Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Regina Fortunata

ChatGPT di Kalangan Pendidikan: Bagaimana Mahasiswa Menanggapinya?

Pendidikan dan Literasi | Thursday, 01 Jun 2023, 11:14 WIB

ChatGPT, singkatan dari Chat Generative Pre-trained Transformer, merupakan program komputer berupa aplikasi chatbot berbasis kecerdasan buatan yang dilatih untuk bisa menirukan percakapan manusia menggunakan teknologi NLP (Natural Language Processing). Mesin ini mampu merespons pertanyaan manusia dalam bentuk teks (disebut sebagai prompt) yang diketikkan pada aplikasi tersebut dengan memberikan jawaban yang terlihat terstruktur dengan baik, hubungan antar kata dan kalimat koheren, akurasi yang cukup baik, dan mampu mengingat percakapan sebelumnya. Bahkan dengan menggunakan teknik prompt yang tepat, dapat dihasilkan sebuah artikel ilmiah bahkan buku dalam waktu yang jauh lebih singkat dibandingkan dengan cara konvensional.

Penggunaan ChatGPT dalam Dunia Pendidikan

Penggunaan ChatGPT sangatlah marak sejak peluncurannya pertama kali. Banyak masyarakat dari berbagai bidang yang ingin mengetahui, sekedar mencoba, hingga membantu pekerjaannya dengan menggunakan mesin ini. Dalam dunia pendidikan, ChatGPT telah memberikan banyak manfaat dan kemudahan dalam membantu pembelajaran mahasiswa. Banyak potensi yang dapat dikembangkan dari penggunaan ChatGPT dalam meningkatkan pengalaman belajar mahasiswa. Berikut beberapa hal yang bisa dilakukan untuk memaksimalkan potensi ChatGPT di dunia pendidikan:

  • Pembantu Belajar yang Dapat Diakses 24 Jam. Aksesibilitas yang tinggi memudahkan mahasiswa untuk mengakses ChatGPT kapan saja dan di mana saja untuk mendapatkan bantuan dalam menjawab pertanyaan atau mengatasi kesulitan pembelajaran.
  • Bimbingan Pribadi yang Ditingkatkan. Dengan kemampuan ChatGPT dalam menafsirkan teks dan memberikan respons yang relevan, mahasiswa dapat memperoleh bimbingan pribadi yang lebih efektif. Mereka dapat mengajukan pertanyaan atau berdiskusi dengan ChatGPT tentang topik yang sedang dipelajari dan menerima penjelasan yang lebih terperinci.
  • Kreativitas dan Kolaborasi. ChatGPT juga dapat digunakan sebagai alat untuk mendorong kreativitas dan kolaborasi di antara mahasiswa. Misalnya, mereka dapat menggunakan ChatGPT untuk berdiskusi tentang ide-ide proyek, mendapatkan umpan balik, atau bahkan berkolaborasi dengan ChatGPT dalam menciptakan karya seni atau penelitian.
  • Evaluasi Otomatis. ChatGPT juga dapat digunakan dalam proses evaluasi dan penilaian tugas mahasiswa. Dalam bidang seperti penulisan, ChatGPT dapat membantu mengoreksi tata bahasa, gaya penulisan, dan memberikan saran untuk perbaikan.

Walaupun banyak sekali potensi yang bisa dilakukan untuk membantu pembelajaran mahasiswa selain yang telah disebutkan, ada kemungkinan mahasiswa menggunakan ChatGPT untuk membantu menyelesaikan penugasan ataupun ujian tanpa memberikan pemikiran apapun dari dirinya. Dalam suatu kasus, seorang jurnalis The Wall Street Journal meminta ChatGPT untuk menuliskan esai sepanjang 500-1,000 kata yang menyusun argumen “yang mencoba menempatkan Hari Libur Ferris Bueller sebagai teks eksistensialis”. Jurnalis tersebut mengumpulkan jawaban ChatGPT tersebut dalam kelas AP Literature 12, dan ia berhasil mendapatkan nilai dalam rentang B hingga C. Jika ini yang terjadi dalam penggunaan ChatGPT dalam dunia pendidikan, maka ini akan menjadi kekhawatiran karena dapat menjadi celah untuk melakukan kecurangan.

Tanggapan Mahasiswa mengenai Penggunaan ChatGPT di Dunia Pendidikan

Dalam suatu survei yang diselenggarakan Study.com yang diikuti oleh 100 tenaga pendidik dan 1000 mahasiswa, ditemukan bahwa 82% tenaga pendidik dan 90% mahasiswa sadar akan eksistensi ChatGPT. Selain itu, 89% mahasiswa menggunakan ChatGPT untuk membantu menyelesaikan tugas, 48% mahasiswa menggunakan ChatGPT untuk ujian yang dilakukan dari rumah, 53% mahasiswa menggunakannya untuk menulis esai, dan 22% mahasiswa menggunakannya untuk membuat outline sebuah jurnal. Meskipun penggunanya sangat banyak dengan penggunaan yang bervariatif, faktanya 72% mahasiswa setuju bahwa ChatGPT atau alat AI semacamnya harus dilarang dalam penggunaannya di perguruan tinggi.

Dalam survei lain yang telah dilakukan oleh BestColleges yang diikuti oleh 1,000 mahasiswa, ditemukan bahwa lebih dari setengah, yakni 51% mahasiswa setuju bahwa penggunaan ChatGPT dalam menyelesaikan tugas ataupun ujian merupakan tindakan curang/plagiarisme. Dan 43% mahasiswa yang pernah menggunakan ChatGPT setuju bahwa ChatGPT menghasilkan jawaban yang akurat dan dapat diandalkan. Walaupun begitu, 48% mahasiswa mengatakan bahwa sangat memungkinkan untuk menggunakan ChatGPT secara etis dan bertanggung jawab untuk membantu menyelesaikan tugas maupun ujian. Namun, ketika pernyataan bahwa ChatGPT perlu dilarang dalam kegiatan pendidikan, hanya 27% mahasiswa yang setuju. Selain itu, 61% mahasiswa berpandangan bahwa di masa mendatang alat AI seperti ChatGPT akan menjadi hal yang normal di kehidupan sehari-hari. Dan 63% mahasiswa setuju bahwa AI tidak akan menggantikan kecerdasan manusia ataupun kreativitas manusia.

