Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Ayu Saraswati

Maraknya Fenomena Budaya Thrifting di Kalangan Mahasiswa, Apa Dampaknya?

Gaya Hidup | 2023-06-02 17:40:48

Thrifting, mungkin kebanyakan dari kalian sudah tidak asing lagi jika mendengar hal tersebut. Thrifting dikenal sebagai kegiatan membeli barang bekas dimana barang tersebut masih memiliki kualitas yang bagus dan mempunyai harga yang murah, serta biasanya barang tersebut hanya terdapat satu atau tidak terdapat barang yang mirip dengan barang lainnya. Saat ini thrifting menjadi budaya populer terutama di kalangan mahasiswa, dengan melakukan thrifting mereka mendapatkan produk bekas yang masih layak dipakai dengan harga murah, sebagai mahasiswa jika mendengar kata “murah” tentunya akan merasa senang.

Thrifting dapat dilakukan dengan mengunjungi langsung tempat thrifting seperti di Pasar Senen dan Pasar Tanah Abang, bahkan thrifting sekarang juga dapat dilakukan melalui online shop. Banyak online shop yang menyediakan produk thrifting dikarenakan lebih simpel bagi kedua pihak (penjual maupun pembeli), penjual tidak harus mempunyai ruko di pasar dan pembeli juga tidak harus datang ke tempat, tinggal menunggu barangnya sampai ke rumah. Selain membeli produk hasil thrifting, mahasiswa juga banyak yang mencoba untuk menjadi penjual produk thrifting melalui online shop, selain dapat melatih kemampuan berbisnis hal tersebut tentunya dapat menambah pemasukan bagi kalangan mahasiswa. Thrifting biasanya menyediakan barang seperti pakaian, tas, atau pun sepatu. Para pecinta thrifting tentunya akan sangat merasa bahagia jika mendapatkan barang bermerek namun dijual dengan harga murah.

Suasana thrifting di Pasar Senen. Foto: dokumen pribadi.

Dibalik maraknya fenomena budaya thrifting yang sedang terjadi tentunya ada dampak negatif yang dapat ditimbulkan dari fenomena tersebut. Dengan adanya thrifting tentunya akan merugikan pelaku UMKM yang membuat produk lokal, kebanyakan perilaku masyarakat Indonesia ingin mendapatkan produk dengan kualitas bagus tetapi dengan harga murah, sehingga mereka lebih memilih membeli produk bekas dengan harga yang lebih murah yang penting masih layak digunakan.

Jika minat masyarakat terhadap thrifting semakin hari semakin tinggi, tentunya akan meningkatkan masuknya barang bekas pakai ke Indonesia, karena kebanyakan produk bekas tersebut di impor dari luar negeri dan belum tentu semuanya membayar bea cukai, jika mereka tidak membayar bea cukai hal tersebut akan menimbulkan kerugian bagi pendapatan negara. Serta dari semua barang bekas yang telah masuk di Indonesia belum tentu semuanya dapat diperjual belikan, pastinya banyak barang yang sudah rusak parah dan tidak layak untuk dipakai, hal itu akan mengakibatkan menumpuknya limbah baju bekas impor sehingga bisa merusak lingkungan. Dan yang tidak kalah penting adalah dampak penggunaan barang bekas terlebih pakaian bagi kesehatan. Karena produk thrifting merupakan hasil impor dari luar negeri, kita tidak tahu dari mana asalnya, dari mana mereka mendapatkannya, dan siapa yang menggunakannya sebelumnya.

Ketidaktahuan itu yang sering disepelekan oleh mereka yang gemar dengan thrifting, padahal jika ternyata orang yang sebelumnya menggunakan produk tersebut mempunyai penyakit serius kita bisa saja terkena imbasnya. Penggunaan pakaian bekas tersebut dapat menyebabkan rasa gatal-gatal dan berbagai penyakit kulit pada penggunanya seperti cacar dan herpes. Perlu diwaspadai karena bisa saja pakaian bekas hasil impor tersebut mengandung bibit penyakit yang dapat menular, kita harus pintar memilah produk bekas yang akan dibeli karena bisa saja yang awalnya kita senang karena mendapatkan barang bermerek dengan harga murah, justru nantinya harus membayar lebih untuk biaya pengobatan di rumah sakit.

Selain mengakibatkan dampak negatif, thrifting sebenarnya juga berdampak positif terutama bagi lingkungan. Thirfting dapat menjadi solusi fast fashion yang semakin populer bagi kaum pemuda seperti mahasiswa. Fast fashion merupakan suatu tren pakaian yang hanya digunakan sekali atau dua kali setelah itu dibiarkan saja. Hal ini tentunya akan membuat industri fast fashion memberikan dampak yang sangat besar bagi lingkungan, karena banyaknya pakaian yang sudah tidak tren tidak digunakan lagi akan membuatnya menumpuk menjadi limbah. Dari kegiatan fast fashion tersebut tentunya kita harus menemukan solusi untuk mengatasinya.

Adapun salah satu solusi yang bisa dilakukan adalah dengan melakukan kegiatan thrifting. Dengan melakukan kegiatan thrifting kita bisa membuat industri fast fashion mengurangi dampak tersebut pada lingkungan. Dengan thrifting kita membeli produk bekas yang sebelumnya juga menjadi tren pada masa itu, sebenarnya dalam hal fashion tren yang sekarang muncul adalah tren yang pada masa sebelumnya sudah ada, jadi bisa dibilang model fashion yang sekarang sedang ramai merupakan model fashion yang sebelumnya sudah pernah digunakan, atau pada masa sekarang lebih dimodifikasi agar tidak semirip model fashion sebelumnya. Sehingga, dengan kita membeli produk bekas yang layak pakai, kita bisa mengurangi produksi barang baru yang bisa membantu mengurangi limbah. Melakukan thrifting tentunya juga akan membuat kesenangan pada diri sendiri karena bisa mendapatkan barang bermerek dengan harga yang murah.

Secara keseluruhan, thrifting memberikan dampak positif dan negatif yang harus kita pertimbangkan terlebih dahulu sebelum memutuskan untuk membeli barang bekas impor. Dampak positif akibat adanya thrifting adalah dapat menjadi salah satu solusi untuk mengatasi fast fashion yang semakin populer, membantu mengurangi produksi barang baru yang dapat membantu mengurangi limbah, serta dapat menghemat uang dengan membeli barang yang masih layak digunakan dengan harga murah.

Namun, dampak negatif yang ditimbulkan akibat adanya thrifting di antaranya yaitu dapat merugikan pelaku UMKM yang membuat produk lokal, meningkatkan masuknya barang bekas pakai ke Indonesia, menumpuknya limbah baju bekas impor sehingga bisa merusak lingkungan, dan dampak penggunaan barang bekas bagi kesehatan penggunanya. Jadi, sebagai mahasiswa tentunya kita harus mempertimbangkan beberapa hal sebelum melakukan thrifting, apakah kita benar-benar memerlukan barang tersebut, apakah kualitas barang tersebut masih bagus, serta apakah dengan melakukan thrifting ini dapat memberikan dampak positif atau negatif bagi lingkungan dan perekonomian lokal. Dengan mempertimbangkan beberapa hal tersebut, kita dapat membuat keputusan yang cerdas saat berbelanja, serta turut berkontribusi dalam menjaga lingkungan dan mendukung perekonomian lokal.

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image