Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Nadya Klaresza Audrey

Pendinginan Adsorpsi sebagai Alternatif yang Efisien untuk Pengaplikasian Pendinginan Produk Pangan

Teknologi | Tuesday, 30 May 2023, 19:58 WIB
Skema teknologi pendinginan adsorpsi

Kerusakan pada produk pangan secara berkelanjutan akan terus terjadi. Secara umum, kerusakan dapat diakibatkan baik karena faktor eksternal maupun internal, seperti kerusakan fisik dan kimiawi akibat kondisi lingkungan, reaksi fisiologis dalam bahan pangan itu sendiri, kehadiran mikroba yang dapat merombak komponen dalam bahan pangan atau menghasilkan suatu metabolit, dan lain sebagainya. Salah satu solusi untuk menekan permasalahan tersebut, yaitu dengan menerapkan proses pendinginan.

Prinsip yang diterapkan dalam proses pendinginan adalah dengan menghambat aktivitas enzimatis, mikrobiologis, kimiawi, dan biokimiawi yang terdapat pada bahan pangan dengan cara menurunkan suhu sampai mendekati titik 0 C atau lebih rendah, tetapi tidak sampai membeku, sehingga laju perubahan komponen dalam bahan pangan dan penurunan mutu akan diperlambat.

Jika bahan baku dalam bentuk segar maka harus segera dilakukan penurunan suhu pada pusat termalnya sampai dikisaran 0 C dan dipertahankan pada suhu yang sama selama penyimpanan dan pengangkutan untuk distribusi. Jika bahan baku dalam bentuk olahan maka setelah diolah, produk harus segera didinginkan sampai mencapai suhu yang diinginkan dengan deret suhu yang sama dan dipertahankan pada suhu yang sama selama penyimpanan dan distribusi (Mushollaeni 2012).

Namun, penggunaan proses pendinginan memiliki dampak yang berkepanjangan akibat dari pemakaian refrigeran (freon) dan krisis energi, sehingga diperlukan terobosan baru pada teknologi pendinginan (refrigerasi) yang mampu meningkatkan keamanan dan secara ekonomis lebih murah dan mudah didapatkan.

Salah satu sistem pendinginan yang bisa dijadikan alternatif adalah sistem pendinginan adsorpsi. Pendinginan secara adsorpsi mempunyai karakteristik tersendiri, yaitu sistem kompresor mekanik akan digantikan dengan sistem adsorpsi dan memerlukan sumber energi panas (kalor) untuk menghasilkan siklus pendingin (heat-operated cycle). Komponen utama yang dimilikinya adalah desorber, absorber, kondensor, dan evaporator (Popa et al. 2019).

Teknik pendinginan ini memiliki beberapa keunggulan, selain ramah lingkungan karena refrigeran yang digunakan tidak berbahaya terhadap lingkungan, juga sistem ini memerlukan pemakaian sumber listrik yang lebih kecil, kontrol yang lebih sederhana, tanpa getaran, dan biaya pengoperasian yang lebih rendah. Sumber energi panas sebagai penghasil siklus pendinginan ini dapat diperoleh dari biomassa dari hasil limbah pertanian atau juga energi radiasi surya (Rudiyanto et al. 2008).

Meskipun sistem adsorpsi telah menawarkan berbagai keuntungan, sistem ini tetap memiliki kelemahan dari koefisien kinerja dan pendinginan spesifik yang rendah. Tetapi, ketidaknyamanan ini dapat diatasi dengan meningkatkan sifat perpindahan panas dan massa dalam adsorber, meningkatkan sifat adsorpsi pasangan kerja, dan dengan manajemen panas yang lebih baik selama siklus adsorpsi (Wang dan Oliveira 2006).

Referensi

Mushollaeni W. 2012. Penanganan dan Rekayasa Produk Hasil Pertanian. Malang: Penerbit Selaras. ISBN:9786029047653.

Popa EE, Miteluț AC, and Popa ME. Trends in refrigeration technologies used for food preservation-A review. Scientific Bulletin. Series F. Biotechnologies. 23(1):205-210. ISSN:22851364.

Rudiyanto B, Abdullah K, Tambunan AH. 2008. Kajian eksergi pada mesin pendingin adsorpsi menggunakan pasangan silikagel-metanol. Agritech. 28(3):137-144.

Wang R, Oliveira RG. 2006. Adsorption refrigeration—An efficient way to make good use of waste heat and solar energy. Progress in Energy and Combustion Science. 32(4):424–458. doi:10.1016/j.pecs.2006.01.002.

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Berita Terkait

 

Tulisan Terpilih


Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image