Dari hasil survei yang dilakukan Study.com dan BestColleges, banyak mahasiswa yang sadar akan ChatGPT dan penggunaannya. Mahasiswa menggunakannya dalam berbagai aktivitas perkuliahan, seperti membantu menyelesaikan tugas, esai, hingga membuat outline jurnal. Namun, tak sedikit pula mahasiswa yang menggunakannya secara negatif walaupun mereka sadar bahwa itu tindakan curang/plagiarisme, seperti untuk membantu mengerjakan ujian, hingga menyelesaikan tugas hanya dengan copy-paste. Hal ini dapat menurunkan kemampuan kritis dan berpikir mandiri oleh mahasiswa. Ini menunjukkan bahwa ChatGPT dapat digunakan untuk hal positif dan membantu memaksimalkan potensi mahasiswa, tetapi di sisi lain ada hal negatif dalam penggunaannya yang tidak etis dan tidak bertanggung jawab.

Menanggapi Penggunaan ChatGPT secara Positif

Teknologi akan terus berkembang, semakin jauh dan pesat. Tidak memungkiri bahwa akan ada pemutakhiran atau munculnya mesin yang lebih canggih dari ChatGPT. Sehingga sangat memungkinkan bahwa ChatGPT akan menjadi hal yang normal di masa mendatang. ChatGPT ataupun alat AI semacamnya juga tidak didesain untuk menggantikan eksistensi manusia, melainkan untuk membantu dan mempermudah pekerjaan manusia, sehingga manusia bisa lebih memaksimalkan potensinya dalam hal-hal yang hanya bisa dilakukan oleh keahlian manusia, misalnya kreativitas dan analisis mendalam.

Untuk itu, perlu adanya kesadaran mahasiswa akan perkembangan yang sedang terjadi dalam dunia teknologi. Perlu adanya sikap selektif dan menahan diri untuk membentengi diri dari pengaruh-pengaruh negatif yang bisa ditimbulkan dari adanya suatu perkembangan teknologi. Sebagai mahasiswa, ada beberapa cara yang bisa dilakukan untuk menanggapi penggunaan ChatGPT secara positif, yakni:

  1. Memahami Kelebihan dan Keterbatasan ChatGPT. Penting untuk memahami bahwa ChatGPT adalah mesin pembelajaran mesin yang menghasilkan teks berdasarkan data yang telah dilatih sebelumnya. Meskipun bisa memberikan jawaban atau informasi yang berguna, ChatGPT tidak memiliki pemahaman atau pengetahuan yang sama seperti manusia.
  2. Menggunakan ChatGPT Sebagai Sumber Referensi. ChatGPT dapat menjadi alat untuk mendapatkan informasi tambahan atau perspektif baru dalam studi Anda. Namun, selalu bijaksana untuk melakukan pengecekan dengan sumber lain yang terpercaya dan memastikan keakuratan informasi yang diberikan oleh ChatGPT.
  3. Menghindari Plagiarisme. Penting untuk menghormati etika akademik dengan tidak mengandalkan ChatGPT untuk menulis tugas atau makalah Anda secara langsung. Penggunaan ChatGPT sebagai alat bantuan dalam proses penulisan adalah wajar, tetapi plagiasi atau mengklaim hasil ChatGPT sebagai karya Anda sendiri merupakan pelanggaran etika.
  4. Berdiskusi dan Berkolaborasi dengan Sesama Mahasiswa. Diskusikan pengalaman dan pendapat Anda tentang penggunaan ChatGPT di dunia pendidikan dengan teman sejawat. Berbagi pengetahuan dan saling membantu dalam memahami konten dan materi pembelajaran secara kolektif dapat meningkatkan pemahaman dan keterlibatan dalam proses belajar.
  5. Mempertanyakan dan Mengevaluasi Kritis Informasi. Saat menggunakan ChatGPT atau teknologi serupa, penting untuk tetap mempertanyakan dan mengevaluasi kritis informasi yang diberikan. Selalu periksa keakuratan, kebaruan, dan sumber informasi yang digunakan untuk memastikan kualitas dan validitasnya.

Kita tidak perlu takut akan perkembangan teknologi AI yang tengah melanda. Kita harus membiasakan diri dan mulai menggunakan untuk di kehidupan sehari-hari. Dengan adanya ChatGPT ini, manusia akan dimudahkan dalam melakukan berbagai hal. Mahasiswa harus bisa menggunakan ChatGPT dengan bijak dan bertanggung jawab, yakni dengan tidak berlebihan, terlibat aktif dalam berpikir kritis dan mandiri, dan juga selektif. Dengan sikap yang tepat, mahasiswa dapat memanfaatkan teknologi ini untuk meningkatkan pengalaman belajar mereka, sambil tetap menjaga integritas dan kemampuan berpikir kritis mereka sebagai mahasiswa yang bertanggung jawab.

Daftar Pustaka:

https://study.com/resources/perceptions-of-chatgpt-in-schools

https://www.bestcolleges.com/research/college-students-ai-tools-survey/

https://www.wsj.com/articles/chatgpt-wrote-my-ap-english-essayand-i-passed-11671628256

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Berita Terkait

 

Tulisan Terpilih


Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image