Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Faiza Zahra

Transportasi Umum di Surabaya: Roda Penggerak Mimpi Pelajar

Curhat | 2023-06-02 12:17:52
Suasana dalam Suroboyo Bus yang ramai oleh pelajar. (Dok. pribadi)

Lalu lalang para pelajar berseragam putih abu-abu yang memadati Suroboyo Bus yang barusan berangkat dari Halte Gubernur Suryo merupakan suatu hal yang lumrah terjadi saat waktu petang di hari kerja. Surabaya konon merupakan kota metropolitan sekaligus ibukota provinsi Pulau Jawa Timur, dikelilingi oleh keragaman yang nampaknya kian bertumbuh dari tahun ke tahun. Lebih dari dua juta manusia bertempat tinggal di kota ini. Riuh sesaknya tidak menghentikan cita-cita mereka, terutama yang mejadi tulang punggung kehidupan untuk terus menggali impian di Surabaya. Kenaikan jumlah penumpang Suroboyo Bus membuktikan bahwa sebenarnya moda transportasi ini menjadi salah satu pilihan yang diminati. Terutama bagi para pelajar di Surabaya yang mengandalkan Suroboyo Bus dan Trans Semanggi sebagai akomodasi mereka untuk berangkat serta pulang sekolah atau bahkan aktivitas lainnya seperti berjalan-jalan dengan teman mereka ke Alun-Alun Surabaya, pergi ke perpustakaan atau museum di area Taman Ekspresi, bermain basket atau futsal di lapangan Taman Apsari, semua itu adalah kegiatan positif yang potensial bagi para remaja usia pelajar untuk dilakukan dengan adanya transportasi umum yang terjangkau, nyaman, serta inklusif.

Perkembangan transportasi umum di Surabaya tentu mendapat banyak dukungan dari kalangan, terutama dari mereka yang biasa menaiki transportasi umum sebagai andalan untuk bepergian. Namun, tahukah anda jika peran transportasi umum begitu besar bagi masyarakat, khususnya pelajar? Artikel ini akan membahas tentang pentingnya diskursus mengenai perkembangan transportasi umum di kota pahlawan.

Diskursus mengenai proses dan pentingnya transportasi umum Kota Surabaya sebagai kota metropolitan terbesar kedua setelah Jakarta belakangan menjadi topik yang hangat dikarenakan adanya apresiasi sampai banyaknya keluhan warga kota Surabaya akan sistem transportasi umum di Kota Surabaya yang bisa dibilang cukup baru dibandingkan kota lain. Sebutlah; Jakarta yang integrasi transportasi umumnya menjadi panutan serta pilihannya yang melimpah (MRT, KRL, LRT, TransJakarta, Jaklingko), lalu ada kota lain seperti Solo, Semarang, sampai Palembang. Mengingat akan kepadatan Kota Surabaya yang meningkat dari tahun ke tahun alangkah baiknya diskursus mengenai transportasi umum ini dikembangkan menjadi sebuah yang mampu menguak mengapa sebegitu sulitnya transportasi umum di Kota Surabaya berkembang, bahkan dapat berorientasi pada penemuan solusi. Meskipun Surabaya sudah memiliki dua transportasi umum yang dikelola oleh Dinas Perhubungan Kota Surabaya, yaitu Suroboyo Bus yang diresmikan penggunaannya pada 2018 yang lalu serta angkutan umum berkapasitas kecil berupa feeder Wira-Wiri Suroboyo yang berfokus mengintegrasikan halte-halte yang belum terjangkau oleh Suroboyo Bus barusan diresmikan pada 2 Maret 2023 yang lalu. Kemudian ada Trans Semanggi yang merupakan program dan bantuan dari pusat sebagai rangkaian dari Teman Bus yang tersebar di beberapa kota di Indonesia.

Steven Higashide, seorang Direktur Riset untuk Transit Center, sebuah yayasan yang berbasis di New York dan mendukung inovasi dalam transportasi perkotaan di Amerika Serikat merangkum risetnya mengenai sistem transportasi umum, khususnya moda transportasi umum bus pada bukunya yang berjudul, Better Buses, Better Cities: How to Plan, Run, and Win the Fight for Effective Transit. Status quo akan transportasi umum telah memperburuk mobilitas sosial. Berdasarkan Harvard Equality of Opportunity Project, rute komutasi yang panjang merupakan salah satu penghalang besar untuk keluar dari lingkaran kemiskinan. Sedangkan mobilitas sosial ke atas cenderung lemah di sprawl area. Kota-kota yang masih bergantung pada penggunaan mobil pribadi, alokasi biaya BBM (Bahan Bakar Minyak) setara dengan akomodasi menuju perpustakaan kota, pasar yang menjual sayuran segar, atau aktivitas menuju gereja untuk beribadah. Bagi mereka yang tidak punya pilihan akan kepemilikan mobil pribadi, mobilitas sosial mereka akan terbatas. Dengan adanya realitas sosial seperti itu, keluarga dengan penghasilan rendah tetap mengusahakan untuk membeli mobil pribadi. Hal ini berdampak besar bagi para pemuda. Mengutip riset yang ditampilkan pada presentasi rutin tahunan 97th Annual Meeting of the Transportation Research Board di Washington DC, Amerika Serikat pada Januari 2018 silam, pemuda tanpa akses mobil pribadi memiliki kemungkinan lebih kecil untuk bekerja dan berpartisipasi dalam aktivitas di luar sekolah.

