Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Aliyah Maulizzah Kusuma

AI dalam Pendidikan: Antara Kecerdasan atau Kemalasan Mahasiswa?

Teknologi | Wednesday, 31 May 2023, 19:32 WIB

Artificial Intelligence (AI) atau kecerdasan buatan adalah ilmu dan rekayasa pembuatan mesin cerdas, yang melibatkan mekanisme untuk menjalankan suatu tugas menggunakan komputer. AI telah berkembang pesat dalam beberapa dekade terakhir, dan telah diterapkan di berbagai bidang, seperti pengenalan suara, penglihatan komputer, terjemahan bahasa, rekomendasi produk, pengemudi otomatis, seni generatif, dan lain-lain. AI juga telah menunjukkan kemampuan untuk mengalahkan manusia dalam permainan strategis seperti catur dan Go.

Namun, perkembangan AI yang begitu cepat dan canggih juga menimbulkan berbagai dampak sosial dan etika yang perlu dipertimbangkan. Salah satunya adalah dampak AI terhadap pendidikan, khususnya mahasiswa. Apakah AI membuat mahasiswa menjadi lebih pintar atau malah lebih malas?

Sebagian orang mungkin berpendapat bahwa AI dapat membantu mahasiswa belajar lebih efektif dan efisien. Misalnya, dengan menggunakan AI, mahasiswa dapat mengakses sumber belajar yang lebih luas dan relevan dari internet, mendapatkan umpan balik yang lebih cepat dan akurat dari sistem penilaian otomatis, atau bahkan berinteraksi dengan tutor virtual yang dapat menyesuaikan materi dan metode sesuai dengan kebutuhan dan gaya belajar masing-masing. Dengan demikian, mahasiswa dapat meningkatkan pemahaman dan keterampilan mereka dalam berbagai bidang ilmu.

Namun, sebagian orang lain mungkin berpendapat bahwa AI justru membuat mahasiswa menjadi lebih malas dan kurang kreatif. Misalnya, dengan menggunakan AI, mahasiswa dapat mengandalkan mesin untuk mengerjakan tugas-tugas yang seharusnya mereka lakukan sendiri, seperti menulis esai, membuat presentasi, atau bahkan menyelesaikan soal ujian. Dengan demikian, mahasiswa dapat kehilangan motivasi dan kesempatan untuk berpikir kritis, analitis, dan inovatif.

Menurut saya, AI bukanlah penyebab utama dari kemalasan mahasiswa. AI hanyalah sebuah alat yang dapat digunakan untuk tujuan yang baik atau buruk, tergantung pada bagaimana manusia memanfaatkannya. AI dapat menjadi teman atau musuh bagi mahasiswa, tergantung pada bagaimana mahasiswa menggunakannya.

Oleh karena itu, saya berpendapat bahwa yang perlu dilakukan adalah meningkatkan literasi digital dan etika bagi mahasiswa. Mahasiswa perlu memahami apa itu AI, bagaimana cara kerja AI, apa manfaat dan risiko AI, serta bagaimana menggunakan AI secara bertanggung jawab dan bijaksana. Mahasiswa juga perlu mengembangkan sikap positif dan proaktif terhadap pembelajaran seumur hidup, serta keterampilan abad ke-21 yang dibutuhkan di era digital ini, seperti kolaborasi, komunikasi, kreativitas, dan pemecahan masalah.

Namun, untuk mencapai hal-hal tersebut, mahasiswa tidak bisa hanya mengandalkan AI saja. Mahasiswa juga harus berusaha keras untuk belajar dari sumber-sumber lain, seperti buku, jurnal, dosen, dan teman sejawat. Mahasiswa juga harus berani mengambil risiko dan tantangan, serta belajar dari kesalahan dan kegagalan. Mahasiswa juga harus memiliki integritas dan tanggung jawab atas tindakan dan hasil mereka. Hanya dengan cara ini, mahasiswa dapat menjadi pribadi yang mandiri, profesional, dan berkontribusi bagi masyarakat.

Mahasiswa harus memanfaatkan AI sebagai alat bantu yang dapat meningkatkan kualitas dan efisiensi pembelajaran mereka. Mahasiswa harus mampu memilih dan menggunakan AI yang sesuai dengan kebutuhan dan tujuan mereka. Mahasiswa juga harus tetap kritis dan kreatif dalam menghadapi permasalahan yang ada di sekitar mereka. Maka dari itu, mahasiswa dapat mengembangkan kompetensi dan keterampilan yang dibutuhkan di era digital ini.

Selain itu, mahasiswa harus menyadari bahwa AI bukanlah sesuatu yang sempurna dan tak tergantikan. AI masih memiliki keterbatasan dan kelemahan yang harus diwaspadai. Mahasiswa harus mampu mengidentifikasi dan mengatasi potensi risiko dan dampak negatif dari penggunaan AI. Mahasiswa juga harus menghormati hak dan nilai-nilai manusia dalam berinteraksi dengan AI. Dengan itu, mahasiswa dapat menggunakan AI secara etis dan bertanggung jawab.

Mahasiswa harus menyikapi AI sebagai teman dan mitra yang dapat membantu mereka mencapai tujuan dan impian mereka. Mahasiswa harus mampu berkolaborasi dan berkomunikasi dengan AI secara efektif dan harmonis. Mahasiswa juga harus terbuka dan fleksibel dalam mengadaptasi dan memanfaatkan AI yang berkembang pesat. Dengan demikian, mahasiswa dapat meningkatkan kinerja dan produktivitas mereka di bidang yang diminati.

Saya berharap bahwa maraknya AI tidak akan membuat mahasiswa menjadi malas, melainkan menjadi lebih cerdas dan siap menghadapi tantangan masa depan. Saya juga mengajak semua pihak yang terlibat dalam pendidikan, seperti pemerintah, perguruan tinggi, dosen, dan orang tua, untuk mendukung dan membimbing mahasiswa dalam memanfaatkan AI secara optimal dan etis. AI bukanlah ancaman, melainkan peluang bagi mahasiswa untuk meningkatkan kualitas dan relevansi pendidikan mereka.

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Berita Terkait

 

Tulisan Terpilih


Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image