Shalat Jadi Terapi Kesehatan Mental dalam Perspektif Islam
Agama | 2025-01-12 14:16:44Saat ini, kesehatan mental tengah menjadi pembicaraan hangat baik dalam sosial media maupun secara langsung di lingkungan masyarakat. Masalah kesehatan mental masih sering mendapat reaksi negatif dari orang-orang dalam lingkungan sekitar karena kurangnya pemahaman akan kesehatan mental, sebagian masyarakat masih terikat pada budaya dan tradisi hingga menganggap bahwa kesehatan mental berhubungan dengan hal-hal mistis atau mitos yang tidak terbukti kebenarannya. Kondisi tersebut menunjukkan bahwa sebagian masyarakat tidak terbuka terhadap penjelasan-penjelasan ilmiah dan memilih untuk mengenyampingkan perawatan medis dan psikiatris terhadap gangguan kesehatan mental.
Pandangan islam terkait dengan kesehatan mental tidak jauh berbeda dengan pandangan para ahli kesehatan mental seperti psikolog dan psikiater pada umumnya. Dalam perspektif islam, kesehatan mental merupakan suatu kemampuan dalam diri seseorang untuk mengelola fungsi-fungsi kejiwaan dan terciptanya penyesuaian baik dengan orang lain, lingkungan sekitar, maupun dengan diri sendiri secara dinamis berdasarkan Alquran dan As-Sunnah sebagai pedoman dalam hidup untuk mencapai kebahagiaan di dunia dan di akhirat.
Berdasarkan hal tersebut, diketahui bahwa agama islam memiliki peran yang sangat penting dalam menjaga kesehatan mental. Sebagaimana Abdul Mudjib, melalui penelitiannya, menjelaskan bahwa tindakan religiusitas seperti salat, berdoa, dan berdzikir membawa pengaruh baik bagi kehidupan manusia terlebih lagi untuk kondisi kesehatan mental. Islam, sebagai agama yang sempurna, mengajarkan umatnya untuk mencapai ketenangan jiwa dan kesejahteraan mental melalui ibadah.
Kesehatan mental adalah cabang kesehatan yang berkaitan dengan kondisi kejiwaan, emosi, perasaan, dan psikis. Dalam islam, kesehatan mental merupakan kemampuan dalam diri suatu individu untuk mengelola terwujudnya keserasian antara fungsi-fungsi kejiwaan dengan terciptanya penyesuaian diri terhadap diri sendiri, orang lain, maupun orang-orang di lingkungan sekitar secara dinamis berlandaskan Alquran dan As-Sunnah sebagai pedoman hidup manusia dalam mencapai kebahagiaan di dunia dan akhirat.
Allah SWT berfirman dalam Q.S. Al Baqarah: 286:
لَا يُكَلِّفُ ٱللَّهُ نَفْسًا إِلَّا وُسْعَهَا ۚ لَهَا مَا كَسَبَتْ وَعَلَيْهَا مَا ٱكْتَسَبَتْ ۗ رَبَّنَا لَا تُؤَاخِذْنَآ إِن نَّسِينَآ أَوْ أَخْطَأْنَا ۚ رَبَّنَا وَلَا تَحْمِلْ عَلَيْنَآ إِصْرًا كَمَا حَمَلْتَهُۥ عَلَى ٱلَّذِينَ مِن قَبْلِنَا ۚ رَبَّنَا وَلَا تُحَمِّلْنَا مَا لَا طَاقَةَ لَنَا بِهِۦ ۖ وَٱعْفُ عَنَّا وَٱغْفِرْ لَنَا وَٱرْحَمْنَآ ۚ أَنتَ مَوْلَىٰنَا فَٱنصُرْنَا عَلَى ٱلْقَوْمِ ٱلْكَٰفِرِينَ
“Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya. Dia mendapat (pahala) dari (kebajikan) yang dikerjakannya dan dia mendapat (siksa) dari (kejahatan) yang diperbuatnya. (Mereka berdoa), "Ya Tuhan kami, janganlah Engkau hukum kami jika kami lupa atau kami melakukan kesalahan. Ya Tuhan kami, janganlah Engkau bebani kami dengan beban yang berat sebagaimana Engkau bebankan kepada orang-orang sebelum kami. Ya Tuhan kami, janganlah Engkau pikulkan kepada kami apa yang tidak sanggup kami memikulnya. Maafkanlah kami, ampunilah kami, dan rahmatilah kami. Engkaulah pelindung kami, maka tolonglah kami menghadapi orang-orang kafir.” Q.S. Al-Baqarah: 286.
