Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Arynda Natasha Dewanty

Wanita Karier Berdasarkan Sudut Pandang Ibu Rumah Tangga

Eduaksi | Wednesday, 31 May 2023, 14:32 WIB

Seorang wanita yang telah menikah sering kali dibingungkan oleh dua pilihan, yaitu melanjutkan impiannya menjadi wanita karier atau fokus menjadi ibu rumah tangga? Jika dilihat berdasarkan tujuan, keduanya merupakan hal yang mulia bagi seorang wanita. Namun, tidak jarang pula masyarakat menganggap bahwa menjadi wanita karier membuat ia lupa akan keluarganya. Sebaliknya, menjadi ibu rumah tangga pun masih dituntut untuk bisa melakukan pekerjaan di luar kebiasaannya. Dengan alasan “Seorang wanita harus multitasking dan fleksibel.” bukan berarti ia tidak boleh menentukan fokus utamanya, melainkan dengan pilihan tersebut ia bisa menjadi wanita yang memiliki nilai tinggi.

https://www.haibunda.com/moms-life/20200225153659-76-82880/gerakan-perempuan-jadi-ibu-rumah-tangga-makin-marak-di-barat-mengapa" />
https://www.haibunda.com/moms-life/20200225153659-76-82880/gerakan-perempuan-jadi-ibu-rumah-tangga-makin-marak-di-barat-mengapa

Berdasarkan data menurut Kominfo, jumlah wanita yang menjadi ibu rumah tangga di Indonesia mencapai 60 juta jiwa. Hal tersebut membuktikan bahwa tidak ada yang bisa membatasi seorang wanita dalam memilih. Banyak orang yang masih belum sadar bahwa menjadi ibu rumah tangga pun termasuk sebagai wanita karier. Bagaimana tidak, pekerjaan ibu rumah tangga jauh lebih banyak dari wanita karier pada umumnya, bahkan dilakukan selama 24 jam. Namun, wanita karier yang ada dalam bayangan masyarakat kita adalah wanita yang bekerja di perusahaan, wanita yang bekerja di depan laptop, dan wanita yang selalu bertemu banyak orang untuk membahas pekerjaan. Faktanya seperti itulah penilaian masyarakat kita, maka tidak heran apabila ibu rumah tangga dianggap sebagai angin lalang di mana keberadaannya selalu diikuti oleh kata “kewajiban”.

Banyak orang yang belum menyadari bahwa menjadi ibu rumah tangga bukan hanya sekadar menjalankan “kewajiban” semata. Melainkan juga menjadi pekerjaan yang tidak bisa digantikan oleh gaji setiap bulan ataupun uang tunjangan. Pekerjaan mulia tersebut tidak dapat diukur dengan apa pun, namun menjadi ibu rumah tangga memiliki berbagai manfaat bagi keluarga khususnya dalam segi mendidik anak. Sayangnya, tidak semua orang menganggap hal tersebut istimewa. Padahal jika kita telisik lebih lanjut, ibu yang mendidik anaknya secara langsung mampu menciptakan anak yang berbudi pekerti luhur dan peka terhadap lingkungan. Namun, bukan berarti anak yang lahir dari wanita karier tidak memilikinya, melainkan sebagian besar ajaran tersebut didapatkan melalui sekolah dasar. Meskipun tidak semua wanita karier melakukannya, tetapi sebagian besar wanita karier menyerahkan pendidikan anaknya langsung melalui guru baik itu dalam hal berperilaku maupun pengetahuan dasar lainnya.

Baik menjadi ibu rumah tangga maupun wanita karier keduanya merupakan pilihan yang berat untuk fokus di salah satunya. Namun, tidak jarang pula ibu rumah tangga yang juga berkesempatan menjadi wanita karier. Pilihan-pilihan tersebut tentunya tidak terlepas dari peran suami kepada istri. Faktanya seorang wanita yang memiliki karier cemerlang kemudian memutuskan untuk menikah rata-rata memilih meninggalkan karier tersebut dan menjadi ibu rumah tangga seutuhnya. Namun, kita juga masih sering menjumpai wanita yang menjadi ibu rumah tangga sekaligus melanjutkan kariernya. Keduanya kembali lagi pada pilihan sang istri dan peran suami, karena tanpa izin dan dukungan suami pilihan tersebut akan terasa berat bagi seorang istri. Tidak jarang pula seorang suami mengizinkan istrinya untuk bekerja meskipun dari rumah, karena selain membantu finansial keluarga ia juga bisa menjaga dan mendidik anak-anaknya. Namun, hal yang sering kali terabaikan adalah kondisi istri sebagai ibu rumah tangga, baik dari segi fisik maupun mental.

Sebuah ungkapan yang menyatakan bahwa “Manusia tidak akan pernah mengerti sebelum mereka merasakannya sendiri.” acapkali benar. Mengapa demikian? Karena sebelum persoalan tersebut terjadi kepadanya, mereka hanya bisa menilai berdasarkan apa yang mereka lihat tanpa memikirkan apakah itu benar atau salah. Selama ini menjadi ibu rumah tangga yang kita tahu adalah seorang ibu yang merawat anaknya selama berada di rumah. Namun, terlepas dari itu pada faktanya pekerjaan sebagai ibu rumah tangga lebih kompleks dari pemahaman orang pada umumnya. Seorang ibu harus memasak, melakukan pekerjaan rumah, merawat anak, menemani anak bermain, mendidik anak, dan melayani suami. Terlepas dari anggapan “kewajiban” di mana seharusnya itu juga menjadi tugas suami. Namun, stereotipe masyarakat selalu mengatakan bahwa tugas suami adalah bekerja sedangkan istri di rumah merawat anak. Stereotipe tersebut menjadikan wanita tidak memiliki kebebasan dalam memilih dan selalu dibandingkan apabila memilih sesuatu di luar standar masyarakat.

Sudut pandang ibu rumah tangga terhadap wanita karier bisa dibilang cukup berbeda dengan kebanyakan orang lainnya. Alasan yang mendasari pandangan tersebut tidak lain karena mereka menganggap menjadi ibu rumah tangga adalah karier sepanjang masa. Di mana peran seorang ibu bagi anak tidak dapat tergantikan meskipun oleh guru. Menjadi seorang ibu bukanlah pekerjaan yang mudah, mereka harus dengan gigih dan sabar menjaga keharmonisan keluarga serta menjadi madrasah pertama bagi anak-anaknya. Pekerjaan tersebut menguras tenaga dan pikiran, di mana seiring tumbuh kembangnya anak maka bentuk perhatian yang diberikan juga berbeda. Bukan hanya itu, melakukan aktivitas selama 24 jam di rumah dan terus berulang juga menggerus mental seorang ibu.

Oleh sebab itu, meskipun ibu rumah tangga tidak memiliki karier selayaknya wanita karier di luar sana. Baik menjadi ibu rumah tangga maupun wanita karier merupakan dua pekerjaan yang mulia. Namun, hal yang menjadikan keduanya berbeda adalah karier menjadi ibu rumah tangga berlangsung sepanjang masa yang tiada ternilai kemuliaannya. Maka, jangan anggap sebelah mata seorang ibu rumah tangga karena perannya tidak bisa tergantikan. Jangan pernah menilai seseorang berdasarkan apa yang kita lihat karena sesungguhnya apa yang kita anggap benar belum tentu benar, begitu pula sebaliknya. Serta berikan ruang bagi setiap orang untuk memilih tanpa harus menyudutkan, karena pada hakekatnya setiap orang memiliki hak untuk mendapat kebebasan.

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Berita Terkait

 

Tulisan Terpilih


Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image