Emotional Eating Kebiasaan Makan Remaja Gen Z
Gaya Hidup | 2023-05-30 19:21:16Gen Z, kelahiran tahun 1997-2012, membawa tren-tren terbaru yang lebih maju dari tren generasi sebelumnya. Salah satunya adalah Emotional Eating.
Emotional eating atau kebiasaan makan ini disebabkan oleh emosi negatif, positif, atau stress yang mengakibatkan pola makan tidak sehat dan penambahan berat badan. Kebiasaan makan ini dapat timbul dari gen, pengaruh kebiasaan makan orang tua, dan lingkungan.
Emotional eating marak terjadi pada remaja saat ini juga makanan junk food dan fast food memperlancar kebiasaan makan emotional eating. Sebuah studi menyatakan bahwa makanan ultra proses atau makanan kemasan dapat menjadi “pintu gerbang” pola makan yang tidak sehat. Pola makan ini tentu tidak baik bagi tubuh terutama remaja yang masih dalam masa perkembangan. Masa pertumbuhan merupakan masa kritis tubuh dimana asupan-asupan gizi untuk pertumbuhan perlu dipenuhi agar pertumbuhan remaja lancar dan tubuh sehat.
Lalu bagaimana cara orang tua dapat mencegah dan memperbaiki kebiasaan makan remaja? Mencegah emotional eating berarti menghindari hal-hal yang dapat membuat mereka meniru tindakan emotional eating. Salah satunya peran orang tua dalam memberikan contoh pola makan yang baik setiap hari di rumah.
Jika sudah seorang remaja sudah terlanjur mengadopsi emotional eating, kebiasaan ini tetap dapat diperbaiki. Orang tua dapat menjadi kendali atau kontrol ketika remaja kambuh emotional eatingnya. Dukungan sosial dari lingkungan dan teman perlu untuk menghilangkan emotional eating. Jika dirasa emotional eating remaja sulit dikendalikan, maka minta bantuan ahli untuk membantu menyelesaikannya.
Disclaimer
Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.