Dalam perspektif islam, ibadah merupakan segala tindakan atau perbuatan yang semata-mata dilakukan untuk mendekatkan diri kepada Allah SWT, dengan tujuan untuk mendapat ridho dan pahala dari-Nya dengan melaksanakan perintah-Nya dan menjauhi larangan-Nya. Ibadah dalam islam menempati posisi paling utama yang menjadi dasar tujuan manusia sebagai makhluk yang diciptakan oleh Allah SWT. Ibadah dibagi menjadi dua macam yakni Ibadah Mahdhah (khusus) dan Ibadah Ghairu Mahdhah (umum).
Ibadah Mahdhah adalah ibadah yang aktivitas, perbuatan, atau tata cara pelaksanaannya telah diatur dan ditetapkan dalam syariat islam seperti salat, berdzikir, membaca Al-Qur’an, puasa, zakat, dan haji. Sedangkan, Ibadah Ghairu Mahdhah merupakan segala tindakan atau perilaku yang dilakukan dengan ikhlas karena Allah SWT dan dapat mendatangkan kebaikan bagi diri sendiri maupun orang lain di sekitarnya seperti berbakti pada kedua orang tua, menolong sesama, sopan dan santun dan berperilaku jujur.
Suatu ibadah yang wajib dilaksanakan seorang manusia sebagai pemeluk agama islam yakni Ibadah Mahdhah. Ibadah Mahdhah sebagai pilar utama dalam membangun hubungan dan mendekatkan diri kepada Allah SWT, memiliki peran yang sangat signifikan terhadap kehidupan seorang umat muslim. Ibadah Mahdhah tidak hanya dilakukan dengan tujuan untuk mendekatkan diri kepada Allah SWT, melainkan juga memiliki dimensi psikologis dalam kehidupan setiap manusia.
Berbagai penelitian membuktikan bahwa melaksanakan Ibadah Mahdhah memberikan dampak positif bagi kesehatan mental, seperti memberikan ketenangan hati, mengurangi stres, mengelola keseimbangan emosional, dan meningkatkan kebahagiaan. Salah satu bentuk Ibadah Mahdhah adalah salat. Salat merupakan rukun islam yang kedua setelah syahadat dan menjadi suatu bentuk ibadah yang wajib dilaksanakan oleh umat muslim dengan tujuan untuk mendekatkan diri kepada Allah SWT guna mendapat ridho dan pahala dari-Nya.
Allah SWT berfirman pada Q.S. Al-Baqarah: 43.
وَاَقِيْمُوا الصَّلٰوةَ وَاٰتُوا الزَّكٰوةَ وَارْكَعُوْا مَعَ الرّٰكِعِيْنَ
“Dan laksanakanlah salat, tunaikanlah zakat, dan rukuklah beserta orang yang rukuk.” Q.S. Al-Baqarah: 43.
Shalat berperan penting dalam mewujudkan kondisi kesehatan mental yang baik pada setiap manusia. Setiap gerakan dan bacaan dalam shalat dapat menenangkan hati dan pikiran, seperti gerakan ruku’ dan sujud yang memberikan rasa kerendahan hati dan ketergantungan terhadap dzat yang lebih tinggi yakni Allah SWT, sehingga dapat menciptakan suasana hati yang damai dan tentram. Hal tersebut dikatakan serupa dengan teknik mindfulness (kesadaran) dalam dunia psikologi yang bertujuan untuk meningkatkan fokus dan meredakan kecemasan. Selain itu. Setiap bacaan dalam salat berisi kata dan kalimat yang mengandung makna positif sehingga dapat memberikan efek menenangkan.
Disclaimer
Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.