Remaja Broken Home yang Kehilangan Arah, Menjadi Bukti Kegagalan Orang Tua?
Parenting | 2023-05-30 19:57:06Ramainya pengadilan agama karena didatangi para wanita yang bernuat untuk mengajukan perceraian menjadi bukti bahwa angka perceraian di negara Indonesia, tiap waktunya kian tinggi. Hal ini tentunya sesuai pula dengan data laporan Statistik Indonesia, bahwa jumlah kasus perceraian di Indonesia mencapai 516.334 kasus pada 2022. Angka tersebut bahkan mengalami peningkatan 15,31% nya dibandingkan tahun 2021 dengan total 447.743 angka. dari total angka tersebut, penyebab utama mayoritasnya adalah perselisihan dan pertengkaran.
Memang, tidak dapat dipungkiri bahwa jika dirasa sudah tidak bisa berkompromi, memang lebih baik untuk memutuskan berpisah. Namun, kadang kala sepasang suami istri yang memutuskan untuk berpisah melupakan satu hal penting. Yaitu, seorang anak darah daging mereka yang tentunya masih diperlukan nya mendapat perhatian dari keduanya.
Sukur-sukur jika sapasang suami istri bercerai ketika sang buah hati sedang di umur yang sudah dapat dikatakan dewasa. Kadangkala mereka yang memutuskan untuk bercerai, langsung melupakan sang buah hati begitu saja. Melupakan dalam artian tak memperdulikan bagaimana mental dari sang anak setelah kejadian perceraian.
Mau tak mau, kita tidak dapat memungkiri bahwa sang anak akan mendapatkan dampak dari perceraian tersebut. Besar kecilnya dampak tersebut tentunya tergantung bagaimana orang tua bersikap setelah resmi bercerai. Anak setelah masa perceraian akan mulai dirundung rasa denial. Lalu muncul pula perasaan tak nyaman dengan situasi rumah yang sudah berbeda dibandingkan sebelumnya. Ketika perasaan tidak nyaman tersebut muncul, akhirnya membuat sang anak mencari kenyamanan lain. Dalam situasi seperti ini, sang anak tentunya sedang di keadaan tidak stabil dan rawan akan kebebasan.
Dalam hal ini, sebetulnya menjadi kewajiban orang tua untuk menentukan bagaimana parenting mereka setelah perceraian selagi berkeinginan untuk bercerai. Komunikasi seperti apa yang nantinya tetap membuat anak mereka setidaknya tidak mendapatkan dampak besar dari perceraian ini. Orang tua memang tidak akan mungkin dapat menghindari munculnya rasa tidak nyaman tersebut di diri sang anak. Namun, tentunya orang tua dapat menghindari bagaimana sang anak tidak terjerumus ke lubang kegelapan ketika sang anak sedang hilang arah. Bagaimana sang anak mencari kenyamanan dengan melakukan hal hal yang positif dibandingkan hal hal dengan konotasi negatif.
Disclaimer
Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.