Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Trimanto B. Ngaderi

Berdoalah Seperti Doanya Nabi Yunus

Agama | Saturday, 03 Jun 2023, 22:27 WIB

BERDOALAH SEPERTI DOANYA NABI YUNUS

Lā ilāha illā anta sub-ḥānaka innī kuntu minaẓ-ẓālimīn.

“Tidak ada Tuhan selain Engkau, Mahasuci Engkau.

Sungguh, aku termasuk orang-orang yang zalim.”

(Q.S. Al Anbiyaa’: 87)

Pada dasarnya doa adalah permohonan, permintaan, atau pengharapan dari seorang hamba kepada Tuhan-nya. Doa sendiri bisa dilakukan kapan saja dan di mana saja. Boleh diucapkan, boleh juga hanya di dalam hati. Bisa memakai bahasa Arab atau bahasa yang dipakai sehari-hari.

Dalam agama Islam, shalat juga merupakan sekumpulan doa-doa. Sekalipun doa bisa dilakukan kapan pun dan di mana pun, ada waktu-waktu dan tempat-tempat tertentu yang termasuk mustajab (terkabulnya doa). Terkait waktu, misalnya saat bulan Ramadhan terutama malam Lailatul Qadr, antara adzan dan iqamat, menjelang berbuka puasa, sepertiga terakhir malam, dll. Sedangkan terkait tempat, misalnya berdoa di Ka’bah atau tempat-tempat suci lainnya.

Secara umum, Rasulullah menganjurkan kita untuk berdoa, baik untuk diri sendiri maupun mendoakan orang lain. Orang yang tidak pernah berdoa, dinilai sebagai orang yang sombong karena merasa telah memiliki segalanya dan tak perlu meminta lagi. Sebaliknya, orang yang terlalu banyak berdoa juga kurang baik, karena Allah Yang Mahamemberi sudah memberikan segala sesuatu lebih dari yang kita butuhkan.

sumber gambar: https://republika.co.id/

Berdoa Tanpa Memuji

Inilah kebiasaan sebagian besar dari kita. Kita berdoa lama-lama, meminta banyak-banyak, akan tetapi sedikit sekali memuji Allah. Sebenarnya Allah tidak membutuhkan pujian dari kita, karena mau ada orang yang memuji atau tidak, Allah tetap Mahabesar dan Mahamemberi. Memuji-Nya hanyalah terkait etika, adab.

Ibaratnya, seorang anak yang meminta sesuatu kepada orang tuanya juga membutuhkan adab. Tidak bilang meminta dan serta-merta dikasih, bukan. Anak mesti berkata yang baik dan bersikap sopan. Hal yang diminta pun bukan perkara yang di luar kemampuan orang tua. Sekalipun orang tua mampu memberikannya, waktu pemberiannya pun belum tentu saat itu juga, bisa di lain waktu atau ditunda.

Isi doa ada yang bersifat umum, ada pula yang bersifat khusus. Boleh berdoa secara spesifik, akan tetapi juga tetap ada adabnya. Tidaklah etis jika ada orang yang berdoa agar bisa membeli mobil misalnya, dengan menyebutkan secara detail merk mobilnya bahkan nominal harganya. Apalagi tujuan membeli mobil itu bukan untuk berdakwah atau membawa maslahah, melainkan hanya sekedar untuk gengsi atau gaya-gayaan.

Apabila kita cermati doa Nabi Yunus di atas, tidak ada kita jumpai suatu permintaan tertentu. Dia memuji Allah sebanyak dua kali (Tiada Tuhan selain Engkau, Mahasuci Engkau) dan sebuah pengakuan bahwa ia termasuk orang-orang yang berbuat zalim.

Doa yang terbaik memang seperti itu. Lebih banyak memuji daripada meminta. Apalagi yang perlu kita minta kalau segala sesuatunya sudah diberikan Allah. Oleh karena itu, sikap yang tepat adalah banyak-banyak memujiNya. Memuji adalah kata lain dari bersyukur. Bersyukur karena kita telah banyak diberi.

Dalam ceramahnya, Gus Baha pun menganjurkan ketika agar berdoa lebih banyak memuji daripada meminta.

Aku Sesuai Prasangka Hamba-Ku

Sebagaimana hadits dari Abu Hurairah ra, ia berkata bahwa Nabi saw bersabda, “Allah Ta’ala berfirman: Aku sesuai persangkaan hamba-Ku. (Muttafaqun ‘alaih) .

Saya pribadi lebih suka menafsirkan prasangka ini sebagai apa yang ada di dalam pikiran kita. Cara berpikir, cara pandang, sudut pandang, paradigma, itulah prasangka. Apabila ia selalu berpikiran yang baik (positif), maka hidupnya secara keseluruhan akan baik pula. Sebaliknya, jika ia terbiasa berpikiran buruk (negatif), maka kehidupannya pun akan menjadi buruk pula.

Apa saja yang terbersit di dalam pikiran seseorang, itulah DOA yang sesungguhnya. Apabila pikiran yang muncul itu diulang-ulang, diafirmasi, dan masuk ke dalam alam bawah sadar (subconscious mind), itulah yang akan benar-benar terjadi. Akan menjadi kenyataan, akan menjadi nasib kita.

Segala yang ada dalam pikiran kita akan terpancar ke alam semesta (vibrasi). Semesta raya akan merespon apa yang kita pancarkan untuk kemudian dikembalikan lagi kepada kita. Mirip falsafah tabur-tuai gitu dech. Oleh karena itu, berhati-hatilah dengan pikiran kita, dengan prasangka kita, itulah doa-doa kita yang kelak akan menjadi kenyataan.

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Berita Terkait

 

Tulisan Terpilih


Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image