

Tak terasa waktu terus berlalu. Penanda waktu sudah menunjukkan pukul 08.57 WAS. Saya pun segera bergeser ke hotel kami yaitu Mirage Taiba Hotel di dekat makam Baqi untuk sarapan pagi karena terus terang di perut saya sudah mulai terdengar bunyi. (Joko Susanto)

(Tsaqifah Bani Saidah, 1 Juni 2023 Duha di Madinah)

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Berita Terkait

 

Tulisan Terpilih


Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image