Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Elvaretta Griselda

Setabu Itukah Sex Education?

Edukasi | Thursday, 01 Jun 2023, 20:42 WIB

Dikutip dari hasil sensus penduduk di Indonesia pada tahun 2020 menyatakan bahwa populasi generasi ‘Z’ mencapai 75,49 juta jiwa atau sekitar 27,94 persen. Gen ‘Z’ merupakan individu yang berada di kelahiran 1997-2012 dan berusia di antara 11-26 tahun pada 2023, hal ini menandakan bahwa generasi ini didominasi oleh mental yang belum matang. Namun, apakah kita sering mendengar mengenai sex diluar nikah? Ya, hal ini sering terjadi pada orang dewasa namun tak jarang hal ini juga banyak terjadi pada anak-anak hingga remaja. Kita tidak bisa menutup mata dan telinga bahwa di jaman global ini remaja dibawah umur banyak yang telah melakukan sex dan berpotensi hamil diluar nikah. Melihat hal ini, banyak dari netizen yang menyatakan bahwa hendaknya pemerintah mempergalak sex education di sekolah. Namun setelah diperhatikan lebih dalam, hal ini tidak sejalan dengan respon warga Indonesia yang mencekal adanya penayangan film Like and Share dan Dear David dalam penyampaian sex education melalui pendidikan informal yang belum lama ini trending di berbagai media sosial.

Film Like and Share yang disutradai oleh Gina S. Noer ini telah tayang pada 8 Desember 2022 di bioskop. Dalam menekan angka kekerasan seksual, Gina S. Noer menggarap cerita mengenai kehidupan dua remaja yang tengah menjalani kehidupan pubertasnya. Dimana dalam film ini disajikan beberapa adegan dewasa mengutip dari banyaknya kasus remaja seperti pelecehan seksual, kecanduan pornografi, inginnya melakukan seks diluar nikah hingga terjadinya kehamilan diluar kendali. Namun tak sedikit netizen yang beranggapan bahwa film ini tidak layak ditayangkan karena sang pemeran utama yang terkena masalah. Padahal jika kita menyampingkan hal ini, film tersebut memiliki banyak pesan tersirat mengenai mirisnya dunia remaja, dimana remaja memiliki rasa ingin tahu yang tinggi tanpa berpikir lebih lanjut dampak bagi dirinya sendiri ataupun orang lain disekitarnya. "Kita bisa mencegah agar angka kekerasan (terutama seksual) bisa menurun dan para penyintas bisa pulih," kata Gina. "Dengan cara kita mau bersama-sama membangun masyarakat yang lebih paham, ikut mencegah, dan mendampingi korban," lanjutnya. Ironisnya, film ini mendapat cekalan dari masyarakat yang belum menonton filmnya.

Hal ini terjadi serupa dengan film Dear David yang telah tayang di netflix pada 9 Februari 2023 lalu yang mengangkat isu LGBT hingga kekerasan berbasis gender online. Menceritakan tentang pelecehan seksual terhadap laki-laki dan ditambahkan kisah teman perempuan sang pemeran utama yang ternyata seorang LGBT. Banyak yang mencekal film ini dan mengatakan bahwa tidak layak tayang karena dianggap menormalisasikan pelecehan dan LGBT. Padahal jika kita meresapi alur film ini, kita bisa mendapatkan sebuah poin bahwa pelecehan tidak terjadi kepada wanita saja, melainkan dapat terjadi kepada kalangan pria juga. Disisi lain kita pun bisa ikut merasakan pelecehan seksual dari sudut pandang laki-laki yang dimana berdampak sama, yakni dikucilkan dan sulit diterima oleh masyarakat. Selain itu, kita bisa belajar bagaimana menjaga diri sebelum terkena masalah besar yang akan merubah hidup kita dengan cara melihat pengalaman hidup orang lain. Sebaik-baiknya pelajaran ialah sebuah pengalaman, entah berasal dari teman terdekat, keluarga ataupun orang lain. Daripada mencela, akan lebih baik jika kita bisa merefleksikan pengalaman-pengalaman itu untuk membangun pribadi yang lebih baik.

Sehingga disini kita dapat menyimpulkan bahwa masih kurang terbukanya pemikiran warga Indonesia yang asal protes untuk mempergalak sex education. Karena pada kenyataannya mereka tetap tidak bisa menerima hal tabu walaupun disampaikan melalui pendidikan informal sekalipun. Tentu saja hal ini akan menghambat pola pikir remaja dan sistem pendidikan karena mereka beranggapan bahwa hal ini terlalu vulgar dan jika sex education diterapkan akan mendorong remaja untuk terjun ke ranah dunia seks. Lalu untuk apa bersusah payah untuk protes jika kita lebih berfokus untuk mencaci maki dan mencari hal terburuknya dibandingkan belajar. Hal ini tentu saja merupakan kesalahan besar, dengan tidak adanya pemberian edukasi seks mungkin akan membuat beberapa anak takut akan seks. Namun, bagaimana dengan sebagian anak lainnya? Tentu saja ada diantara mereka yang menjadi ingin lebih tahu dan berakhir tercemplung di dunia seks tanpa mengetahui dampak fatal yang akan menimpanya.

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Berita Terkait

 

Tulisan Terpilih


Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image