
Pembelajaran Dasar Bersama dan Faktor yang Menghambat Kesuksesan Penerapan Nilainya pada Mahasiswa
Lainnnya | Friday, 02 Jun 2023, 22:30 WIB
Maraknya isu-isu dan masalah dunia yang berdasarkan SDG’s (Sustainbility Developement Goals) yang makin kompleks saat ini membutuhkan pemecahan masalah yang lebih efektif. Ditambah dengan kemajuan teknologi dan budaya yang makin cepat menambah peluang disrupsi pada pendidikan karakter dan keilmuan di Perguruan Tinggi. Dengan ini, diperlukannya model pendidikan yang berbasis kolaborasi dan inklusivitas dengan tantangan untuk meningkatkan kompetensi lulusan yang mampu untuk meningkatkan kesiapan dan dan relevansinya dengan kebutuhan zaman.
Dengan urgensi tersebut dan berbagai dasar hukum, mulai dari UU Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Peraturan Rektor Universitas Airlangga Nomor 24 Tahun 2020 tentang Panduan Penyusunan Kurikulum, Universitas Airlangga menerapkan sistem Pembelajaran Dasar Bersama. Sistem ini mendorong mahasiswa untuk dapat berkolaborasi demi memecahkan masalah di sekitar berdasarkan SDG’s.
Pada Pembelajaran Dasar Bersama dilakukan di dua semester awal masa perkuliahan, dengan menyatukan mahasiswa dengan berbagai program studi dan membaginya dalam beberapa kelompok dengan tujuan untuk menanamkan nilai-nilai pendidikan karakter ataupun kolaborasi di sisa masa perkuliahan nanti ataupun seterusnya. Di semester satu, mahasiswa di Universitas Airlangga difokuskan untuk membangun karakter pada masing-masing individu, dibantu dengan mata perkuliahan seperti Agama, Kewarganegaraan, Pancasila, Data Pustaka, dan beberapa mata kuliah yang dibutuhkan untuk beberapa program studi. Di semester pertama ini, mahasiswa telah diperkenalkan dengan PjBL (Project Based Learning), yang disebut Proyek Kebangsaan.
Pada semester kedua perkuliahan, dibantu dengan tiga mata kuliah yaitu Komunikasi dan Pengembangan Diri, Logika dan Pemikiran Kritis, dan Pengantar Kolaborasi Keilmuan, mahasiswa Universitas Airlangga kembali dipertemukan dengan konsep PjBL, yang mana di paruh kedua di tahun pertama perkuliahan ini difokuskan pada proyek antar kelompok dan kolaborasi yang lebih intens. Proyek yang dilakukan ini akan terintegrasi di ketiga mata perkuliahan tadi.
Para mahasiswa yang telah dibagi di beberapa kelompok yang beranggotakan 9 hingga 10 mahasiswa diarahkan untuk melakukan proyek yang berupa pengabdian masyarakat ataupun penelitian tentang isu-isu dan permasalahan di sekitar dengan mengutamakan nilai SDG’s. Nantinya, hasil dari proyek tersebut akan dipamerkan pada seluruh mahasiswa tahun pertama hingga rektor Universitas Airlangga di akhir semester kedua. Hal ini bertujuan untuk membangun pemikiran kritis mahasiswa tentang isu di sekitar dan menambah nalar mahasiswa tentang pentingnya kolaborasi.
Di sisi lain, masih banyak hal yang menjadi penghambat dalam penanaman nilai Pembelajaran Dasar Bersama ini, mulai dari tenaga pengajar hingga mahasiswa itu sendiri. Pada awal PDB di semester kedua, masing-masing kelompok diarahkan untuk menentukan isu apa yang akan diangkat untuk direalisasikan pada PjBL nantinya, mulai dari konsep hingga metode penerapannya. Seiring berjalannya masa perkuliahan, mahasiswa akan melaporkan progres dari proyek masing-masing kelompok pada tiga dosen pengampu mata kuliah PDB. Seperti yang telah dijelaskan, proyek yang dijalankan oleh mahasiswa ini terintegrasi untuk ketiga mata kuliah nanti. Namun, berbeda dengan klaimnya, mahasiswa masih bertemu dengan perbedaan pendapat dari ketiga dosen pengampu mata kuliah PDB. Hal ini, disamping menumbuhkan kepekaan mahasiswa terhadap problem solving, juga menimbulkan keraguan mahasiswa untuk lebih berekspresi. Komunikasi di antara ketiga dosen pengampu ini sangat dibutuhkan untuk kesempurnaan proyek yang akan dilakukan mahasiswa.
Selain tenaga pengajar, mahasiswa sendiri juga merupakan faktor terbesar yang mempengaruhi kesempurnaan berjalannya PDB. Kolaborasi merupakan pondasi utama dalam penerapan PjBL di ketiga mata kuliah PDB, namun masih banyak mahasiswa yang menolak untuk melaksanakannya. Entah karena faktor dari dalam maupun luar, yang bagaimanapun juga dapat membebani mahasiswa lainnya dalam pelaksanaan proyek. Hal ini sangat disayangkan, karena pada kenyataannya, pada saat berjalannya proyek mahasiswa masih melaksanakan mata perkuliahan Pengantar Kolaborasi Keilmuan. Ini juga merupakan bukti bahwa masih banyak mahasiswa yang kurang memiliki keinginan untuk berkolaborasi. Entah sadar ataupun tidak, hal ini dapat berpengaruh pada kualitas pendidikan kelak.
Disclaimer
Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.