Pemikiran Kalam Modern Muhammad Abduh dan Rasyid Ridha
Agama | 2021-12-25 00:36:21Teologi Tokoh Muhammad Abduh dan Rasyid Ridha
1) Teologi Muhammad Abduh
Menurut Muhammad Abduh teologi adalah ilmu yang membahas tentang wujud Allah, sifat-sifat-Nya, dan masalah kenabian. Teologi menurut pandangan Muhammad Abduh dapat digambarkan sebagai Tuhan berada di puncak alam wujud dan manusia ada di dasarnya. Manusia yang berada di dasar ini berusaha mengetahui Tuhannya dan Tuhan menurunkan wahyu karena kasihan melihat kelemahan manusia dibandingkan kemahakuasaan-Nya. Manusia yang dimaksud oleh Muhammad Abduh di sini adalah kaumbKhawas yakni orang-orang yang terpilih dari golongan awam. Hal ini dikarenakan kemampuan akal yang dimiliki orang Khawas yang mampu mencapai Tuhan serta alam ghaib yang berada pada puncak tertinggi dari alam wujud. Dan untuk mencapai pengetahuan tertinggi ini bisa melalui dua cara, yaitu : akal dan wahyu. Menurut Muhammad Abduh, akal dapat mengetahui hal-hal berikut ini :
a. Tuhan dan sifat-sifat-Nya.
b. Adanya hidup di akhirat.
c. Kebahagiaan jiwa di akhirat bergantung pada mengenal Tuhan dengan baik, sedang kesengsaraannya bergantung pada tidak mengenal Tuhan dan perbuatan jahat.
d. Wajibnya manusia mengenal Tuhan.
e. Wajibnya manusia berbuat baik dan ko wajibnya ia menjauhi perbuatan jahat untuk kebahagiaan hidup di akhirat.
f. Hukum-hukum mengenai kewajiban-kewajiban.
Pemikiran Teologi yang dicetuskan oleh Muhammad Abduh ini memang berbeda dari teolog-teolog lain pada masanya. Dalam pendapat Muhammad Abduh, fungsi wahyu adalah sebagai berikut :
a. Wahyu memberi keyakinan kepada manusia bahwa jiwanya akan terus ada setelah tubuh mati. Wahyu menolong akal untuk mengetahui akhirat dan keadaan hidup manusia di sana.
b. Wahyu menolong akal dalam mengatur masyarakat atas dasar prinsipprinsip umum yang dibawanya sebagai sumber ketenteraman hidup dalam masyarakat.
c.Wahyu menolong akal agar dapat mengetahui cara beribadah, dan berterimakasih pada Allah.
d. Wahyu mempunyai fungsi konfirmasi untuk menggunakan pendapat akal melalui sifat kesucian dan kemutlakan yang terdapat dalam wahyu yang bisa membuat orang manfaat.
2) Teologi Rasyid Ridha
Rasyid Ridha, sebagaimana Muhammad Abduh sangat menghargai akal manusia. Akal menurutnya dapat dipakai terhadap ajaran-ajaran mengenai hidup kemasyarakatan tidak terhadap ibadat. Maka dari itu dapat dipahami bahwa kedudukan dan fungsi akal bagi Rasyid Ridha terbatas untuk memikirkan ayat-ayat kauniyah, khususnya tentang masalah sosial kemasyarakatan. Bagi Rasyid Ridha, optimalisasi penggunaan akal dibatasi pada urusan-urusan kemasyarakat atau mu’amalah, tidak untuk urusan ibadat. Pada sisi lain Rasyid Ridha berpendapat, akal manusia mempunyai potensi yang sangat kuat. Akal manusia dapat sampai pada bukti-bukti wajib alwujud, ilmu dan hakekat, kewajiban bersyukur, mengagungkan dan beribadah kepadanya. Bahkan akal juga bisa sampai pada kesimpulan kekalnya jiwa. Bila dilihat dari kedudukan dan fungsi wahyu akal manusia, dalam pandangan Rasyid Ridha mampu mengetahui tentang adanya Tuhan dan kekekalan jiwa dalam kenikmatan. Meskipun demikian akal manusia masih tetap terbatas, tidak mampu menerobos pada wilayah alam ghaib. Justru disibilah letak peran dan kedudukan wahyu. Menurut Rasyid Ridha wahyu disini berfungsi memberikan informasi kepada akal akan adanya alam ghaib, kebangkitan dihari kemudian, hari pembalasan, pokok-pokok dan batasan-batasan syariat. Dalam megemukakan pendapatnya, Rasyid Ridha nampak tidak terdapat perbedaan dengan Muhammad Abduh tentang wahyu. Statemen ini dapat dilihat ketika Rasyid Ridha menguraikan tentang fungsi wahyu, beliau hanya menukilkan pendapat Abduh tanpa memberikan komentar. Kedudukan akal dalam perspektif Rasyid Ridha, meskipun memiliki kemampuan yang optimal namun ternyata optimalisasi kemampuannya tetap terbatas. Ini menunjukkan bahwa Ridha menyadari betul akan kelemahan dan keterbatasan manusia. Justru karena kelemahan dan keterbatasan manusia dan akalnya itulah maka Allah mengutus Rasul untuk menyampaikan wahyu. Dalam kitab tafsirnya, al Manar, Rasyid Ridha menetapkan adanya sifat-sifat bagi Allah dan perbuatannya. Bahkan menurutnya pengetahuan akan Allah dan sifat sifatnya merupakan ilmu yang fundamental bagi kesempurnaan hidup manusia. Allah sendiri, kata Rasyid Ridha telah menempatkan sifat-sifat itu tidak dapat disamakan dengan makhluknya, bahkan sifat tersebut tidak mungkin terdapat pada makhluknya. Semua sifat-sifat Allah justru membuktikan kesempurnaannya.
Disclaimer
Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.