Surabaya, sebuah wilayah peleburan bagi mereka yang ingin menuntut ilmu di kota Pahlawan. Menurut data yang tercatat di BPS Jawa Timur pada tahun 2019 tercatat sebanyak 72 perguruan tinggi yang telah berdiri di Surabaya, sebuah bukti jika kota Surabaya terpilih sebagai pilihan utama para pemuda untuk melanjutkan jenjang pendidikan di perguruan tinggi. Mahasiswa yang termasuk sebagai golongan pelajar secara tak terkecuali juga menjadi pengguna utama moda transportasi ini. Jika saja bus di Surabaya dapat menjadi penunjang utama mobilitas sosial para mahasiswa yang terhitung masih seorang pelajar, Surabaya benarlah suatu kota yang ramah dan inklusif bagi para pelajar.

Melimpahnya pelajar dan mahasiswa yang mengandalkan transportasi umum sebagai jurus utama mereka untuk bermobilitas dengan terjangkau dan efektif merupakan suatu pendorong bagi stakeholder terkait, terutama pemerintah kota untuk menyediakan sistem dan fasilitas transportasi umum yang memadai. Ketika mereka puas dan nyaman, produktivitas mereka sebagai pemuda yang sehat secara mental dan berprestasi tentu akan meningkat dan mendukung mereka untuk terus berkarya, tak peduli sejauh apapun jarak rumah mereka dengan perpustakaan, lapangan basket, dan taman kota. Mereka tak perlu memusingkan seberapa banyak uang saku yang harus mereka keluarkan untuk bensin kendaraan pribadi mereka maupun ojek online yang harganya naik sewaktu-waktu. Mereka punya akses transportasi umum yang terjangkau dan inklusif untuk berkegiatan positif.

Tentu sudah ada perkembangan yang sepantasnya dipertahankan dalam jalannya sistem transportasi umum di Surabaya. Fasilitas seperti potongan harga atau diskon bagi pelajar merupakan salah satu hal positif yang dapat diaplikasikan dalam hal ini. Harapannya, semoga ke depan integrasi dengan sesama moda transportasi umum di Surabaya (Suroboyo Bus, Trans Semanggi, Feeder Wira-Wiri Suroboyo, hingga angkutan kota) lebih dipertimbangkan supaya jangkauan menuju hunian masing-masing lebih efektif untuk dijangkau oleh para pelajar yang menggunakan moda transportasi umum yang telah disampaikan di artikel ini.

Bis Kota, Lagu yang didendangkan oleh Ahmad Albar pada rezim Orde Baru silam, seharusnya cukup menjadi rekam jejak akan sejarah transportasi umum di Indonesia yang pernah lekat dengan stigma buruk dan bias kelas, suatu pernyataan apabila transportasi umum ialah moda transportasi untuk khalayak miskin saja (perlu diketahui bahwa moda transportasi umum di zaman orba berfasilitas kurang pantas dan kurang nyaman, pejabat beramai-ramai menggunakan kendaraan pribadi yang mewah lho.) Transportasi umum yang kini ber-AC, memiliki tempat duduk yang lebih nyaman, serta adanya area khusus lansia, ibu hamil, dan orang dengan disabilitas juga semakin membuktikan bahwa transportasi umum sebenarnya moda transportasi untuk seluruh kalangan, tanpa terkecuali termasuk untuk para pelajar.

Melalui progress dan kritikan dari berbagai pihak, sistem transportasi umum di Surabaya semoga dapat dijangkau lebih banyak orang dan lebih berkualitas, apalagi bagi para pelajar yang bercita-cita tinggi dan kerap dipandang sebagai generasi yang kelak membangun negeri. Sebab, transportasi yang baik menunjang mimpi para pemuda untuk mewujudkan cita-cita dan mimpinya yang dijalankan dalam ruang gerak yang leluasa dan inklusif.

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Terpopuler di

 

Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image