Ketidakstabilan Mental Picu Perilaku Selfharm
Eduaksi | 2023-06-05 09:46:09Memiliki mental yang stabil merupakan impian semua orang, karena dengan keadaan mental yang stabil maka kita dapat menjalani semua cobaan dan kehidupan dengan lebih baik. Namun nyatanya, memiliki mental yang stabil tidak dapat dirasakan oleh beberapa orang karena banyak hadirnya sebuah tekanan. Mental illness menjadi istilah yang sering dijumpai dalam kasus ini. Mental illness atau mental disorder merupakan kondisi kesehatan yang mempengaruhi pemikiran, perasaan, perilaku, suasana hati, atau kombinasi diantaranya. Dimana kondisi ini dapat terjadi secara sesekali atau berlangsung dalam waktu yang cukup lama.
Gangguan ini dapat mempengaruhi kemampuan seseorang dalam menjalani kehidupannya sehari-hari. Seperti ketika sedang melakukan kegiatan belajar, pekerjaan, kegiatan sosial, hingga dalam menjalin hubungan dengan orang lain, atau bahkan dengan orang tua sekalipun.
AG, seorang mahasiswi, membagikan ceritanya mengenai bagaimana dirinya mengalami ketidakstabilan mental karena depresi memikirkan skripsi dan juga disakiti oleh mantannya. Ia hingga pernah melakukan perilaku selfharm atau self-injury dikarenakan tidak kuat lagi menahan perasaannya. “Aku sedih, panik, marah, terus merasa tertekan banget, sakit,” ujarnya. AG melakukan perilaku selfharm atau self-injury dengan menggunakan pecahan kaca yang ia sembunyikan di dalam lemari pakaiannya.
Perilaku selfharm atau self-injury merupakan perilaku melukai diri sendiri atau merusak diri sendiri dengan tidak adanya niatan untuk bunuh diri, hanya sebagai bentuk pelampiasan emosi-emosi negatif saja tanpa menghasilkan sebuah jalan keluar dari permasalahannya.
AG menambahkan, bahwa ia sudah melakukan perilaku selfharm atau self-injury sejak dari 2020. Saat ia melakukan perilaku tersebut, ia merasakan kesedihan yang begitu dalam. Tetapi, ia merasakan perasaan yang lebih tenang setelah melakukannya. “Aku merasa lebih tenang, serangan panik dan cemasku jadi berkurang,” ujar AG.
Namun saat ini AG sudah tidak lagi melakukan perilaku selfharm atau self-injury. Ia mengungkapkan bahwa ia telah berhenti melakukan selfharm atau self-injury karena sudah putus dengan sang mantan, lalu ia juga pergi ke psikiater dan psikolog untuk berkonsultasi mengenai keadaan mentalnya. Ia juga menceritakan bagaimana teman-temannya yang selalu men-support dan menemaninya ketika
dirinya tengah dalam keadaan sedih, tertekan, merasa tidak stabil, dan rajin menemaninya pergi kontrol ke psikiater.
Dari cerita AG dapat dilihat dengan bagaimana ketidakstabilan mental seseorang ketika dalam menjalani cobaan yang diberikan bisa menimbulkan gangguan atau efek yang bermacam-macam, seperti menjadi berani untuk melakukan perilaku yang dapat melukai dirinya sendiri atau perilaku selfharm atau self-injury.
Kita sebagai manusia sosial yang artinya tidak dapat hidup tanpa bantuan orang lain atau selalu hidup berdampingan dengan orang lain harus bisa menjadi peka terhadap pe
rasaan dan keadaan orang lain. Tidak boleh menjadi selfish yang mana bisa saja menyebabkan dampak yang tidak dapat diduga. Selain itu, ketika kita dalam keadaan mental yang tidak stabil, sebaiknya kita sekuat tenaga menahan hasrat untuk melukai diri sendiri dengan mengalihkan perasaan tersebut dengan melakukan kegiatan yang mampu mendistraksi pikiran negatif. Seperti melakukan olahraga, menghubungi teman dekat atau orang tua, atau bisa juga dengan melakukan ibadah.
Ketika masih belum bisa mendapatkan pencerahan atas permasalahannya dan masih merasa kurang akan berbagai dukungan yang telah diberikan, maka sebaiknya pergi mengkonsultasikannya ke psikiater atau psikolog. Psikiater dan psikolog merupakan tempat yang sangat tepat untuk dapat membantu menyelesaikan permasalahan psikis bagi yang mengalaminya.
Tetapi kita juga seharusnya memahami bahwa bukan berartu tidak boleh untuk merasakan sedih, panik, takut, atau cemas. Kita semua berhak merasakan perasaan yang timbul secara alami itu. Hal yang tidak dibolehkan adalah dengan bagaimana kita melakukan pelampiasan atas perasaan tersebut dengan melakukan perilaku yang merusak diri sendiri. Karena kita semua adalah manusia-manusia yang berharga.
Disclaimer
Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.